Saat ini kasus terkonfirmasi Covid-19 tembus 1 juta kasus di Indonesia tercinta ini, dan diperkirakan ada 160.000 kasus aktif yang ada sekarang. Kondisi tentu membawa dampak pada keterbatasan ruang rawat isolasi dan ruang ICU isolasi. Kondisi ini jelas akan menyebabkan menumpuknya pasien di IGD rumah sakit-rumah sakit rujukan.
Di satu sisi di tengah pandemik yang terus mengganas, kita juga melihat berbagai bencana terjadi di Indonesia ini.
Laporan BNPB pada akun twitternya menyampaikan bahwa pada periode 1-26 Januari 2021, terdapat 221 bencana dan 146 berupa bencana banjir. Artinya di awal tahun 2021 ini sebagian besar bencana yang terjadi karena banjir.
Kita ketahui bahwa pada umumnya setelah bencana banjir akan diikuti dengan berbagai penyakit akibat banjir yang terjadi tersebut. Banjir besar yang mengenai hampir seluruh provinsi terjadi di Kalimantan Selatan.
Banjir besar ini menyebabkan kehilangan dan kerusakan harta benda dan juga menyebabkan masyarakat tinggal di pengungsian. Banjir besar yang terjadi menyebabkan kerusakan rumah rusak berat.
Pada beberapa provinsi bahkan terjadi banjir dan longsor seperti di Provinsi Aceh, Kota Manado Sulawesi Utara, Kabupaten Bogor Jawa Barat dan juga di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Kita ketahui bahwa masyarakat yang sedang mengalami kebanjiran dan tinggal di pengungsian akan berisiko untuk terjadinya penurunan daya tahan tubuh yang menurun. Berbagai faktor kenapa hal ini terjadi karena stres akibat kehilangan harta benda, istirahat yang kurang, dan makan-minum ala kadarnya.
Kondisi ini juga akan menyebabkan masyarakat tersebut terpapar dengan berbagai penyakit infeksi termasuk infeksi Covid-19. Belum lagi dalam kondisi pengungsian tersebut sulit untuk dilakukan protokol Kesehatan.
Selain berisiko untuk terifeksi Covid-19, masyarakat berdampak banjir ini yang umumnya tinggal dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat karena pasca-banjir berisiko untuk terinfeksi oleh infeksi saluran pencernaan, antara lain diare atau demam tifoid, infeksi saluran pernafasan misal radang tenggorakan, bahkan sampai infeksi paru (pneumonia).
Hal yang juga harus diperhatikan bahwa kondisi lingkungan bekas banjir juga bisa menimbulkan berbagai infeksi tetanus dan leptospirosis.
Infeksi tetanus terjadi jika masyarakat yang kebetulan sedang membersihkan lokasi pasca-banjir dan tertusuk paku yang berpotensi masuknya bakteri clostridium tetani yang banyak dijumpai pada debu dan kotoran hewan. Bakteri lebih mudah masuk melalui terinjak benda tajam.
Kita masih ingat bahwa setelah Tsunami di Aceh dilaporkan banyak kasus masyarakat yang terinfeksi tetanus. Pasien tetanus biasanya terjadi setelah 4-21 hari setelah masuknya kuman ke dalam tubuh. Pasien akan mengalami kekakuan tangan, badan dan tengkuk dan terasa sakit. Pasien mengalami kaku kuduk.
Selain penyakit tetanus penyakit yang perlu diantisipasi jika berhubungan dengan pembersihan lokasi banjir adalah penyakit leptospirosis. Penyakit ini acap kali muncul setelah banjir.
Penyakit ini terjadi karena pasien tertular melalui paparan dengan kotoran tikus. Penyakit leptospirosis juga dikenal dengan penyakit Weil. Karena memang pasien dengan leptospirosis ini mengalami demam tinggi, menggigil, mual, muntah dan mata, kulit serta buang air kecil berwarna kuning. Karena memang infeksi ini menyerang liver maka sering disebut hepatitis non virus.
Yang menjadi masalah lain adalah komplikasi leptospirosis dapat menyebabkan terjadi gagal ginjal akut, pankreatitis, meningitis dan perdarahan jika infeksi setelah berlangsung sistemik.
Mengingat dampak yang memang tidak kecil masyarakat yang sedang mengalami musibah banjir ini harus dibantu.
Mereka harus dilengkapi dengan alat pelindung diri saat membersihkan bekas banjir, misal dengan sepatu bot, masker, sarung tangan pelindung kepala dan mata. Mengingat bakteri ini bisa masuk dari luka pada kaki dan tangan atau tertelan.
Disenfektan juga harus didistribusikan kepada masyarakat yang akan membersihkan lokasi pasca-banjir.
Untuk para pengungsi harus dijaga bahwa para pengungi tetap dijaga makan dan minumnya, selimut dan alas tidur yang memadai dan berbagai fasilitas protokol Kesehatan seperti, maskes dan sabun atau hand sanitizer untuk menekan penularan infeksi covid-19 dan infeksi lainnya.
Kita semua berharap musibah ini cepat berlalu dan pandemi global Covid-19 juga segera teratasi agar kita bisa beraktifitas seperti biasa walau protokol Kesehatan tetap harus dilaksanakan dengan ketat.
Salam sehat,
Ari F Syam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H