Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mengenal Masjid Raya Sultan Riau Penyengat: Kokoh Berdiri Sejak Tahun 1803

8 April 2023   04:01 Diperbarui: 8 April 2023   04:08 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang istimewa pada Awal bulan maret 2023 yang lalu, Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, secara resmi telah selesai direvitalisasi. Masjid yang dibangun pertama kali tahun 1803 itu dilakukan pemugaran oleh Pemerintah Provinsi Kepri. Tampak hadir dalam simbolis peresmian adalah Ansar Ahmad, Gubenur Kepri beserta jajaran dan didampingi oleh tokoh agama, Dr. KH. Habib Segaf Baharun, M.H.I dan Habib Alwi bin Muhammad Al Athos.

Tak pelak, masjid yang bernilai sejarah itupun kini semakin mempesona dan semakin indah, membuat pengunjung ( jemaah) makin betah di dalam masjid.

Sejarah Masjid Raya Sultan Riau Penyengat

Pada awalnya, masjid yang berada di pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang Provinsi Kepri ini hanya berupa bangunan kayu sederhana berlantai batu bata. 

Masjid ini juga mulanya hanya dilengkapi dengan sebuah menara setinggi lebih kurang 6 meter. Namun, seiring berjalannya waktu, masjid semakin ramai dikunjungi masyarakat dan akibatnya tidak lagi mampu menampung jumlah jemaah yang terus bertambah. 

Oleh sebab itu, Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda VII kerajaan Riau Lingga, yang istananya berada di Pulau Penyengat, berinisiatif untuk memperbaiki dan memperbesar masjid tersebut.

Untuk membuat sebuah masjid yang besar, Sultan Abdurrahman pun berseru kepada seluruh rakyatnya. Sebagai seorang raja yang arif, ia mengajak masyarakat untuk beramal dan bergotong-royong di jalan Allah SWT. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada tanggal 1 Syawal 1248 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1832 M. Panggilan tersebut ternyata telah menggerakkan hati segenap warga untuk berkontribusi pada pembangunan masjid.

Konon, karena banyaknya bahan makanan yang disumbangkan penduduk, seperti beras, sayur, dan telur, para pekerja sampai merasa bosan makan telur, sehingga yang dimakan hanya kuning telurnya saja. Karena menyayangkan banyaknya putih telur yang terbuang, sang arsitek memanfaatkannya sebagai tambahan bahan bangunan. 

Cairan bening dan kental dari telur itu dikombinasikan dengan kapur dan pasir, dijadikan sebagai perekat pengganti semen, sehingga percaya atau tidak, buktinya masjid Raya Sultan Riau Penyengat itu sudah lebih dari 191 tahun, namun hingga kini masih berdiri dengan kokoh.

Sebuah kearifan lokal nenek moyang yang tentu ini sangat menginspirasi dan patut dikaji dan dilestarikan. Mengingat, produksi semen di Nusantara juga baru dimulai setelah didirikan NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) atau dikenal dengan nama PT Semen Padang. Pabrik semen tertua di Indonesia itu berdiri pada 18 Maret 1910.

Selain Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, bangunan bersejarah lainnya yang juga ternyata dibangun menggunakan bahan campuran putih telur diantaranya adalah Benteng Somba Opu, Makassar, Taman Sari, Yogyakarta dan Jam Gadang, Bukittinggi. Semua bangunan ini masih tampak berdiri dengan baik dan telah melintasi beragam zaman.

Luas Lahan dan Bangunan Masjid

Masjid yang dominan dicat dengan warna kuning ini (warna khas melayu), memiliki Luas keseluruhan kompleks sekitar 54,4 x 32,2 meter. Sedangkan bangunan induknya berukuran 29,3 x 19,5 meter, dengan ditopang oleh empat tiang. 

Kemudian, lantai bangunannya tersusun dari batu bata yang terbuat dari tanah liat. Di halaman masjid terdapat dua buah rumah sotoh ( biasanya orang Jawa menyebutnya sebagai wuwungan) yang diperuntukkan bagi musafir dan tempat menyelenggarakan musyawarah. Selain itu, di halaman masjid juga terdapat dua balai, tempat menaruh makanan ketika ada kenduri dan untuk menaruh takjil tatkala berbuka puasa di bulan Ramadan.

Arsitektur Masjid

Setiap bangunan tentu memiliki gaya bangunan tersendiri dan memiliki ke khasan masing-masing yang menyertainya. Demikian juga dengan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. 

Mengutip dari website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Arsitektur mesjid ini juga sangat unik dan sarat akan simbol ajaran agama Islam, diantaranya adalah:

Pertama, Pada tangga mesjid, terdapat 13 buah anak tangga yang menggambarkan 13 rukun salat. 

Kedua, terdapat 6 buah jendela yang menggambarkan Rukun iman. 

Ketiga, terdapat 5 buah pintu yang melambangkan rukun Islam. Selain itu, belakangan angka Lima juga kadang dikaitkan dengan lima sila pada pancasila. Dasar negara Republik Indonesia

Keempat, Pada atap bangunan mesjid ini terdapat 13 buah kubah dan 4 buah menara yang jika dijumlahkan menjadi 17. Angka ini melambangkan jumlah rakaat salat sehari semalam dalam Islam. 

Kelima, di dalam masjid ini juga terdapat Alquran bertuliskan tangan yang ditulis oleh Abdurrahman Stambul pada tahun 1867. Abdurrahman Stambul adalah seorah penduduk ( pemuda) asal Pulau penyengat yang disekolahkan oleh Kerajaan untuk mempelajari agama Islam di Istanbul, Turki. Ia mempelajari gaya kepenulisan Alquran gaya Stambul.

Keenam, di dalam masjid ini terdapat dua buah almari yang dulunya merupakan Lemari Perpustakaan Khutub Khana Marhum Ahmadi (sebagai pustaka Islam pertama di rantau Asia Tenggara). Di dalam lemari ini juga masih terdapat banyak buku yang melambangkan kepedulian yang tinggi tentang ilmu Pengetahuan. 

Demikian ulasan tentang salah satu Masjid Nusantara yang berada di Provinsi Kepri, yakni Masjid Raya Sultan Riau di pulau Penyengat. Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun