"ting" suara pemberitahuan surat elektronik berbunyi dari gawai ukuran 5 inci milik emen. Kemudian kugeser layarnya untuk membuka kunci layar utama agar supaya dapat membaca isin pesan yang tersirat di surat elektronik dari gawai miliknya.Â
Dengan seksama emen mulai membaca isi pesannya "bapak/ibu yth video anda yang berjudul anu terindikasi dimiliki hak cipta oleh anu..", kurang lebih seperti itulah isinya pesan di surat elektronik yang ditujukan kepadanya.
Emen adalah laki-laki paruh baya usia 26 tahun yang berprofesi sebagai pembuat konten dari video untuk sebuah media digital. Kesehariannya di isi dengan merekam video berupa cover lagu sampai tutorial.Â
Yah...ini adalah surat elektronik yang sekian kalinya diterima oleh emen, kenapa tidak karena setiap kali emen melantunkan sebuah lagu (yang pasti milik orang lain) dengan gubahan dari hasil kreatifitasnya dengan suara merdunya yang membuat nyamuk berhenti terbang dan cicak berhenti merayap.
"waahh kalo begini terus bagaimana aku bisa mengasah ketrampilanku dalam bernyanyi dan menggubah lagu nih..." demikianlah gumam emen setiap kali dia menerima pesan surat elektronik dari gawai berukuran 5 incinya. Tapi emen terus berkarya dan berkarya dengan tulus, walaupun hasil unggahannya di media digital itu tetap mendapatkan penghasilan buat makan sehari-harinya.
Fenomena Emen diatas saya pikir sudah menjadi sesuatu yang tidak aneh lagi teman-teman, karena semenjak pandemi merebak di dunia seketika juga melahirkan banyak "yutuber" dari kelas ini sampai kelas anu. Kalau kita lihat apa yang terjadi pada emen sebenarnya tidak bisa menyalahkan sebelah pihak, dikarenakan proses penciptaan sebuah karya asli membutuhkan "skill" tersendiri dan termasuklah apa yang dinamakan kreatifitas.Â
Di sisi lain para peng"cover" lagu asli tersebut juga dalam proses aransemennya juga membutuhkan apa yang dinamakan "skill" dan kreatifitas. Lantaasss apa yang harus dilakukan?, apakah berhenti untuk berkarya (pengcover) atau tetap berkarya (pengcover) dengan segala resiko yang harus diambil?
Mari kita sedikit renungkan bersama (secara sukarela lo ya...heheheh).....
Terimakasih sudah menyediakan waktunya untuk membaca tulisan ini,....RahayuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H