Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Satu Cangkir dan Cincin

22 Juli 2019   08:51 Diperbarui: 22 Juli 2019   09:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : dokumentasi pribadi

Aku menuliskan kata-kata ini
Di kertas warna coklat hasil pinjaman warung kopi
Tempatku bersinggah untuk bertahan dari kepungan pesan.
Memintaku ini dan itu, sudah lelah kepalaku.
Berdenyut-denyut bersama dengan detak jantungmu.
Manusia jalang perindu cinta.
Cerita yang sudah usang bagi setiap insan.

Di warung kopi ini, kamu pernah bertanya padaku.
Kala itu, aku lagi mabuk membayangkan hasrat yang menari.
Bersama satu cangkir kudapan favoritmu.
Dengan burung kenari yang bersanggah di bahumu.
Pengaruhi alam bawah sadar aku yang lemah.
Aku yang kala itu masih polos dan tidak tahu apa-apa.
Indraku masih belum matang.
Kedewasaan pun masih sedang berkembang
Aku pun bingung menentukan kata untuk menjawab.


Aku menuliskan kata-kata ini.
Untukmu yang masih mengalir di rangkaian pikiran.
Entah kenapa, sejak dua cangkir itu,
Arus itu tak pernah berhenti berputar ke dua arah.
Tanpa resistensi atau impedansi.
Konslet pikiran, semua jadi wanprestasi.
Sebuah rencana matang yang menghilang perlahan
Tersapu ombak bayangan dirimu yang berlalu lalang

Aku menuliskan kata-kata ini.
Hanya untuk memintamu menjauh dari hidupku
Pelan-pelan, sampai akhirnya, selamanya.
Biarkan aku sendiri sekarang ini
Hingga, waktu yang akan menjawab pertanyaanmu.
Tentang satu cangkir dan cincin itu.

Gresik, 22 Juli 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun