Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Langkah Penting Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku di Musim Penghujan

24 Desember 2024   06:37 Diperbarui: 24 Desember 2024   11:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan ternak sapi (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Sejak Indonesia dinyatakan kembali tertular Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan pada Mei 2022 yang lalu, hingga kini kasus PMK masih terus terjadi.

Di Kabupaten Gunung Kidul misalnya, kasus PMK di momen menjelang akhir tahun ini kasusnya kembali merebak. Setidaknya, ada sembilan ekor sapi di Kalurahan Pampang, Kecamatan Paliyan terjangkit PMK sejak Oktober 2025 dan satu di antaranya mengalami kematian.

Demikian juga di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selama dua bulan terakhir, ada 22 kasus PMK di Kediri dan tiga diantaranya mengalami kematian, yakni di Desa Joho, Kecamatan Wates ada dua ekor dan Desa Bedali, Kecamatan Ngancar satu ekor.

Faktor Musim Penghujan 

Tidak dapat dimungkiri, faktor musim penghujan menjadi salah satu penyebab maraknya kasus PMK akhir-akhir ini. Pasalnya, musim penghujan seringkali membawa berbagai tantangan bagi peternak, salah satunya adalah meningkatnya risiko penyakit pada hewan ternak. 

Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang merupakan penyakit menular akut yang menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. PMK, yang disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease Virus (FMDV), dapat menimbulkan dampak ekonomi dan kesehatan yang signifikan pada sektor peternakan.

Penyebab dan Penyebaran PMK

PMK disebabkan oleh virus yang sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, kontaminasi air, makanan, peralatan, dan bahkan udara. 

Di musim penghujan, kondisi lingkungan yang lembap dan basah menjadi medium ideal bagi virus untuk bertahan hidup lebih lama. Selain itu, limpasan air hujan yang tercemar dapat memperluas area penyebaran virus, sehingga meningkatkan risiko wabah.

Hewan yang terinfeksi PMK biasanya menunjukkan gejala seperti lesi atau luka pada mulut, lidah, gusi, serta kuku. Gejala lain yang sering muncul adalah demam tinggi, air liur berlebihan, kehilangan nafsu makan, pincang, dan penurunan produksi susu pada sapi perah.

Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada hewan muda atau lemah jika tidak ditangani dengan cepat.

Analisis Dampak Musim Penghujan terhadap PMK

Menurut data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), prevalensi PMK seringkali meningkat di musim penghujan, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa pada tahun 2022, kasus PMK melonjak hingga 300% selama musim penghujan dibandingkan musim kering.

Sementara itu, kondisi ini semakin dapat diperburuk oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

Pertama, Kepadatan Populasi Ternak

Di musim hujan, hewan ternak lebih banyak dipelihara dalam kandang untuk melindungi dari cuaca buruk. Kondisi ini meningkatkan interaksi antarhewan, yang menjadi salah satu penyebab utama penyebaran virus.

Kedua, Kualitas Sanitasi

Genangan air di sekitar kandang dapat mencemari pakan dan air minum, mempermudah penyebaran penyakit. Kandang yang tidak bersih menjadi sarang bagi virus dan patogen lainnya. Bahkan, kualitas sanitasi yang buruk juga memicu meningkatnya vektor penyakit.

Ketiga, Penurunan Imunitas

Perubahan cuaca yang ekstrem dan kurangnya nutrisi pada musim penghujan dapat menurunkan daya tahan tubuh hewan, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Wabah PMK dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Penurunan produksi susu, penurunan berat badan, hingga kematian ternak dapat berdampak langsung pada pendapatan peternak. Selain itu, pembatasan transportasi ternak selama wabah dapat menghambat distribusi hewan dan produk hewan, sehingga mempengaruhi harga di pasar.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wabah PMK pada tahun 2022 menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp10 triliun di sektor peternakan Indonesia. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh peternak, tetapi juga oleh sektor industri makanan, susu, dan daging.

Pencegahan dan Pengendalian PMK

Untuk mengatasi PMK, diperlukan langkah-langkah penting dalam pencegahan yang sistematis, terutama selama musim penghujan:

Pertama, Vaksinasi Rutin 

Vaksinasi hewan ternak secara berkala adalah langkah paling efektif untuk mencegah PMK. Kementerian Pertanian mencatat bahwa tingkat keberhasilan vaksinasi mencapai 85% dalam mencegah penyebaran penyakit.

Untuk mendapatkan vaksin PMK, dapat berkonsultasi dengan dinas yang membidangi urusan kesehatan hewan di daerah.

Kedua, Sanitasi Kandang.

Peternak harus memastikan kebersihan kandang, terutama selama musim hujan. Air yang menggenang harus segera dikeringkan, dan pakan serta air minum harus dijaga kebersihannya.

Ketiga, Isolasi Hewan Sakit

Hewan yang menunjukkan gejala PMK harus segera diisolasi untuk mencegah penularan ke hewan lain.

Keempat, Peningkatan Edukasi Peternak.

Pemerintah dan lembaga terkait perlu terus mengedukasi peternak tentang cara mengenali gejala awal PMK dan langkah-langkah penanganannya.

Jangan biarkan hewan sakit tanpa penanganan dari tenaga kesehatan hewan. Laporkan kepada dokter hewan atau mantri hewan jika menemukan hewannya sakit. 

Kelima, Pengawasan Transportasi dan lalu lintas hewan

Pergerakan hewan ternak antarwilayah perlu diawasi secara ketat, terutama di daerah yang rawan wabah. Gunakan aplikasi lalulintas.isikhnas.com ketika akan melalulintaskan hewan ternaknya. Jangan melalulintaskan secara ilegal. Karena berpotensi pada penularan penyakit yang lebih meluas.

Walakin, musim penghujan memang menjadi tantangan besar bagi sektor peternakan. Namun, pencegahan yang efektif melalui pengawasan lalu lintas hewan, vaksinasi, sanitasi kandang, dan edukasi peternak dapat meminimalkan risiko penyebaran penyakit ini.

Selanjutnya, kerja sama antara peternak, pemerintah, dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk memastikan kesehatan hewan ternak dan stabilitas ekonomi sektor peternakan.

Dengan langkah pencegahan yang tepat, dampak negatif PMK di musim penghujan dapat diminimalkan, sehingga sektor peternakan dapat terus berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun