Saya tidak akan pernah melupakan tanggal 24 Desember 2015 dalam kehidupan saya. Karena hari ini merupakan hari bersejarah buat hidup dan kehidupan saya dan keluarga, karena sepanjang hidup saya baru pertama kali ini saya harus menempuh belasan jam dari Jakarta ke Bandung, padahal perjalanannya hanya sepanjang 160 km. Buat saya dan [caption caption="Macet Tol Cikampek Terparah 2015"][/caption]keluarga perjalanan Jakarta Bandung merupakan hal rutin yang saya lakukan mengingat kedua orang tua saya tinggal di Bandung.
Kebetulan saya tinggal di Cengkareng dekat Bandara, jarak perjalanan untuk sampai di pusat kota Jakarta saja bisa mencapai 30 km. Pada saat berangkat jam 06.30, saya sudah memprediksi bahwa saya akan bermacet-macet ria selama perjalanan, walau faktanya waktu tempuh akhirnya diluar perkiraan saya sebelumnya. Seperti biasa sebelum berangkat saya membuka waze dan google maps untuk melihat waktu tempuh yang terbaik untuk menuju Bandung. Sebenarnya ada tiga pilihan untuk mencapai tol Cikampek melalui tol Wiyoto Wiyono (ruas Tanjung Priuk-Cawang), melalui tol Cawang Pluit via Tomang atau melalui tol JOR, saat ini waze atau google maps yang saya gunakan menunjukkan waktu terpendek melalui tol Wiyoto Wiyono dan untuk sampai Bandung disebutkan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam. Dengan keyakinan dan percaya atas arahan waze atau google maps saya akhirnya memutuskan untuk melalui tol Tanjung Priuk.
Pada awalnya perjalanan lancar dan kemacetan awal saya dapatkan saat kami sampai di daerah Jatinegara. Saya mulai membuka salah satu channel radio yaitu radio Elshinta Jakarta yang memang selalu memberitakan dan melakukan update kemacetan jalan raya apalagi dimasa libur panjang saat ini. Info yang didapat bahwa kemacetan karena volume kendaraan yang banyak saja tapi masih belum terpikir bahwa kemacetan ini sungguh parah. Apalagi kemacetan total telah berlangsung sejak 1 hari sebelumnya, jadi berpikir kondisi kemacetan sudah bisa terurai, alih-alih terurai ternyata kemacetan yang terjadi bertambah parah. Ternyata macet total tol Ir.Wiyoto Wiyono ini merupakan imbas dari kemacetan total tol Cikampek.
Jalan tol Cikampek memang merupakan ruas tol terpadat di seluruh Indonesia, karena sebagai tempat muara dari tol dalam kota Jakarta baik dari Cawang maupun Tanjung Priuk, tol lingkar luar Jakarta dan tol Purbaleunyi. Tol Cikampek mempunyai beberapa tempat istirahat yang lengkap dengan beberapa resto ternama didalamnya sehingga bukan saja semata-mata menjadi tempat beristirahat tetapi juga menjadi tempat kuliner. Wajar akhirnya tempat peristirahat ini khususnya rest area km 19 dan km 39 menjadi salah satu sumber kemacetan terparah Cikampek 2015 (#cikampekmacet) tanggal 23-24 Desember 2015.
Mengingat kemacetan yang bertambah parah dan rasanya tanpa harapan untuk bertahan di jalan tol dalam kota kami memutuskan untuk turun di ramp keluar Jatinegara untuk meliwati arteri menuju tol Cikampek, “boro-boro” istilah yang sering disampaikan orang betawi, kalau ternyata harapan tidak sesuai kenyataan, kondisi jalan arteri setali dua uang, kendaraanpun berhenti bergerak. Merangkak tanpa kepastian, dan ternyata tanpa sadar kami sudah berada 4 jam diatas kendaraan dan kendaraan baru sampai km 0 tol Cikampek.
Kebetulan saya mempunyai 3 anak, karena kesibukan masing-masing memang kami sudah lama tidak berkumpul, sehingga selama perjalanan kemacetan ini, kita bisa saling bercerita dan tidak sadar bahwa perjalanan sudah 4,5 jam dari rumah dan baru sampai Pondok Gede, akhirnya kami putuskan untuk keluar tol Pondok Gede Barat untuk istirahat, makan dan sholat karena waktu sudah menunjukkan jam 11.00, artinya kita sudah berada diatas kendaraan selama 4,5 jam. Berarti dari pintu tol Pluit sampai pintu tol Pondok Gede Barat waktu tempuh sekitar 4 jam.
Setelah menghabiskan waktu 2 jam untuk berishoma, saya meneruskan masuk tol kembali dengan berharap jalan sudah mulai longgar. Saat kami makan para pengunjung di restoran ternyata umumnya juga bernasib sama dengan saya keluar tol karena ingin beristirahat dan makan.
Selepas berishoma kami masuk kembali jalan tol untuk berjuang menuju Bandung, karena memang kedua orang tua saya sudah menanti kehadiran anak, menantu dan cucu-cucunya. Saat masuk kembali tol Cikampek di km 2-5 ternyata bahu jalan sudah terisi olah truk dan mobil pribadi yang beristirahat dan sebagian mobil-mobil tersebut membuka kapnya kemungkinan memang mobil mereka “panas” setelah berjam-jam mengalami kemacetan. Dalam kondisi macet memang pendinginan mobil tidak berlansung optimal akibat ketiadaan angin akibat mobil tidak bergerak.
Tanpa kepastian jam berapa bisa sampai Bandung, kondisi macet Cikampek tambah parah. Mobil hanya merangkak dan perjalanan 5-6 km ditempuh dalam 1-2 jam, sudah bisa dipastikan bahwa perjalanan ini akan berjalan panjang. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar tol Cikampek di gerbang tol Bekasi barat untuk melalui jalan arteri menuju gerbang tol Karawang barat. Memang melalui radio kami mendapat info bahwa kemacetan hanya sampai tempat peristirahatan di km 39, tetapi kalau saja saat ini saya baru sampai di km 10, artinya dengan kecepatan 5 km/jam saya baru melewati sumber kemacetan tersebut lebih 6 jam. Sehingga saya putuskan untuk keluar tol kembali di Bekasi Barat.
Memang tidak seburuk didalam tol ternyata jalan alternatif ini juga tidak selancar seperti yang diharapkan. Tapi paling tidak kami bisa memotong waktu tempuh, jika dibandingkan tetap berada di jalan tol. Perjalanan di jalur arteri dari pintu keluar tol Bekasi barat sampai pintu tol Karawang barat bisa kami tempuh 4 jam, tentu lebih baik jika kami memutuskan tetap berada di jalan tol yang bisa saja sesuai prediksi saya. Akhirnya kami kembali masuk ke tol Cikampek melalui pintu gerbang tol Karawang barat dan jelas jalan sudah lancar, akhirnya kami putuskan untuk beristirahat di km 72 karena kebetulan waktu juga saat itu sudah menunjukkan jam 19.30, sehingga waktunya untuk istirahat makan dan sholat.
Surprised ternyata perjalanan sampai km 72 dari rumah jam 06.30 dan dipotong istirahat 2 jam di pondok Gede kami tempuh dalam tempo 11 jam. Setelah beristirahat 1.5 jam di tempat peristirahatan (rest area km 72) kami melanjutkan perjalanan ke Bandung dengan kondisi jalan ramai lancar dan perjalanan untuk sampai rumah orang tua di daerah Pasar Baru Bandung ditempuh dalam waktu 2 jam. Total perjalanan saya Jakarta Bandung diatas kendaraan dicapai dalam waktu 13 jam, dalam keadaan normal week end waktu tempuh ini kami capai dalam waktu 3 jam. Kebetulan istri dan anak2 bisa mengendarai kendaran sehingga kita bisa saling bergantian untuk membawa kendaraan.
Dampak dari kemacetan tol Cikampek ini juga membawa kemacetan super parah di tol dalam kota Jakarta. Padahal salah satu sumbernya ditempat peristirahatan yaitu rest area km 19 dan 39. Karena faktanya setelah km 39 kondisi jalan tol ramai lancar. Akibat kondisi ini ratusan ribu masyarakat yang menjadi pengguna jalan tol baik jalan tol dalam kota, tol lingkar luar Jakarta dan tol Cikampek menjadi menderita.
Tidak ada salahnya, saya coba melihat kondisi ini dari kaca mata awam, bahwa memang kurangnya antisipasi dari petugas jalan tol dan petugas polisi jalan raya mengenai alur keluar masuk rest area khususnya km 19 dan 39 diawal kemacetan terjadi. Beberapa langkah memang dilakukan dengan penutupan tempat isirahat dan penutupan beberapa pintu tol dalam kota setelah kondisi kemacetan sudah parah dan #cikampekmacet menjadi trending di media sosial. Melalui media sosial, kami sesama teman saling curhat karena mengalami hal yang sama.
Bahkan akhirnya dilakukan penerapan contra flow pada km 35-41 oleh petugas Polri untuk menguragi kemacetan di tol Cikampek. Memang upaya ini terlambat mengingat seharusnya hal ini sudah diantisipasi karena ternyata kemacetan sudah terjadi sejak satu hari sebelumnya. Saya juga maklum bahwa konsentrasi petugas kepolisian mungkin terpecah untuk mengamankan malam natal. Tampaknya pemerintah termasuk aparat kepolisian tidak siap atas kondisi kemacetan yang terjadi yang memang kebetulan bersamaan dengan malam natal.
Apakah masyarakat dirugikan dengan kondisi kemacetan?
Secara finansial pasti terjadi kerugian pada masyarakat pengguna jalan tol pada tanggal 23 dan 24 Desember 2015, akan lebih banyak biaya yang dikeluarkan karena harus ada budget ekstra untuk makan dalam perjalanan dalam kondisi macet yang parah tersebut. Bahan bakar pasti akan lebih banyak digunakan mengingat waktu perjalanan yang mencapai 4-5 kali waktu tempuh normal. Kelelahan pasti terjadi dan ini akan mempengaruhi daya tubuh seseorang.
Untuk keluarga yang membawa anak dan orang tua di dalam perjalanan pasti akan lebih menderita. Waktu silahturahmi kepada keluarga atau waktu liburan juga akan berkurang karena sudah terpotong kemacetan di jalan tol Cikampek. Di era gadget saat ini tidak sulit untuk menghabiskan waktu ditengah kemacetan. Orang tua yang telah menanti berjam-jam pun tidak perlu cemas karena update perjalanan dapat dilakukan setiap waktu, cuma sayang saja bahwa makanan sudah dihidangkan oleh orang tua sejak siang hari dan akhirnya tidak bisa dikonsumsi karena kami pun baru datang di Bandung menjelang tengah malam.
Apakah kemacetan ini membawa hikmah buat kami? Oh ya tentu banyak sekali hikmah yang didapat, kami semua dilatih kesabaran dan yang terpenting silahturahmi keluarga dapat terjalin bisa lebih lama ditengah kemacetan. Kami bisa makan di luar secara bersama sebanyak 2 kali. Dari pengalaman mengalami kemacetan ini ada beberapa tips mengantisipasi kemacetan ditengah jalan:
- Istirahat cukup sebelum berangkat terutama bagi masyarakat yang menggunakan jalan darat dengan kendaraan bermotor, mengingat waktu sampai ketempat tujuan tidak bisa diprediksi.
- Bagi masyarakat yang memang kebetulan membawa kendaraan sendiri, sebaiknya ada beberapa anggota keluarga yang siap membawa kendaraan secara bergantian.
- Manfaatkan tempat istirahat untuk bisa melakukan olah raga kecil dan bisa melakukan gerakan relaksasi khususnya kaki, tangan dan leher.
- Manfaatkan juga tempat istirahat untuk bisa buang air kecil agar jangan sampai menahan kencing yang akan berakibat pada infeksi saluran kencing.
- Jangan membeli makanan dan minuman di pinggir jalan mengingat kualitas makanan dan minuman yang belum tentu terjaga dengan baik karena selalu terpapar dengan panas. Terutama untuk makanan dan minuman rumahan (hand made).
- Bagi masyarakat yang akan membawa makanan untuk bekal selama perjalanan usahakan membawa makanan kering, jika tetap juga ingin membawa bekal makanan selama perjalanan harus diperhatikan bahwa makanan basah atau nasi dan lauk-pauk yang dibawa tidak dikonsumsi kurang dari 6-8 jam setelah pembuatan.
- Jangan lupa membawa obat-obatan sederhana antara lain obat anti diare, obat sakit kepala, obat anti alergi, obat anti mual-muntah khususnya untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan parah di tengah jalan.
- Perjalanan pada malam hari merupakan pilihan yang tepat mengingat suhu udara yang lebih dingin dan perjalanan yang lebih lenggang.
- Semua battery gadget sudah terisi penuh, jangan lupa membawa power bank dan kabel USB penghubung untuk mengisi battery gadget dari kendaraan kita.
Kemacetan dalam masa long week end seperti libur panjang Maulid dan Natal serta tahun baru tidak bisa dicegah oleh karena itu berbagai antisipasi harus dilakukan agar perjalanan ditengah kemacetan dapat dilakukan secara nyaman.
Dr.Ari Fahrial Syam
Praktisi kesehatan
Staf Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI-RSCM-Wakil Ketua PB.PAPDI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H