Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Memori 5745 Kilometer

11 Mei 2018   04:38 Diperbarui: 11 Mei 2018   07:53 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Instagram (yamaguchi_nonoka_official)

Dan, hingga sekarang, Nanako pun belum membalas pesanku tersebut. Aku pun coba beralih ke Instagram, karena mungkin dia sudah tidak pakai Twitter lagi. Ditemukan akun Instagram dia dengan sedikit mencocokkan info-info yang diperoleh saat interaksi dulu. Ternyata, dia sekarang sudah punya bisnis restoran seperti apa yang diimpikan. Restoran itu dibuka di Saitama dan dia beri nama NanaKitchen. Tidak hanya itu saja, ternyata dalam waktu dekat, dia berencana akan menikah dengan seorang cowok yang dia kenal selama di kampus. Perasaanku di kala itu bercampur aduk. Bangga dan sedih. Terutama setelah berbagai skenario yang aku rencanakan terkait Nanako di kala itu.

Ya, angka 5745 Kilometer itu memang angka yang besar. Dan, sampai sekarang, aku belum menemukan cara apapun untuk memotongnya menjadi 0 Kilometer demi Nanako. Aku masih belum bisa bertemu dengannya, dan mungkin cowok itu lebih layak karena selalu memotong jarak yang ada hanya untuk bisa bertemu denganmu. Tapi, dia telah membuat masa laluku indah di kala itu. Aku jadi teringat akan segala motivasiku untuk bisa mencapai Negeri Sakura itu, yang berawal dari pembicaraan di Twitter. Tapi, jika memang iya, mungkin dia akan menemukanku dalam posisi terendah. Apalagi dengan segala inersia yang memberikan beban bagiku untuk berkarya lebih jauh lagi. Mungkin juga, dia akan berpura-pura untuk tidak mengenalku setelah itu.

Ah, air mataku ini tiba-tiba saja keluar setelah berita tentang rencana pernikahannya tersebut. Di situlah, aku mulai sadar bahwa cinta tidak akan mungkin terjadi hanya melalui pertemuan di media sosial saja. Cinta membutuhkan sebuah pertemuan langsung, dan itu tidak hanya terjadi satu kali saja, harus dilakukan secara sering, hingga kelak rasa cinta itu akan tumbuh dan mantap tertanam. Karena, cinta bukanlah perasaan yang instan saja, harus dipupuk dan ditanam dalam sebuah komitmen. Itu yang aku dapat hingga sekarang ini dari Nanako.

Terima kasih, Nanako. Semoga kamu bahagia dan semoga kita dapat dipertemukan dalam kebahagiaan. Semoga aku kelak dapat orang yang punya kemiripan denganmu. Kamu masihlah tipe cewek yang aku inginkan hingga sekarang ini.

I still love you, Nanako.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun