Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewaspadai Penyakit Kulit Berbenjol pada Hewan

19 Februari 2023   07:25 Diperbarui: 19 Februari 2023   07:29 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), saat ini yang menjadi ancaman bagi peternak sapi adalah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). 

Penyakit yang dikenal dengan istilah penyakit kulit berbenjol, saat ini sedang menyerang di beberapa wilayah di Indonesia. Oleh sebab itu, bagi daerah yang masih bebas, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sementara itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan peternak adalah jika hewan ternaknya sakit, segera hubungi dokter hewan dan atau tenaga kesehatan hewan/ petugas paramedik veteriner di lapangan di wilayahnya masing-masing. Jangan biarkan penyakit menjadi lebih parah, baru menghubungi petugas.

Adapun gejala klinis dari penyakit LSD ini diantaranya adalah adanya lesi kulit berupa nodul atau benjolan berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. 

Pada kasus berat, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya nodul ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5C. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. 

Selanjutnya, hewan sapi akan lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. 

Disamping itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan. Namun, Gejala klinis LSD dipengaruhi oleh umur, ras dan status imun ternak.

Penularan penyakit LSD ini terjadi karena ada dua cara, Pertama, penularan secara langsung, yakni melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.

Kemudian kedua, penularan Secara tidak langsung, yaitu penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Bahkan, Penularan secara mekanis juga dapat terjadi, yakni melalui vektor nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).

Mengingat penyakit ini disebabkan oleh virus yakni Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) maka upaya pencegahan perlu ditingkatkan, diantaranya melalui Biosecurity yang ketat dan pembatasan lalu lintas orang atau barang keluar masuk kandang. 

Akan tetapi, masyarakat tidak perlu khawatir, karena LSD bukan zoonosis atau bukan penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini, murni penyakit yang menular antar hewan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun