filsafat kuno yang akhir-akhir ini menjadi relevan kembali setelah dipopulerkan oleh Ryan Holiday atau di indonesia populer karena sebuah buku yang berjudul Filosofi teras karangan Henry Manampiring.Filosofi ini pertama kali muncul pada wilayah Athena, Yunani pada awal abad ke-3 SM oleh Zeno. Namun, baru populer setelah Epictetus mempraktikkannya
Stoisisme merupakan aliranStoisisme berasal dari kata stoikos, dalam bahasa yunani berarti (stoa atau beranda) yang menjadi tempat berkumpulnya kaum stoa ketika marcus aurelius sang guru stoa memberikan pelajaran tentang stoic tersebut. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap manusia haruslah tidak bergantung pada hasrat, tidak terpengaruh oleh kesedihan maupun sukacita dan tidak mengeluh untuk semua kondisi yang sebenarnya tidak bisa kamu hindari. yang didalam stoisisme dikenal dengan konsep dikotomi kendali yaitu apa yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan.
Selain itu, filosofi stoisisme juga menyebutkan bahwa kebajikan merupakan suatu kebahagiaan dan nilai kehidupan yang berdasarkan pada perilaku, bukan sebatas kata.Â
Memahami Konsep Kebahagian dari Filosofi Stoikisme
Sesuai dengan konsep scara paling mudah yang bisa kamu lakukan untuk mendapat kebahagiaan yaitu berdasar pada prinsip berikut:
Mampu melihat diri sendiri, dunia, dan manusia lainnya secara objektif. Selain itu, dapat menerima sifat yang ada pada setiap manusia apa adanya.
Mampu mengendalikan diri secara disiplin dari semua keinginan untuk merasa bahagia atau ketakutan terhadap semua rasa sakit dan masalah.
Memahami dengan baik perbedaan yang menjadi kelemahan dan kekuatan.
Filosofi ini sederhananya meminta kamu memiliki tanggung jawab untuk suatu hal. Konsepnya menganggap bahwa semua rasa sakit dan penderitaan yang kamu alami terjadi karena dirimu sendiri. Sebenarnya, kamu bisa menentukan apa yang ingin kamu rasakan, baik itu rasa senang atau sedih.
Selain itu, setiap manusia juga sebaiknya melihat apa yang bisa kamu kendalikan dan memahami bahwa tetap ada hal-hal yang berada di luar kendalimu. Sebab, tak sedikit orang yang akhirnya tidak mendapatkan atau merasakan bahagia. Sebab, mereka mencoba untuk terus mengendalikan semua hal yang justru tidak bisa mereka kendalikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H