Saya kebetulan dari Minang, ayah saya senang sekali dengan jengkol atau jariang dalam Bahasa Minangnya, baik dalam bentuk kerupuk maupun dalam bentuk gulai atau digoreng dan ditumbuk (ditokok) dan dicampur dengan minyak kelapa. Tetapi saya juga ingat bahwa ayah saya mempunyai masalah dengan ginjalnya saat muda saat senang-senangnya makan jengkol. Beliau punya masalah dengan batu ginjal dan sempat menjalani pengobatan karena batu ginjal tersebut. Ini terjadi 30 atau 40 tahun yang lalu saat saya belum sekolah di fakultas kedokteran.
Dengan perjalanan waktu sepertinya ayah saya mengurangi kebiasaan makan jengkol tersebut walau sampai saat ini sekali-kali masih makan jengkol walau tidak banyak. Karena sepertinya kondisi ayah saya tidak memungkinkan lagi untuk mengonsumsi jengkol berlebihan dan rasanya beliau mengikuti saran dokter penyakit dalamnya untuk tidak makan jengkol lagi saat itu.
Saat ini selama saya menjadi dokter lebih dari 25 tahun jarang sekali ayah saya jarang bermasalah dengan ginjalnya lagi, walau secara umum dengan umur hampir 80 tahun fungsi ginjalnya sudah mulai menurun. Saya minta beliau mencek fungsi ginjalnya dalam 3 bulan sekali termasuk urinnya untuk memantau kondisi ginjalnya. Tentu juga dengan anjuran menjaga makannya untuk mengurangi jero-jeroan atau sea food yang bisa memperburuk fungsi ginjal serta juga membatasi untuk mengosumsi jengkol lagi.
Jengkol sendiri sebenarnya termasuk kelompok sayur-sayuran. Jengkol yang dikonsumsi tersebut merupakan biji dari tanaman jengkol tersebut. Jengkol disajikan dalam berbagai bentuk makanan. Jengkol bisa dijadikan kerupuk, bisa dijadikan gulai, bisa dibuat semur atau rendang sebagian jengkol di panggang dan ada juga yang mengosumsi mentah untuk jengkol muda. Pada sebagian masyarakat jengkol menjadi makanan favorit, bahkan sebagian bilang rasa semur jengkol seperti rasanya ati ayam.
Jengkol ramai kembali menjadi pembicaraan ketika jengkol disangkut pautkan sebagai penyebab kematian 4 pemuda yang mengosumsi jengkol dengan minuman keras. Memang perlu dilakukan otopsi apa yang sebenarnya terjadi pada 4 pemuda yang tewas tersebut, apa penyebab kematiannya. Kalau tidak memang kita tetap hanya bisa menduga-duga penyebab kematian keempat pemuda tersebut.
Jengkol sendiri sebenarnya mengandung berbagai sumber gizi penting untuk tubuh kita yaitu karbohidrat, protein nabati, vitamin A, vitamin D, kalsium, besi dan fosfor termasuk serat yang ada pada jengkol. Tetapi selain unsur nutrisi jengkol juga mengandung asam jengkolat sejenis asam amino yang mengandung sulfur. Sulfur akan menimbulkan bau yang tidak sedap sedang asam jengkolat dapat membentuk kristal di dalam ginjal kita. Asam jengkolat yang membentuk kristal ini bisa menumpuk di ginjal dan menyebabkan sumbatan pada saluran kencing sehingga menimbulkan berbagai keluhan.
Pertanyaan muncul berapa banyak jumlah jengkol yang bisa menyebabkan komplikasi? Sejauh ini memang belum ada penelitian yang melaporkan berapa banyak jengkol yang aman untuk dikonsumsi. Tetapi ada satu laporan kasus dari Kalimantan yang dipublikasi pada jurnal internasional melaporkan seorang laki-laki berumur 32 tahun mengalami keracunan setelah memakan 10 buah jengkol. yang dipublikasi. Bisa dalam bentuk buah atau dalam bentuk gram yang bisa menyebabkan komplikasi berupa keracunan jengkol.
Yang penting tentu jangan berlebih-lebihan. Selain itu hal penting yang harus diketahui apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami keracunan, harus segera di bawa ke RS. Perlu penanganan yang cepat untuk melarutkan kristal jengkolat yang mengendap di ginjal selain itu juga perlu dilakukan hidrasi yaitu pemberian cairan yang cukup melalui infus untuk melarutkan dan meluruhkan ginjal dan pelancar buang air kecil biasanya juga diberikan untuk mengeluarkan kristal dari asam jengkolat tersebut.
Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat,
Salam sehat,
Dr. Ari Fahrial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H