Mohon tunggu...
Muhammad Rindo
Muhammad Rindo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Politeknik LP3I Depok

Saya Rindo, mahasiswa dibidang komunikasi, memiliki kemampuan komunikasi verbal yang cukup membuat saya cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya suka membaca buku yang berhubungan dengan filsafat, agama, pendidikan dan politik. Saya juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di kampus seperti BEM & UKM.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puasa Media Sosial? Tren Baru untuk Meningkatkan Kualitas Hidup

20 Oktober 2023   11:20 Diperbarui: 20 Oktober 2023   19:44 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/photos/person-using-smartphone-GWkioAj5aB4?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Kita menggunakan media sosial untuk berkomunikasi, bekerja, belajar, dan bersenang-senang. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti stres, gangguan konsentrasi, dan kecanduan.
Coba kamu tanya berapa lama sih, waktu yang kamu habiskan untuk sekadar berselancar di media sosial kesayangan kalian?

Empat? Lima? Atau bahkan lebih?

Akhir-akhir ini, maraknya kasus bunuh diri di kalangan remaja dikarenakan tidak sanggup menahan beban pikiran, stres kasus bunuh diri dilaporkan sebanyak 826 kasus pada tahun 2022, di mana jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini juga dipicu karena penggunaan media sosial yang tidak sehat. Adanya konten bersifat flexing atau pamer dari kalangan influencer, tiktoker, selegram bahkan dari kalangan artis.

Penggunaan media sosial juga dapat mendorong remaja untuk memiliki ide bunuh diri (Weinstein et al., 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Sedgwick et al (2019), juga mengungkapkan bahwa terdapat 4 hubungan antara penggunaan media sosial/ internet yang berat dengan peningkatan upaya bunuh diri.

Hasil penelitian Marchant et al (2017), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara media sosial dengan ide bunuh diri pada remaja, penggunaan media sosial dapat mengungkapkan pikiran, perilaku dan niat bunuh diri yang menunjukkan sejumlah besar keputusasaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Psikiater Nova Riyanti Yusuf dalam berita harian Tagar.id mengungkapkan hasil penelitian terhadap 1.387 remaja usia SMP dan SMA pada tahun 2016, bahwa faktor utama pemicu depresi pada remaja adalah media sosial, faktor kedua prestasi dan ketiga bullying verbal. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa 30% punya potensi depresi dan 19,8% punya ide untuk bunuh diri. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Shah (2010) juga mengungkapkan bahwa secara umum pengguna internet secara signifikan dan positif berkorelasi dengan tingkat bunuh diri populasi umum pada kedua jenis kelamin.

Nah... begitu bahaya sekali ya dampak penggunaan media sosial secara tidak bijak.

Kira-kira ada solusi gak yah cara menghilangkan stres atau beban pikiran karena telah banyak mengonsumsi media sosial tersebut secara berlebihan?

Tenang, saya memperkenalkan kepada kamu 'puasa media sosial'. Puasa media sosial? Puasa media sosial adalah sebuah istilah yang mengacu pada tindakan tidak menggunakan media sosial untuk jangka waktu tertentu. Puasa media sosial dapat dilakukan secara sukarela atau karena suatu alasan tertentu, seperti untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi stres, atau memperbaiki kesehatan mental.

Dikutip dari greatmind.id, Marrisa Annita, akrtis sekaligus aktris di film Perempuan di Tanah Jahannam.

"Sejak 2016 saya bereksperimen — pelan tapi pasti—  untuk menarik diri dari media sosial. Dan pada akhirnya di 2019 saya jalankan eksperimen paling drastis yakni puasa media sosial selama sebulan penuh!" Ungkap pemenang piala citra tersebut.

"Seperti seorang pecandu yang lepas dari candunya, di minggu pertama tanpa media sosial, jari-jari saya galau dan pikiran saya kalut. Jika dulu mengisi waktu kosong tenggelam dalam media sosial, kini saya harus menghadapi rasa bosan yang akhirnya diobati dengan hal lain. Apakah dengan bermenung, membaca buku, atau menulis buku harian, sesuatu yang sudah lama sekali tidak saya lakukan. Minggu kedua mulai nyaman — sangat nyaman sampai-sampai ketika berpikir tentang log in saja membuat saya cemas. Cemas karena saya mulai merasakan nikmatnya hidup di dunia nyata daripada di dunia maya".

Tantangan yang akan kamu hadapi ketika menjalani puasa media sosial di antara sebagai berikut:

  • FOMO (fear of missing out): Kita mungkin merasa takut ketinggalan informasi atau berita terbaru dari teman dan keluarga.
  • Kebosanan: Kita mungkin merasa bosan dan tidak tahu harus melakukan apa saat tidak menggunakan media sosial.
  • Ketergantungan: Jika kita sudah kecanduan media sosial, puasa media sosial mungkin akan terasa sulit.

Tips puasa media sosial antara lain:

  • Buatlah tujuan yang jelas: Apa tujuan kamu melakukan puasa media sosial? Apakah untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi stres, atau memperbaiki kesehatan mental?
  • Mulailah dari yang kecil: Jika kamu merasa kesulitan untuk puasa media sosial secara total, kamu bisa mulai dengan membatasi waktu penggunaan media sosial setiap hari.
  • Temukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat: Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kamu sukai, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama orang yang kamu cintai.

    Media sosial sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian kehidupan kita. Namun, penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti stres, gangguan konsentrasi, dan kecanduan. Puasa media sosial merupakan salah satu cara sederhana untuk mengatasi masalah tersebut dan meningkatkan kualitas hidup kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun