Ketiga, perhatikan suhu air disekitar kita. Jika terjadinya Perubahan Suhu Air -- Karena sudah tercemar dan tidak murni lagi, maka biasanya kesegaran air akan hilang dan suhu air akan sedikit meningkat 3 hingga 5 derajat celcius.Â
Coba bandingkan air sungai di tengah kota dengan air sungai di hutan pedalaman, tentu saja berbeda karena komposisi kimia-nya saja sudah berubah jauh. Air di hutan yang relatif masih belum tercemar, biasanya akan lebih dingin, sejuk dan segar.
Keempat, perhatikan kesehatan dari anggota keluarga atau teman kerja, jika mulai muncul penyakit seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), tenggorokan gatal atau sakit, bersin, hidung tersumbat, dan batuk, maka hal ini juga dapat menjadi indikator lingkungan sedang tercemar. Meski, ISPA sejatinya merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, namun menurut dr Firda Fauziyah (Dokter Umum RS Sari Asih Sangiang, Kota Tangerang), seseorang dengan imun lemah akan mudah terjangkit ISPA melalui percikan air liur dari seseorang yang telah terinfeksi.
Selanjutnya, Polutan udara turut memberikan kontribusi menyebabkan ISPA lantaran partikel-partikel halus dan gas polutan dapat merusak jaringan pernapasan yang mengakibatkan peradangan.
Hal ini melemahkan pertahanan alami tubuh terhadap infeksi, sehingga membuat individu lebih rentan terhadap serangan patogen.
Selain itu, lingkungan yang kotor juga menjadi salah satu faktor penyebab bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh. Perpindahan virus dan bakteri penyebab ISPA terjadi melalui kontak langsung dengan benda-benda yang telah tercemar.
Semoga dengan mengetahui hal ini, kita menjadi lebih bijak. Menghadapi pencemaran udara dengan biasa-biasa saja. Tidak perlu panik. Karena kepanikan justru akan menyebabkan imun kita menjadi turun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI