Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mana Lebih Berbahaya, PMK atau LSD?

22 Februari 2023   08:55 Diperbarui: 24 Februari 2023   01:13 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang merebak di Indonesia, penyakit hewan lainnya yang juga wajib diantisipasi adalah munculnya penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

Kedua penyakit ini sama-sama disebabkan oleh virus. PMK diakibatkan oleh Aphthovirus, sedangkan LSD oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Sebuah virus yang termasuk dalam genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae yang mengakibatkan penyakit kulit berbenjol pada sapi dan kerbau.

Dengan demikian, membandingkan keduanya sejatinya bukan ulasan yang tepat. Karena namanya penyakit, apalagi penyebabnya virus, keduanya tentu sama-sama berbahaya. 

Akan tetapi, mengacu pada dampak yang ditimbulkan dan penularan yang telah terjadi, memang kejadian PMK jauh lebih berbahaya. Terbukti, sejak kasus ini menyerang dan dinyatakan sebagai wabah di Indonesia bulan Mei 2022, PMK telah menyerang 602.742 ekor sapi. Sedangkan penyakit LSD, mengacu pada data dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS), telah menyerang sebanyak 11.474 ekor di enam provinsi di Indonesia pada 18 November 2022. Artinya, PMK patut diwaspadai karena tingkat penularannya yang masif.

Namun, bagaimana dengan dampak bagi individu ternak yang tertular? Ini yang menarik. Ternyata, Bagi hewan yang tertular PMK, hewan tersebut masih bisa dikonsumsi, tentunya dilakukan pemotongan di RPH. Bahkan, daging, jeroan dan susu dari hewan yang terkena PMK aman untuk dikonsumsi, dengan syarat: bagian tubuh hewan yang akan dikonsumsi harus direbus dalam air mendidih atau pada suhu 70 derajat celcius selama 30 menit.

Pernyataan hewan PMK dapat dikonsumsi juga pernah disampaikan oleh Menteri Pertanian. Sebagaimana dilansir dari Bisnis.com (30/06/2022), Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menjamin keamanan daging hewan ternak yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) aman untuk dikonsumsi, asalkan benar dan tepat dalam mengolahnya.

Dengan kata lain, dari sisi konsumsi, daging hewan terkena PMK relatif tidak menjadi persoalan.

Lantas bagaimana dengan hewan terkena LSD? Ini yang perbedaannya. Walaupun secara teori, daging atas penyakit ini juga aman jika dikonsumsi, namun faktanya dilapangan, ketika penyakit ini telah menjangkiti hewan, dagingnya mengalami kerusakan. Sehingga wajar, jika Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. drh. Wasito, Ph.D., sebagaimana dikutip dari ugm.ac.id (9/3/2022), mengatakan bahwa ternak yang terserang Lumpy Skin Disease, dagingnya tidak layak untuk konsumsi.

Soal tidak layak konsumsi ini menurut Wasito disebabkan daging sapi LSD kekurangan nutrisi protein terutama asam amino yang sebelumnya digunakan untuk replikasi virus. 

"Daging sapi penderita LSD tidak layak dikonsumsi. Daging tersebut mengalami lack of nutrient protein asam amino terutama dalam daging habis digunakan untuk replikasi virus," pungkasnya.

Sementara itu, dampak dari LSD dan PMK juga relatif sama. Keduanya dikategorikan sebagai PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis). Namun, jangan sampai kita ketat menjaga PMK, namun lengah dalam menjaga LSD. 

Dengan asumsi ini, sudah saatnya kita hadapi persoalan ini bersama. Terlebih, menutup wilayah, ternyata bukan solusi jangka panjang. Peternak kita juga butuh pergerakan ekonomi. Jangan menutup daerah terlalu lama.

Namun, jika ditanya: lebih pilih mana LSD atau PMK? Jawaban saya: lebih baik tidak keduanya. Karena dua penyakit ini, membuat banyak pihak, terutama peternak, dokter hewan dan tenaga kesehatan hewan menjadi tidak nyenyak tidur. Wallahu a'lam bish-shawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun