Mohon tunggu...
Dominica Nursanti
Dominica Nursanti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dogs lover. Peace maker.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yogyakarta is Fine

15 Desember 2010   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:42 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_80052" align="alignright" width="382" caption="courtesy to talkwiththepreacher.wordpress.com"][/caption] Campur aduk rasanya hati ini mengikuti perkembangan berita mengenai keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.  Sebagai orang asli Yogya yang kebetulan masih terhubung dengan Keraton Kasultanan Ngayogyakarta, saya mencoba mencari bukti nyata pendukung pernyataan bapak Presiden ketika mulai mempermasalahkan keistimewaan itu. Saya tidak menemukannya. Saya memang belum pernah berkunjung ke Inggris atau beberapa negara lain dengan kerajaan di dalamnya untuk dapat betul-betul merasakan bagaimana monarki berjalan dalam suatu negara sehingga dapat membandingkannya dengan apa yang sudah saya rasakan selama tumbuh dan besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagaimanapun pikiran bapak Presiden dan orang-orang di pemerintahan yang mempermasalahkan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, saya bisa mengatakan dengan lantang bahwa Yogyakarta baik-baik saja dan tidak pernah "terganggu" dengan keberadaan Kasultanan Ngayogyakarta. Suatu saat di tahun 1998, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia berlanjut pada penembakan beberapa mahasiswa Trisakti di Jakarta dan berujung pada demonstrasi besar-besaran menuntut mundurnya mantan Presiden Soeharto, Yogyakarta mampu menjadi kota yang menggelar aksi demonstrasi damai di Indonesia. Waktu itu saya masih berseragam abu-abu, bersekolah di salah satu SMA di Yogyakarta. Bersama beberapa teman satu angkatan, kami bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar cinta Indonesia. Saya ingat betul ketika teman-teman berkabar demonstrasi di Jakarta dan beberapa kota lain berakhir rusuh padahal sebuah aksi demonstrasi damai akan segera di gelar di Yogyakarta. Kami semua khawatir dan takut hal yang sama akan terjadi di Yogyakarta. Meski demikian, persiapan terus digelar dan pada hari H, semua berjalan dalam damai. Aksi demonstrasi damai itu di gelar sejak pagi. Saya beserta seorang teman masih sempat ikut misa harian di gereja Kotabaru dan meminta berkat dari Romo untuk kelancaran aksi demonstrasi dan keselamatan kami berdua. Perkumpulan pelajar yang saya ikuti mulai berjalan kaki dari Universitas Gadjah Mada menuju ke alun-alun utara Keraton Kasultanan Ngayogyakarta. Pelajar mengenakan seragam sekolah masing-masing, mahasiswa mengenakan jaket almamater mereka, peserta-peserta lain pun demikian. Sepanjang jalan, warga ikut mengamankan jalannya aksi damai itu. Beberapa kali terlihat ibu-ibu membagikan air putih atau air teh dalam plastik untuk kami maupun peserta lainnya. Beberapa mahasiswa berorasi, demikian pula beberapa teman pelajar dari perkumpulan kami. Lagu-lagu perjuangan dan kemanusiaan dinyanyikan di sebuah panggung besar. Segala hal yang sudah di persiapkan berjalan dengan baik. Dan sore harinya pun, saya bersama beberapa teman dengan tenang berjalan kaki kembali ke daerah Universitas Gadjah Mada. Kenangan ini hanya satu diantara banyak kenangan yang saya sempat alami ketika tumbuh dan berkembang di Dearah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta is fine and is always fine no matter what.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun