Tidak jarang, pengungsi menghadapi keterbatasan sumber daya, dan hewan bisa saja menjadi prioritas yang terlupakan. Oleh karena itu, pemilik hewan harus tetap berkomunikasi dengan pihak yang mengelola pengungsian untuk memastikan kebutuhan hewan mereka tetap tercukupi, baik itu makanan, air, maupun kebutuhan medis. Jika memungkinkan, pemilik juga harus tetap memantau kondisi hewan secara berkala.
Namun, meskipun persiapan dan penanganan pasca-bencana sangat penting, tak bisa dipungkiri bahwa dalam situasi darurat, terkadang pemilik hewan juga harus membuat keputusan yang sulit.Â
Ada kalanya, evakuasi menjadi tidak memungkinkan karena jarak yang terlalu jauh atau jalan yang terputus akibat erupsi. Dalam situasi seperti ini, pemilik harus siap menghadapi kenyataan bahwa mungkin tidak semua hewan dapat diselamatkan, dan mereka harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan terbaik bagi hewan yang mereka cintai.
Pada akhirnya, peran pemilik hewan saat bencana gunung meletus sangat krusial. Tidak hanya memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, tetapi juga keselamatan hewan peliharaan atau ternak mereka.Â
Kesiapan dan respons cepat akan membantu meminimalkan risiko dan kerugian yang dapat terjadi, baik untuk manusia maupun hewan.Â
Sebagai masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan hewan, kita semua harus memahami bahwa keselamatan hewan juga merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai pemilik dan warga negara yang baik.Â
Dengan demikian, mari kita peduli terhadap bencana ini. Menjadi relawan terhadap hewan merupakan langkah positif yang perlu dilakukan. Tetapi jangan lupa, laporkan kepada Dinas yang membidangi urusan peternakan dan kesehatan hewan setempat untuk mempermudah koordinasi penanganan penanggulangan, pendataan dan evakuasi. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H