Mohon tunggu...
Dr.Ari F Syam
Dr.Ari F Syam Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, Praktisi Klinis,

-Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (@DokterAri) -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meninggalnya "Orang Baik"

8 Oktober 2016   19:58 Diperbarui: 9 Oktober 2016   05:01 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Taat beribadah dan juga membina hubungan baik dengan manusia"][/caption]

Beberapa hari yang lalu Cleaning service  yang biasa membuat teh atau kopi saya di RS minta izin pulang cepat utk persiapan acara 40 hari meninggal adik laki2nya yang berumur 52 tahun. Ibu tersebut cerita kalau adiknya meninggal tanpa sakit sebelumnya. Dia juga bercerita bahwa almarhum meninggal di dalam mesjid saat tiduran sehabis Sholat Isya tepat di malam Jum'at. Tentu saya penasaran   bagaimana Allah memberi kemudahan buat hambanya untuk menghadap penciptanya . 

Adik almarhum tersebut meninggal di dalam Mesjid sehabis Sholat Isya di malam Jum'at. Dia bercerita bahwa almarhum orang baik tidak bisa mendengar tetangganya tidak makan karena tidak ada beras seorang yang ringan tangan dan mudah memberikan sesuatu kepada tetangganya yang dalam kesusahan. 

Walau kadang2 kala almarhum hidup pas-pasan. Kebetulan almarhum punya bengkel pompa air, hebatnya kalau almarhum tahu orang yang minta tolong membetulkan pompanya tidak punya uang,  almarhum akan menolak menerima uang dari orang yang sedang kesusahan tersebut. Hal yang sudah jarang kita temukan  dalam kehidupan masyarakat saat ini. Budaya tolong menolong pada sebagian masyarakat sudah susah kita temukan segala sesuatu selalu diukur dengan rupiah.

Bagaimana dengan sholatnya? Jangan ditanya lagi, sholat 5 waktunya selalu dilakukan di Masjid, ditempat almarhum menghembuskan nafas terakhir. Kebetulan masjid tersebut hanya beberapa puluh meter dari rumahnya. Saat masuk  sholat  Dzuhur dan Ashar almarhum memberhentikan pekerjaan dan segera kembali ke rumah dan Sholat di Masjid tersebut.

Saat  sebelum meninggal  dunia, menjelang sholat Magrib, almarhum telah memberikan isyarat kepada anaknya untuk menjaga ibu dan adiknya dan sampai minta anaknya mencium tangan almarhum. Saat itu anaknya sebenarnya merasakan  ada yang janggal dari ayahnya. Menjelang menghembuskan nafas yang terakhir  setelah Sholat Isya almarhum merasa kedinginan dan minta diselimuti anaknya dan mau tiduran sebentar di dalam masjid katanya, oleh anaknya ayah tersebut ditinggal di masjid dan menjelang larut malam ketika disadari ayahnya belum kembali kerumah dan di jemput ke Masjid  ternyata posisi ayahnya masih dalam posisi tertidur tetapi sudah kaku oleh keluarga  tetap dibawa ke RS dan RS menyatakan sudah meninggal, di malam Jum'at meninggal saat selesai Sholat Isya  masih dalam keadaan Wudhu beliau  di sholatkan oleh Jamaah sholat Jum'at di Mesjid keesokan harinya.

*True story* ini menjadi suri tauladan buat kita semua, di era budaya tolong menolong tanpa pamrih  yang sudah semakin langka di tengah masyarakat kita.

Akhirnya keinginan untuk terus berbagi dan taat beribadah menjadi contoh kalau kita ingin menghadap yang maha Kuasa dengan cara baik seperti almarhum "tanpa sakit" didalam Masjid masih dalam keadaan bersuci....Masya Allah..semoga orang baik ini Husnul Khotimah dan mendapatkan Janahnya Allah SWT..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun