Mohon tunggu...
Nurdin Putra
Nurdin Putra Mohon Tunggu... Dokter - penulis dan praktisi sehat

All for Hypnosis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amerika pun Sulit Membendung Corona, Bagaimana dengan Indonesia?

26 Maret 2020   18:13 Diperbarui: 26 Maret 2020   18:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip CNN, total angka kematian akibat virus corona di AS hingga saat ini menjadi 704, sementara kasus positif corona mencapai 52.976. 

Sangat melonjak  kasus kematian setinggi itu. Banyak sudah pemberi pendapat dan kebijakan yang dilakukan disana untuk menekan atau usaha mencapai penurunan dari puncak kurva dari keadaan penyakit ini. Bisa dibayangkan negara bagian yang sangat besar dan luas melakukan Lockdown untuk wilayahnya, pro kontra terjadi. Tetapi demi menurunnya angka itu wajiblah kiranya masyarakat mematuhi peraturan dalam waktu tertentu. 

Menyimak keberadaan penanganan corona di Indonesia, mungkin kurang lebihnya sama dengan negara-negara lain dalam penanganan wabah ini, semua bisa berpendapat semua boleh menilai kinerja yang sudah dilakukan. 

Sejak terungkap dan teridentifikasi positif corona di Indonesia, barulah semua ditelusuri sampai sejauh mana sudah menyebar. Timbul istilah mengejar corona atau korbannya, hal ini tampaknya seperti main kucing-kucingan. 

Yang menyadari dirinya ada kontak secara sadar akan memeriksakan dirinya atau malah menganggap tidak masalah karena tidak ada gejala pada dirinya, sedangkan orang ini sudah banyak melakukan kontak dengan manusia lain. Hal ini seakan menjadi sulit ketika rantai pencarian, tracing, terputus dan merebaklah kasus positif dalam jumlah besar. 

Dampak sosial yang terjadi adalah kepanikan awal, karena sebagian masyarakat membeli barang kebutuhan keluarga besar-besaran, panik istilah yang tepat. 

Beras habis di beberapa toko, gulapun demikian, bahkan sama dan terjadi diluar negeri. Menyebar info pemakaian masker, ada yang mengatakan, pakai masker jika sedang sakit dan yang sehat tidak perlu, sekarang sejak dikatakan corona berpotensi airborne, menyebar dan bertahan di udara, makin gencar orang mencari masker karena semua dianjurkan pakai untuk keamanan diri. 

Stock habis dan merebaklah usaha masyarakat disana-sini membuat masker buatan sendiri, Home Made, yang juga disebar dan dijual kemasyarakat. Begitu juga dengan saran kebersihan memakai materi pembersih tangan dan terbitlah sebuah bidang usaha membuat sanitizer sendiri karena barangnya habis bahkan hilang dipasaran.

Saya sebagai dokter tak memandang lagi si virus, karena virus itu tetap aktif mencari inang, host, untuk daur hidupnya. Hal ini sangat berbahaya dikalangan masyarakat yang tidak mengindahkan saran dan aturan untuk menghindari penularan dan pencegahan. Informasi ini penting agar tubuh kita tidak menjadi tempat tumbuhnya virus itu dan semakin menyebar. 

Alangkah indahnya ketika masyarakat memahami informasi ini dan turut pada peraturan, bersama-sama kita menjalankannya dan dukung semua petugas yang berwenang, bertugas secara profesional dan memelihara sarana yang ada untuk bisa memberi penanganan yang sebaik-baiknya dan lakukan sekarang juga untuk kebaikan bagi diri sendiri dan lingkungan.  

Sebagai pengamat perilaku saya banyak melihat pengaruh yang besar terjadi dimasyarakat justru datangnya dari pemberitaan demi pemberitaan tentang keadaan penyakit ini. Berita bertambah kasus positif dan kematian yang semakin membuat kecemasan meningkat. Hal ini terjadi bagi pencari-pencari pemberitaan online, saling share, berbagi, bahkan tak terbendung apakah berita benar atau hoax. Perlu diingat bahwa kecemasan dan ketakutan itu justru membuat keadaan daya tahan tubuh menjadi turun dan tubuh kita menjadi semakin merapuh.

Keadaan Indonesia saat ini. Bagaimana nantinya jika masyarakat yang tidak banyak mendapatkan arahan atau memang tak terjangkau untuk mendapat informasi. Bahkan jika hal ini memburuk apakah mereka mengerti masalah yang kita hadapi ini. Seperti halnya pemberitaan viral, masih ada saja yang berkumpul demi kebersamaan mengatasnamakan penanganan corona, bezoek pasien akhirnya semua masuk kategori ODP dan masih terlihat pula masih ada ajakan keramaian disana-sini yang berpotensi menularkan satu dengan yang lain. 

Bukannya saya membedakan status sosial, ini terjadi di wilayah RW yang bersebelahan dengan RW saya, jarak kurang dari 1 km, dari pemberitaan sangat jelas ada penderita yang positif di wilayah tersebut, ada liputan televisi pula. Tercatat hari ini ada 4 orang positif, berita sudah tersebar dan perlu tindakan nyata dari aparat untuk mengurangi alur berpindahnya manusia antar wilayah, jika tidak ada kepentingan dilarang melintas, mengingat banyak penduduk yang mempunyai mobilitas tinggi ke pusat kerja masing-masing dan sebagian besar melewati wilayah kami. 

Masyarakat tampak tenang saja, seakan saran atau peringatan berita itu hanya kabar berita angin lalu saja atau mereka memang tidak tahu. Hal ini yang perlu dipertegas melalui corong aparat pemerintah entah bagaimana caranya agar suara peringatan jelas terdengar dan semua paham untuk kepentingan bersama. Semangat gotong royong yang ditanam sejak nenek moyang itu sangat berarti dalam kehidupan berbangsa kita, namun untuk saat ini tampaknya sulit untuk dilaksanakan secara nyata guna menunjang kebijakan Social Distancing, menjaga jarak antar umat manusia. 

Bukan maksud memutuskan tali silaturahmi, memutuskan hubungan antar manusia, tapi nilai dengan pikiran positif, ini hanya sementara menunggu surutnya wabah ini karena adanya penularan yang sangat besar dipengaruh hubungan dan kedekatan antar manusia. Pada saatnya wabah berlalu nanti kebersamaan itu terbentuk lagi dalam keadaan sehat dan bahagia bersama.

Bangun diri kita untuk menjadi penyebar berita kebaikan dan pelaku kesehatan bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Perubahan lingkungan terlihat ketika ada satu tindakan yang kita mulai dari diri kita sendiri dengan memberi pengaruh dan contoh yang baik. Anjurkan untuk mengurangi bacaan, tontonan dan informasi yang berulang-ulang karena semua akan menjadi pembenaran dipikiran kita. 

Bagi pembuat atau penyambung berita, sharing tanpa menyaring dulu, diminta untuk stop sekarang juga untuk menyebarluaskan hal yang bersifat pendapat dan bukan dari keahlian dirinya, semua kata orang. 

Sebarkan berita kebaikan dari diri anda sendiri ketika anda melakukan hal yang terbaik tanpa mencontoh dari yang sudah ada dan terpampang didunia maya, tanpa disadari semua bisa menjadi benar dan juga bisa salah karena persepsi dan penerimaan manusia tidaklah sama. Berpegang teguh pada informasi yang benar dan itu untuk anda sendiri, bukanlah untuk orang lain yang sudah menemukan juga cara sehat untuk dirinya sendiri.

Janganlah salah kaprah tentang gotong royong untuk saat ini dengan pola kebersamaan cara berkumpul, rapat dan lain-lain. Menghindari acara-acara yang sifatnya berkumpul banyak orang, seperti acara pernikahan, reuni, arisan dan lain-lain. Social Distancing atau menjaga jarak kedekatan antar manusia dan bekerja dari rumah, sampai saat ini adalah langkah terbaik sebagai pemutus rantai penyebaran dan penularan virus. 

Ingat semua pembaca dan para sahabat, ini hanya sementara dan sesudahnya sehat dan bahagia adalah hak dan milik kita semua. Tetap sehat. Amin

Salam sehat mulia dari sahabat yang mengingatkan kebaikan untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun