Selanjutnya, terdapat lima titik kritis pemotongan hewan kurban yang patut menjadi perhatian bagi panitia pemotongan hewan kurban. Kelima titik kritis ini bukan hanya berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, tetapi dapat pula berpengaruh pada sah tidaknya syarat pemotongan hewan kurban.
Pertama, pada saat pengantaran hewan kurban ke lokasi pemotongan. Perhatikan kemiringan tanah. Jangan paksakan hewan kurban seperti sapi atau kerbau untuk melompat dari kendaraan pengangkut. Karena risikonya dapat mengalami patah kaki.
Menurut pendapat ulama, kondisi patah kaki pada hewan kurban merupakan kondisi kecacatan pada hewan. Sehingga, hewan menjadi tidak sah sebagai hewan kurban.Â
Jika terjadi, maka lakukan penukaran hewan. Terlebih pemotongan hewan kurban tidak hanya dilakukan selama satu hari. Melainkan selama empat hari, yakni satu hari tanggal 10 Zulhijah dan 3 hari pada hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijah).
Kedua, jangan memproses daging langsung di atas tanah. Tetapi siapkan alas seperti terpal atau tikar plastik tebal. Lebih bagus lagi, jika siapkan meja untuk memproses daging.
Penggunaan alas agar daging tidak bersentuhan langsung dengan tanah juga harus dipastikan kebersihannya. Jangan diperbolehkan, alas kaki seperti sepatu atau sandal menginjak-injak alas tersebut.
Ketiga, persiapkan tim dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas. Pemotongan hewan kurban yang dilakukan di luar RPH memiliki risiko salah satunya adalah harus memiliki tim yang jelas dan terorganisasi.Â
Bahkan, jika perlu setiap panitia memiliki identitas yang membedakan antara masyarakat umum dan panitia. Berikan garis pembatas dan jangan biarkan orang -orang yang tidak berkepentingan berkerumun mengganggu jalannya pemotongan.
Kemudian, upayakan pada saat saat proses penyembelihan hewan kurban, anak-anak tidak diperkenankan melihatnya secara langsung. Hal ini mengingat faktor psikologis, terdapat darah dan penggunaan senjata tajam yang belum layak ditonton oleh anak-anak.
Keempat, jangan memproses daging sambil merokok dan atau sambil makan/minum. Kegiatan pemrosesan daging harus fokus dan senantiasa menjaga kebersihan.
Untuk menjaga agar kondisi daging tetap bersih dan tidak ada cemaran, sebaiknya pengurus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan (panitia) pemotongan hewan kurban.