Kehamilan didefinisikan sebagai proses pembuahan atau fertilisasi berupa penyatuan spermatozoa laki-laki dengan sel telur atau ovum perempuan yang selanjutnya berkembang menjadi calon janin atau embrio yang selanjutnya terjadi proses penempelan atau nidasi atau implantasi pada dinding rahim atau endometrium.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal dikatakan cukup bulan atau aterm apabila telah mencapai usia kehamilan 37 minggu hingga 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) menurut kalender internasional.
Namun, selain kehamilan normal, di dalam rahim juga dapat berkembang suatu kehamilan abnormal. Salah satu bentuk kehamilan abnormal adalah kehamilan anggur atau Mola Hidatidosa.
Mola hidatidosa, atau lebih umum dikenal di masyarakat dengan sebutan hamil anggur, adalah kehamilan yang ditandai dengan perkembangan trofoblas yang tidak wajar, yaitu vili korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur. Dibandingkan dengan penyakit trofoblas gestasional lainnya, mola hidatidosa merupakan tipe yang paling umum terjadi.
Berdasarkan perbedaan genetik dan patologi, mola hidatidosa bisa dibagi menjadi dua subtipe yaitu, mola hidatidosa komplit dan parsial. Mola hidatidosa komplit merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio-janin, sedangkan mola hidatidosa parsial merupakan kehamilan tidak normal disertai dengan adanya embrio-janin yang berkembang tidak optimal.
Faktor resiko dari penyakit ini bermacam– macam termasuk berbagai kombinasi dari faktor lingkungan dan genetik, yaitu pada pasien yang berusia muda (< 16 tahun) dan usia yang lebih tua yaitu >45 tahun, sosial ekonomi rendah, kekurangan gizi (protein, asam folat, dan karoten) dan riwayat mola sebelumnya.
Selanjutnya apakah jika pernah mempunyai riwayat kehamilan anggur, apakah bisa hamil normal?
Hal yang paling dikhawatirkan oleh pasien terutama di usia reproduktif adalah dampak penyakit tersebut terhadap fungsi reproduksinya. Mengutip dari Current Management of Gestational Trophoblastic Neoplasia, Goldstein & Berkowitz, 2012 bahwa dalam Kehamilan pasca mola hidatidosa komplit dan parsial, pasien dapat memiliki fungsi reproduksi normal pasca penanganan mola, meskipun terdapat peningkatan risiko mengalami kehamilan mola berulang. Perlu diketahui juga bahwa kehamilan anggur atau mola hidatidosa ini juga berpotensi menjadi suatu Tumor Gestasional Trofoblas (TGT), yaitu 15-20% wanita dengan mola hidatidosa komplit dan 2-3% pada mola parsial.
Proses merencanakan kehamilan normal ini tentunya harus didukung dengan pemantauan secara ketat dan berkala dari kadar hCG dalam 3 minggu pertama setelah terapi. Selanjutnya setiap bulan selama 12 bulan untuk pasien dengan TGT Stadium I hingga III, dan 24 bulan untuk pasien dengan TGT Stadium IV, sebelum memperbolehkan kehamilan. Secara umum, risiko kekambuhan keseluruhan adalah sekitar 3% hingga 9% pada tahun pertama setelah menyelesaikan terapi, tetapi jarang terjadi setelah 12 bulan dengan kadar hCG normal.
Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan Rontgen dada (Thorax) dan USG kebidanan dalam kondisi khusus. Disarankan menggunakan kontrasepsi oral selama pengobatan dan selama 12 (atau 24) bulan setelah menyelesaikan kemoterapi. Alat kontrasepsi intrauterin seperti IUD atau spiral tidak boleh dipasang sampai kadar hCG menjadi tidak terdeteksi.
Akhirnya, jika setelah pemantauan ketat kadar hCG didapatkan kadar hCG normal maka pasien dapat mantap untuk merencanakan kehamilan dengan pendampingan ketat dokter ahli kebidanan dan kandungan. Pemantauan kadar hCG dan USG Kandungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kunjungan sebagai upaya pencegahan terhadap kehamilan anggur yang berulang.
Kesadaran yang lebih tinggi tentang kondisi-kondisi ini harus menjadi bagian dari pemantauan kesehatan pada pasien yang rentan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H