Mohon tunggu...
Domenico Wisnu
Domenico Wisnu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY

Solus populi suprema lex

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Persiapkan Diri dengan Skill Ini Menjelang Masa Bonus Demografi!

26 September 2021   10:32 Diperbarui: 29 September 2021   14:32 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bonus Demografi | Sebastian Meier | Unsplash

Istilah bonus demografi mungkin sudah terdengar familiar di telinga Anda. Memang, belakangan ini banyak pihak terutama pemerintah sering menggunakan istilah bonus demografi dalam beberapa kesempatan. Bonus demografi yang terdengar seperti istilah yang "besar" sebaiknya memang diketahui oleh manyoritas masyarakat sebelum tiba masanya karena dampaknya yang menyeluruh.

Melalui artikel ini saya hendak mengajak Anda untuk melihat implikasi bonus demografi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi serta bagaimana menyikapinya.

Namun bagi Anda yang tidak mengetahui istilah tersebut, saya akan memberikan gambaran besarnya.

Bonus Demografi

Secara sederhana, bonus demografi atau demography dividend merupakan keadaan yang lazimnya dialami oleh sebuah negara di mana jumlah populasi penduduk usia produktif, rentang usia 15 - 64 tahun lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia tidak produktif merupakan penduduk yang berada di rentang umur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun.

Indonesia diprediksi akan mengalami keadaan bonus demografi ini dalam satu dekade ke depan, sekitar tahun 2030 hingga 2045.

Lalu ada apa dengan bonus demografi ini? Dampak apa yang dapat ditimbulkan? Secara umum, terdapat dua pandangan yang menghiasi topik tersebut. Sebut saja pandangan optimistis dan pesimistis atau ekstrem.

Pandangan optimistis melihat bahwa bonus demografi merupakan kondisi yang mendatangkan keuntungan karena jumlah penduduk usia produktif yang tinggi. Dengan begitu, sebuah negara, secara sederhana, tidak akan kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk memutar roda perekonomian.

Diprediksi, jika pandangan optimis ini tercapai, maka yang terlihat adalah kesejahteraan penduduk. Menurut Ida Fauziyah (dalam Muhtarom; 2021, 23 Mei) kesejahteraan penduduk dapat meningkat melalui peningkatan produktivitas pekerjanya.

Di sisi lain, pandangan pesimistis atau ekstrem tidak melihat seperti para optimistis. Para pesimistis akan melihat bonus demografi sebagai kondisi yang mampu menghambat perekonomian sebuah negara. Hal tersebut didasarkan pada asumsi yang terjadi jika sebuah negara tidak dapat mengelola ledakan jumlah penduduk usia produktif dengan baik.

Ketersediaan populasi penduduk usia produktif (supply) yang tinggi tidak terserap dengan baik (demand) yang akhirnya menimbulkan masalah. Keadaan itu bisa timbul akibat penawaran (supply) tenaga kerja yang tidak sesuai dengan ekspetasi permintaan (demand) yang diwujudkan dalam rupa sebuah perusahaan. Misalnya, required skill yang tidak memadai.

Kemudian, apa yang akan terjadi? Ya, benar. Pengangguran akan meningkat atau dapat dikatakan bahwa sebuah negara telah gagal memanfaatkan bonus demografi sebaik mungkin.

Apa yang dapat kita lakukan?

Setidaknya terdapat beberapa value dan skill yang wajib dimiliki oleh seseorang jika ingin bertahan dan mampu memanfaatkan bonus demografi yang akan datang. Skill tersebut adalah kemampuan beradaptasi dan kolaborasi.

Be Adaptive

Kemampuan beradaptasi menjadi salah satu skillset yang wajib dimiliki karena dalam beberapa tahun ke depan, perkembangan teknologi sangat maju. Beberapa teknologi otomatisasi akan mulai banyak diterapkan di berbagai bidang dan lokasi. Misalnya adalah layar sentuh yang diletakkan di sudut ruangan tertentu dalam pusat perbelanjaan dan bank.

Ilustrasi belajar skill baru |Evangeline Shaw | Unsplash
Ilustrasi belajar skill baru |Evangeline Shaw | Unsplash

Layar sentuh tersebut terlihat sederhana namun sebenarnya layar sentuh telah menggantikan peran orang dalam sebuah sistem. Lagi-lagi distrupsi terhadap orang (manual) akan terjadi.

Adaptasi dapat menyelamatkan Anda ketika skillset yang telah Anda miliki rupanya tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan perekrut. Anda dapat melakukan penyesuaian diri dan belajar skillset yang dibutuhkan.

Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk mencapai adaptability yang diinginkan. Anda dapat memulai dengan mengikuti kursus online---tidak harus berbayar, mengikuti seminar atau workshop, dan belajar secara otodidak melalui Youtube atau sumber internet lain.

Beberapa kursus yang dapat saya rekomendasikan antara lain, Coursera, edX, Ruang Guru, Udemy, Skillshare, Facebook Blueprint, Google Skillshop, dan masih banyak lagi.

Be Collaborative

Kemampuan selanjutnya adalah kemampuan untuk berkolaborasi. Kemampuan ini terbilang penting berdasarkan asumsi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, teknologi komunikasi dan informasi (TKI) sudah sangat maju.

Ilustrasi Kolaborasi | Annie Spratt | Unsplash
Ilustrasi Kolaborasi | Annie Spratt | Unsplash

Sehingga, untuk bekerja sama dengan pihak lain dengan lokasi yang berjauhan akan lebih mudah dan natural. Seperti pada masa pandemi ini di mana hampir semua orang menggunakan perangkat seperti Zoom, Microsoft Teams, Cisco Webex dan Google Meet sebagai media belajar dan bekerja bersama.

Di sisi lain, di masa mendatang, saya berasumsi bahwa sebuah perusahaan tidak selalu akan membentuk divisi in-house guna mencapai tujuan tertentu. Misal jika sebuah perusahaan ingin mengiklankan sebuah produk, mereka hanya perlu berkolaborasi (bekerja sama) dengan agensi periklanan yang ada. Hal tersebut lebih baik dilakukan sebab efisiensi sebuah perusahaan tetap terjaga.

Ketika TKI yang maju tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, Anda justru dapat membangun lapangan pekerjaan. Dengan seluruh skillset dan expertise yang dimiliki, Anda mampu berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja yang melimpah di Indonesia.

Jadi, mulai dari saat ini gunakan waktu Anda sebaik mungkin. Pelajari skillset yang perlu Anda kuasai dan menjadi siap menghadapi kompetisi dalam masa bonus demografi yang akan dimulai beberapa tahun mendatang.  Bisa jadi Anda tidak perlu takut tidak mendapat pekerjaan karena Anda justru akan berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun