Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Mudah Terprovokasi untuk Menyakiti Ketika Digigit Anjing, karena Belum Tentu itu Rabies!

18 Desember 2023   05:49 Diperbarui: 18 Desember 2023   07:07 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus penyakit rabies di Indonesia tampaknya belum ada tanda-tanda akan usai. Penyakit yang dikenal dengan anjing gila ini, masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia. Misalnya di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, kasus rabies sepanjang tahun 2023 ini telah mencapai 637 kasus gigitan.

Demikian pula di Bali, kasus gigitan oleh hewan penular rabies hingga November 2023 mencapai 62.672 kasus gigitan. Termasuk, kasus seekor anjing peliharaan warga di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, positif rabies. Anjing tersebut menyerang empat warga pada pertengahan bulan lalu.

Sementara itu, dengan semakin meningkatnya kasus gigitan anjing rabies, Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan wilayahnya sebagai daerah darurat rabies. Situasi ini setelah per tanggal 15 November 2023, telah terjadi 1.823 kasus gigitan hewan penular rabies di NTT, meliputi di Kabupaten TTS (Timor Timur Selatan) dan TTU (Timor Timur Utara) yang menyebabkan 11 orang korban jiwa.

Mengacu pada kasus tersebut, maka diperlukan langkah penting dalam pengendalian rabies, terutama bagaimana perlakuan kita terhadap anjing. 

Pasalnya, penularan rabies lebih dari 90% adalah akibat dari gigitan anjing. Meskipun, anjing yang tertular virus rabies sejatinya juga merupakan korban. Akibat infeksi rabies, anjing kemudian menjadi tidak terkontrol. 

Bahkan, pada situasi tertentu, anjing menjadi lebih agresif dan berusaha menggigit apapun yang ada disekitarnya. Anjing yang awalnya merupakan hewan yang patuh pada tuannya, saat itu telah berubah. Ia benar-benar menjadi anjing gila.

Oleh sebab itu, menurut penulis, ada tiga hal yang patut diperhatikan bagi siapapun yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat hewan anjing.

Pertama, jangan biarkan ada anjing liar atau anjing tidak berpemilik. Karena anjing seperti ini sangat berisiko terhadap masuknya penularan penyakit. 

Selain itu, anjing yang tidak berpemilik juga sulit untuk dilakukan vaksinasi dan atau mendapatkan tindakan pelayanan kesehatan hewan lainnya.

Jika tertular penyakit, maka anjing liar juga akan mudah menularkan ke anjing lainnya.

Kedua, menyadari bahwa persoalan rabies adalah tanggung jawab kita bersama. Ketika ada anjing liar, maka membentuk shelter atau penampungan anjing merupakan langkah yang baik dan perlu dilakukan.

Saat ini, penggalangan dana untuk shelter anjing liar juga telah banyak dilaksanakan. Namun, untuk memberikan donasi, sebaiknya kita juga mengetahui kondisi/ keberadaan shelter tersebut.

Ketiga, ketika anjing menggigit, anjing jangan disakiti. Apalagi, anjing sampai dibunuh. 

Kekesalan atau luapan emosi dengan menyakiti anjing bukanlah sebuah solusi. Justru jika menyakiti atau membunuhnya, petugas akan kesulitan untuk melakukan identifikasi kasus.

Sehingga yang benar adalah sesaat setelah hewan menggigit, hewan dikandangkan atau diikat dan dipelihara sebagaimana mestinya. Kemudian, segera laporkan ke dokter hewan berwenang atau dokter hewan pemerintah di dinas setempat untuk dilakukan observasi. 

Alasannya, tidak semua anjing yang menggigit adalah anjing rabies. Jika anjing tersebut tertular rabies, biasanya dalam kurun waktu 14 hari, hewan akan mengalami kematian.

Setelah mengalami kematian, itupun juga tidak langsung divonis rabies. Untuk meneguhkan diagnosis, langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di laboratorium. 

Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa anjing benar-benar tertular rabies. Kan, bisa saja sang anjing mati karena diracun oleh orang yang tidak suka atau kematiannya karena faktor lain.

Sementara itu, jika hewannya masih hidup, ini yang patut kita syukuri. Karena kemungkinan hewan tidak mengidap rabies. Pasalnya, secara normal, anjing menggigit sejatinya merupakan bentuk ekspresi alamiah. Bisa jadi, sang anjing menggigit karena terinjak ekornya, atau sedang menyusui anaknya.

Demikian pula dengan kucing yang mencakar, sapi menanduk, kuda menendang, lebah menyengat dan ular mengeluarkan bisa dan lain sebagainya, merupakan ekspresi alami sebagai fitrahnya hewan.

Dengan demikian, Semoga kita semakin sayang pada hewan di sekitar kita, salah satunya dengan menaruh perhatian untuk mereka. Jangan mudah terprovokasi untuk menyakiti hewan penular rabies dengan dalih mereka telah menggigit. 

Percayalah, hewan diciptakan oleh sang Pencipta sesungguhnya bukan untuk menimbulkan sebuah mala petaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun