Hal ini penting untuk memastikan bahwa asupan gizi yang diterima oleh masyarakat, khususnya anak-anak dalam program MBG, sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Edukasi dan Penyuluhan kepada Masyarakat
Dokter hewan juga berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya konsumsi protein hewani yang berkualitas. Mereka dapat memberikan penyuluhan tentang cara memilih, mengolah, dan menyimpan produk hewani dengan benar agar nilai gizinya tetap terjaga dan terhindar dari risiko kontaminasi. Edukasi semacam ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan pangan dan gizi seimbang.
Kolaborasi Lintas Sektor
Untuk menyukseskan program MBG, kolaborasi antara dokter hewan dengan berbagai pihak seperti ahli gizi, peternak, pemerintah, dan lembaga pendidikan menjadi kunci.Â
Sinergi ini diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh rantai pasokan pangan, mulai dari produksi hingga konsumsi, berjalan dengan baik dan memenuhi standar yang ditetapkan.Â
Dokter hewan, dengan keahlian mereka, dapat berperan sebagai penghubung antara sektor peternakan dan kesehatan masyarakat.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun peran dokter hewan sangat penting, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Keterbatasan sumber daya manusia, kurangnya kesadaran masyarakat, dan regulasi yang belum optimal menjadi beberapa hambatan dalam pelaksanaan tugas dokter hewan.Â
Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan kapasitas, baik melalui pendidikan maupun pelatihan, serta penegakan regulasi yang lebih tegas untuk memastikan bahwa peran dokter hewan dalam program MBG dapat berjalan efektif.
Menurut data World Food Programme (WFP) tahun 2022, sebanyak 418 juta anak prasekolah dan anak sekolah menengah di 176 negara telah menerima makan bergizi gratis.Â
Di Indonesia, program MBG akan menyasar 82,9 juta jiwa selama lima tahun ke depan, dengan anggaran mencapai Rp71 triliun. Â
Pada tahap awal, program ini menargetkan 3 juta anak di 932 lokasi di seluruh Indonesia.Â
Selain itu, data menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki tantangan serius dalam masalah gizi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting pada balita masih tinggi, sehingga program MBG diharapkan dapat menjadi solusi untuk menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia.Â