Satu sore di Moyudan.
Di sebuah misi mengganti seorang rekan
Aku rasakan langit sudah siap menurunkan air hujan.
Sebagai pengganti senja yang titip absen di lapangan.
Tiba-tiba, aku teringat akan sosok puan.
Ah, apa kabar dia yang sempat menjadi pujaan?
Satu kalimat yang terucap dari para wartawan
Sudah lama bidadari molek itu tidak aku jumpa
Sebuah potensi untuk membentuk hati hampa.
Toh, aku tidak tahu sedang apa dia sekarang
Apakah dia sedang sibuk berjuang di medan perang?
Atau, dia sedang beristirahat dari nasib yang kadang remang?
Sebuah pengabdian yang kelak akan berakhir lekang.
Dia belum tentu bisa diganti dengan satu koper uang
Di hamparan horizon yang luas ini
Izinkan aku untuk menerbangkan rangkaian mimpi.
Membawanya jauh melalui hamparan laut tak bertepi
Aku hanya ingin bisa bertemu denganmu lagi.
Nasib apa yang terjadi dengan kita, aku tak peduli.
Pertemuan ini yang menjadi pokok dari mimpi.
Bayangan yang menggoda.
Hanya karena satu sore di Moyudan yang mengulangi duka.
Moyudan, Sleman, 19 Maret 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H