Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Diidentifikasi oleh Google sebagai Pengarang | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memelihara Kucing Bisa Menyebabkan Mandul, Hoaks atau Fakta?

8 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   06:31 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan tentang memelihara kucing bisa menyebabkan mandul atau tidak bisa mendapatkan keturunan (anak) ini kerap muncul dan sering dilontarkan oleh beberapa orang. Terlebih, pernyataan ini sering ditujukan untuk wanita penyayang kucing (cat lovers).

Sehingga, pertanyaannya: apakah memelihara kucing memang benar bisa menyebabkan mandul? Mari kita simak penjelasannya.

Pertama, sebenarnya tidak ada hubungan antara memelihara kucing dengan kemandulan. Mandul atau kemandulan adalah kondisi di mana pasangan suami istri (pasutri) tidak bisa memiliki anak, meski aktif berhubungan intim. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan infertilitas (ketidaksuburan). Secara ilmiah, terdapat beragam alasan mengapa terjadi kondisi infertil. Baik pada pria maupun pada wanita.

Namun secara umum, penyebab infertil pada pria adalah adanya Kelainan enzim pada sperma. Kondisi ini bisa menyebabkan sperma sulit berenang dan menembus sel telur, sehingga tidak terjadi pembuahan.

Selain itu, bisa juga karena Impotensi atau penyakit disfungsi seksual yang dialami oleh pria, Infeksi menular seksual (IMS), seperti chlamydia dan gonore, Saluran sperma tersumbat, Varikokel atau pembengkakan pada pembuluh vena di dalam kantong zakar atau skrotum dan lain sebagainya. 

Sementara itu, kemandulan pada wanita dapat terjadi karena adanya Gangguan ovulasi. Kondisi ini menyebabkan wanita tidak dapat melepaskan sel telur, atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melepaskan sel telur, atau juga karena Kelainan anatomi, Endometriosis, dan adanya Gangguan lendir serviks serta penyebab lainnya.

Oleh sebab itu, pernyataan tentang memelihara kucing dapat menyebabkan mandul adalah hoaks alias belum tentu kebenarannya.

Kedua, penyakit menular (zoonosis) yang kerap dianggap menjadi "momok" bagi wanita pemelihara kucing adalah adanya Toksoplasmosis yang ditularkan oleh kucing.

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa, biasanya Toxoplasma gondii. 

Pada ibu hamil, penyakit ini dapat menyebabkan kondisi abortus (keguguran). Berdasarkan hasil penelitian, 40% wanita hamil pengidap toksoplasma pada awal kehamilan, janin yang dilahirkan akan terinfeksi dan 15% mengalami abortus atau kelahiran dini. Sebanyak 17% janin terinfeksi pada trimester pertama, 24% pada trimester kedua, dan 62% pada trimester ketiga. Infeksi toksoplasmosis juga akan menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami kematian atau kelainan kongenital antara lain berupa ensefalomyelitis, kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus.

Karena Toksoplasmosis adalah zoonosis, artinya merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, maka hewan menjadi sumber yang patut diwaspadai.

Secara umum, Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler dari golongan protozoa dan bersifat parasit obligat dengan hospes definitif adalah kucing dan family felidae lainnya, sedangkan hospes intermedietnya adalah semua hewan berdarah panas seperti ayam, sapi, kambing, babi, domba dan belakangan ini diketahui dapat menginfeksi burung, rodensia, ikan paus dan juga bisa menginfeksi manusia.

Kondisi inilah yang juga menyebabkan banyak para orangtua was-was jika anak perempuannya menjadi penyayang hewan.

Akan tetapi, layakkah kucing menjadi "kambing hitam" atas kasus Toksoplasmosis? Berdasarkan kajian ilmiah, kucing berperan sebagai Hospes definitif. Namun, sejatinya penularan Toksoplasmosis tidak selalu (tunggal) karena kucing.

Kasus toksoplasmosis pada hewan di Indonesia, sejatinya dinamika kasusnya cukup sulit diikuti secara tepat, karena surveilans yang reguler tidak diprogramkan dengan terencana. Namun, hasil kajian pernah menunjukkan prevalensi toxopolasmosis pada kucing berkisar antara 5,56%-40%, pada kambing 23,5%-60%, pada domba 32,18%-71,97%, pada sapi 36,4%, pada kerbau 27,3%, dan pada babi 28%-32% (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014).

Dengan demikian, mengacu pada hasil studi tersebut, kasus toxoplasmosis justru lebih besar terjadi pada hewan domba dan kambing dibandingkan pada kucing. Sehingga patut diwaspadai ketika mengkonsumsi daging domba/kambing yang mengandung kista (berisi bradizoit), takizoit (bentuk proliferatif) yang proses pemasakannya kurang sempurna atau daging mentah. 

Meskipun adanya kontak langsung dengan tanah, air atau makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses kucing yang mengandung ookista infektif juga dapat terjadi.

Upaya Pencegahan

Untuk lebih meyakinkan bahwa anda telah tertular Toksoplasmosis atau tidak, sebaiknya kita memeriksakan diri, yakni melakukan pemeriksaan Toksoplasma. Terutama ketika akan menjalani program kehamilan. Pemeriksaan anti-toxoplasma dilakukan untuk mendeteksi infeksi yang saat ini atau dulu pernah terjadi. Prosedurnya berupa tes serologis, TORCH (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex, dan infeksi lain, seperti sifilis), dan pengujian molekuler.

Di samping itu, ketika memelihara hewan, jangan lupa bersihkan kandangnya setiap hari, ajarkan hewan untuk membuang kotoran pada tempat yang telah disiapkan, Sediakan makanan kucing dalam bentuk kering, kaleng atau makanan kucing lainnya yang telah dimasak.

Lalu ketika memakan daging (terutama daging domba dan kambing), masaklah secara matang dan merata. Hindari makan daging setengah matang atau mentah. Kemudian, Cuci buah dan sayur ketika akan dikonsumsi, dan gunakan sarung tangan saat berkebun serta Periksa secara rutin status kesehatan kucing ke dokter hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun