Ketiga, melihat belum sinkronnya program pemenuhan gizi protein hewani yang berasal dari lokal (peternakan dalam negeri), terbukti dengan belum optimalnya anggaran penguatan peternakan dan kesehatan hewan di daerah, maka kemungkinan pemenuhan protein hewani akan didatangkan dari luar negeri (impor).Â
Ini yang harus menjadi perhatian bagi seluruh pemangku kepentingan. Jangan sampai, peternak dalam negeri justru akan menjadi penonton dan akhirnya kalah bersaing dengan hadirnya protein hewani impor. Kalau sudah begini, apakah kita benar-benar akan berdikari? Berdiri dengan kaki sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H