Layaknya imunisasi pada manusia, vaksinasi pada kucing juga sangat penting. Tujuannya adalah untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Sehingga, tubuh akan menjadi lebih siap dan kebal ketika menghadapi infeksi penyakit.
Selain itu, manfaat vaksinasi juga sebagai upaya untuk mencegah penyakit menular. Apalagi, terdapat beberapa jenis penyakit pada kucing yang cukup mematikan dan bersifat endemis di Indonesia. Sehingga sangat berbahaya jika tidak diantisipasi.
Oleh sebab itu, jika kamu cat lover, ada beberapa jenis vaksin pada kucing yang wajib kamu ketahui. Tentunya, pelaksanaan vaksinasi harus dilakukan oleh dokter hewan. Tidak diperkenankan pemilik hewan melakukan vaksinasi sendiri.
Jenis vaksin ini juga dipengaruhi oleh usia kucing dan tingkat penularan agen penyakit. Sehingga, anak kucing yang telah divaksinasi biasanya akan lebih sehat. Kalaupun ada penyakit yang menginfeksi, biasanya kasusnya juga tidak terlalu parah.
Secara umum, vaksin pada kucing yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut:
Pertama, Vaksin F3 atau dikenal dengan vaksin Tricat. Vaksin ini terdiri dari tiga jenis vaksin yang dikemas menjadi satu, yakni vaksin Feline panleukopenia, vaksin Feline rhinotracheitis, dan vaksin Feline calicivirus.
Berdasarkan jenis vaksinnya, maka vaksin ini berfungsi sebagai antibodi agar kucing terhindar dari serangan penyakit atau virus Feline panleukopenia, Feline rhinotracheitis, dan Feline calicivirus. Dalam satu suntikan, telah merangkum tiga penyakit sekaligus.
Selanjutnya, Vaksin jenis ini juga merupakan vaksin inti (core) yang sebaiknya diberikan pada kucing untuk pertama kali. Biasanya akan diberikan pada kucing di usia 6-8 minggu.Â
Hal ini juga berkaitan dengan antibodi maternal, dimana usia di bawah 6 minggu, biasanya kucing masih memiliki antibodi yang berasal dari air susu induknya.
Vaksin Feline Panleukopenia (FPV) adalah vaksin untuk mencegah penyakit Panleukopenia. Penyakit ini disebabkan oleh parvovirus. Penyakit ini wajib diwaspadai para pemilik kucing karena menyumbang angka kematian yang tinggi, terutama pada kucing berusia kurang dari 12 minggu.Â
Kucing yang terjangkit penyakit ini biasanya menunjukkan gejala tidak nafsu makan dan minum (anoreksia), lemas, muntah, dehidrasi, dan diare yang berbau amis karena bercampur dengan darah.
Sementara itu, Vaksin Feline Rhinotracheitis (FHV-1), merupakan vaksin untuk mencegah penyakit Rhinotracheitis. Penyakit ini biasanya dapat terjadi bersamaan dengan infeksi chlamydia. Beberapa gejalanya antara lain demam, sakit mata, dan flu.Â
Pada kasus lanjutan, biasanya terlihat mata membengkak, bahkan hingga bagian bola mata menonjol keluar dari kelopak mata. Sementara pada kasus yang tidak disertai sakit mata, umumnya ditemukan gejala luka kemerahan dan berkerak pada kulit, terutama pada area hidung dan mulut.
Setelah itu, Vaksin Feline Calicivirus (FCV), vaksin ini merupakan vaksin untuk mencegah Calicivirus. Sebuah penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas dan rongga mulut pada kucing. Oleh sebab itu, kucing yang terjangkit penyakit ini biasanya menunjukkan gejala demam, flu, luka pada rongga mulut, dan hipersalivasi.Â
Kasus penyakit ini banyak ditemukan pada kucing dalam kepadatan populasi tinggi. Bahkan semakin viral karena penyebarannya yang dapat melalui udara (airborne disease) dan kontak langsung dengan kucing yang sakit.
Selain vaksin inti, pada usia 6-8 minggu, kucing juga dapat diberikan vaksin tambahan (bersifat opsional, tergantung arahan dokter hewan) yakni vaksin FiV (Feline immunodeficiency virus) dan vaksin FeLV (Feline leukemia virus).
Kedua, vaksin F3 Booster atau Tricat kedua. Vaksin ini isinya sama seperti F3 pertama, hanya saja vaksin disuntikkan/ diulang pada saat kucing usia 10-12 minggu atau kucing menginjak usia 2,5 bulan hingga 3 bulan, atau Pengulangan vaksinasi 1 bulan kemudian sejak vaksin pertama.
Sedangkan untuk vaksin tambahannya, anak kucing dapat diberikan vaksin FiV dan vaksin FeLV (ulangan). Di samping itu, di usia ini, biasanya kucing juga dapat diberikan vaksin Clamydia felis dan vaksin Bordotella.
Dalam praktiknya, biasanya pada vaksinasi kedua ini, dokter hewan akan memberikan vaksin F3+vaksin feline chlamydia yang dikemas jadi satu. Vaksin ini sering disebut F4 atau tetracat.
Ketiga, vaksinasi F3 yang ketiga atau sering disebut vaksin tricat final. Merupakan vaksin F3 yang sama atau F4 yang sama yang telah disuntikkan pada vaksinasi kedua, namun diulang pada usia kucing 14-16 minggu atau 1 bulan setelah vaksinasi kedua dilakukan.
Demikian juga untuk vaksin tambahan, jika vaksin tambahan diberikan pada usia 10-12 minggu, maka pada usia 14-16 minggu juga diulang kembali. Biasanya selain melakukan penyuntikan vaksin sebagaimana vaksin kedua, dokter hewan juga akan memberikan vaksin tambahan berupa vaksin FIP (feline infectious peritonitis).
Namun, karena ini adalah vaksinasi final, maka setelah ini, vaksinasi dapat dilanjutkan dengan vaksinasi yang sama tetapi bersifat tahunan. Meski secara prinsip, kekebalan tubuh kucing sudah terbentuk. Vaksinasi tahunan juga sangat bergantung pada arahan dan saran dokter hewan.
Walakin, vaksinasi sejatinya bukan satu-satunya upaya dalam mencegah penularan penyakit. Upaya lain yang tidak kalah penting adalah senantiasa menjaga kebersihan hewan peliharaan, baik kebersihan kandangnya, kebersihan lingkungannya dan memberikan asupan pakan yang bergizi dan seimbang.
Akhirnya, selamat menjadi pemilik hewan yang bertanggung jawab. Semoga kucing kamu selalu sehat. Jangan lupa, periksakan secara rutin ke dokter hewan ya...Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H