Mohon tunggu...
Dr.Ari F Syam
Dr.Ari F Syam Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, Praktisi Klinis,

-Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (@DokterAri) -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dexamethasone "Obat Dewa" yang Bisa Menjadi Pisau Bermata Dua

18 Juni 2020   11:25 Diperbarui: 19 Juni 2020   05:44 9300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini obat dexamethasone menjadi buah bibir setelah BBC memberitakan bahwa dexamethasone disetujui sebagai obat penyelamat untuk pasien infeksi Covid-19 yang berat.

Informasi seputar riset dexamethasone berasal dari laporan ketua tim peneliti dari the Ramdomised Evaluation of Covid-19 therapy (Recovery) trial on dexamethasone dari Universitas Oxford Inggris. 

Riset ini belum dipublikasi di jurnal kedokteran, tetapi informasi awal efektivitas obat ini sudah dipublikasi.  

Melihat hasil penelitian ini yang memang akan segera di publikasi melalui jurnal kedokteran, dexamethasone menjadi obat pertama yang dapat memperbaiki survival pasien covid-19. 

Penelitian ini dilakukan pada 2104 pasien yang mendapat dexamethasone 6 mg/hari baik secara oral atau intra vena selama 10 hari dan dibandingkan dengan 4321 pasien yang tidak mendapat tambahan obat dexamethasone. 

Pada pasien-pasien yang tidak mendapatkan dexamethasone angka kematian tertinggi terjadi pada pasien yang membutuhkan ventilator sebanyak 41%.

Sedangkan pasien yang hanya menggunakan oksigen angka kematian hanya 25%, dan pasien yang tidak membutuhkan intervensi respirasi angka kematian 13%. 

Pada kelompok pasien yang mendapatkan dexamethasone ternyata terjadi penurunan kematian 1/3 kasus yang membutuhkan ventilator, hanya 1/5 pada kelompok pasien yang mendapatkan oksigen.

Sedang pada kelompok pasien yang tidak membutuhkan bantuan respirasi pemberian dexamethasone tidak mempengaruhi angka kematian.

Jadi jelas dari hasil penelitian ini bahwa dexamethasone mempunyai efek terapi pada pasien infeksi covid-19 dengan infeksi yang berat dan sedang dan tidak mempunyai efek pada pasien covid-19 yang ringan.

dokpri
dokpri
Informasi ini penting diketahui oleh masyarakat kedokteran dan masyarakat umumnya. Untuk kasus yang ringan saja tidak efektif apalagi jika obat ini digunakan untuk pencegahan infeksi covid-19.

Dexamethasone sendiri merupakan obat murah dan juga tersedia di puskemas. Dexamethasone termasuk golongan steroid. Obat ini memang sering dijuluki sebagai obat dewa, karena efek terapinya yang cepat.

Misal ketika seseorang sedang gatal karena alergi baik merah atau  bentol  pada kulit  dan gatal akan hilang dengan cepat.

Obat ini digunakan juga sebagai obat radang, antara lain untuk pasien-pasien radang sendi dan berbagai bengkak karena peradangan. 

Kerja cepat dari obat ini dan dapat diindikasi pada berbagai penyakit, maka obat ini sering disebut sebagai obat dewa.

Bahkan untuk beberapa kanker kelompok steroid ini juga digunakan untuk kombinasi dengan obat anti kanker sebagai kemoterapi.

Obat golongan steroid ini juga digunakan untuk beberapa kelainan darah, asma, alergi pada mata, THT, hingga penyakit autoimun yang karena memang steroid bisa menekan sistim imunitas tubuh kita.

Sepertinya khasiat anti inflamasi ini yang dimanfaatkan dari obat dexamethasone untuk pasien dengan infeksi covid-19 berat yang memang terjadi peningkatan reaksi inflamasi.  

Sebagai obat yang sering disebut sebagai obat dewa karena khasiatnya tadi, obat ini juga mempunyai efek samping yang harus menjadi perhatian baik oleh dokter maupun pasien. Efek samping terutama pada penggunaan jangka panjang.  

Pada penggunaan jangka pendek pasien bisa merasakan sakit pada lambung, sampai mual dan muntah, sakit kepala, nafsu makan meningkat, sulit tidur dan gelisah. Timbul jerawat pada kulit.

Pasien yang menggunakan dexamethasone jangka panjang akan menyebabkan terjadi moon face (wajahnya bengkak seperti bulan), terjadi peningkatan kadar gula darah, tekanan darah meningkat, tulang keropos (osteoporosis), daya tahan tubuh menjadi turun sehingga rentan terhadap infeksi. 

Interaksi obat juga bisa terjadi yang bisa meningkatkan efek samping pada pasien-pasein yang sudah mempunyai riwayat sakit maag sebelumnya.

Kombinasi steroid dengan obat anti radang non-steroid, misal, fenilbutazone, asam mefenamat, natrium diklofenak termasuk dengan golongan coxib yang biasa digunakan untuk radang sendi dapat menyebabkan komplikasi lambung yang serius seperti pendarahan lambung sampai bisa menyebabkan kebocoran lambung dan usus dua belas jari yang bisa fatal buat pasiennya.

Masyarakat harus bijak dalam mendengar dan membaca informasi seputar hasil penelitian seputar obat dexamethasone ini, obat ini terbukti efektif untuk mengurangi risiko kematian pada pasien covid-19, tetapi obat ini mempunyai catatan efek samping yang panjang sehingga harus digunakan sesuai petunjuk dokter.

Salam sehat,
Ari Fahrial Syam
Akademisi dan praktisi klinis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun