Waktu membeli buku ini, aku sempat ragu apakah buku ini lebih menargetkan ke perempuan Islami atau bagaimana. Karena, melihat dari desain covernya saja, aku berpikir seperti itu.Â
Namun, setelah mencoba ta'aruf dengan buku, aku melihat bahwa buku ini cocok untuk kalangan luas. Terutama, disadur dengan gaya bahasa yang akrab dan menarik untuk disaksikan lanjutannya.Â
Buku ini menceritakan masing-masing kisah antara Novita, Elsa dan Annisa dalam menemukan jalan hidupnya. Dan, mereka sendiri menjadikan hijrah sebagai bagian dari cara untuk sukses di jalannya masing-masing.Â
Seperti yang dibilang sebelumnya, sisi menarik dari buku ini bagiku adalah bagaimana kita bisa melihat keunikan masing-masing cerita yang ditawarkan dan tentunya, berbagai pelajaran berharga yang diambil dari ketiga cerita tadi.Â
Sebagai sesama dokter, tentu saja, aku bisa memahami cerita Novita saat dia berjuang menjadi dokter. Bukan rahasia lagi, jika perjuangan untuk sampai ke titik itu benar-benar menguras fisik dan mental.Â
Namun, cerita Elsa dan Annisa juga tidak kalah menariknya. Cerita Elsa tentang pencarian jodoh juga turut membuatku evaluasi diri bagian mana yang kurang selama 24 tahun ini hingga aku belum menemukan tambatan hati.Â
Kemudian, cerita Annisa tentang bagaimana dia merintis sebuah organisasi pendidikan berbasis sukarela. Aku pun kagum dengan ceritanya, apalagi sampai bisa memberikan beasiswa ke siswa dan siswi terbaik di sebuah desa. Aku sampai terdecak membaca ceritanya tersebut
Meskipun ceritanya condong berbeda, namun mereka bertiga juga memberikan pesan yang tetap sama, salah satunya adalah untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (HR Ahmad ath Thabrani).Â
Buku ini secara tidak langsung memberikan kita sebuah pelajaran akan proses hijrah itu sendiri. Terutama dalam setiap cerita penulisnya, mereka membagikan ke dalam enam bab, yaitu:
Jati Diri, Proses, Mimpi, Ujian, Hijrah, Puncak.
Di sini, mereka memberikan pesan tersirat (atau mungkin tersurat) bahwa dalam proses mewujudkan mimpi yang kita bangun, entah itu dari satu titik kehidupan.Â