Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesempatan Kedua

13 November 2017   06:04 Diperbarui: 13 November 2017   06:07 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kentuu,org

"Iyo sabananyo ambo ngomong ko, Mak. Tapi, apo nan mambuek Mak Heri melakukan itu?"

"Iko yo, Ndi. Eh teh taluanyo lah tibo yo. Lah ma, minumlah teh talua tu. Enak kalau diminum selagi hangat. Langsuang manusuk ka tenggorokan, kasih stimulasi taka itu lah."

"Ndeh, teh talua se Mamak Heri ko yo. Lah, ambo minum ciek lu. Menggoda bana bau tehnyo. Ndeh mandeh."

"Iko ambo lanjutkan yo. Jadi, tujuan ambo untuk memberikan banyak kerjaan ke Andi ko supayo Andi tu menyadari saketek bahwa hiduik ko yo berguna ma. Apo nan Andi dapek ko? Andi ambo suruah untuk menjadi guru panti asuhan, menjadi guru ngaji TPA, sampai pulo bantu menulis banyak bana. Dari artikel promosi sampai artikel biaso se nyo, bahkan ado pulo ambo suruah Andi menulis iklan taka itu. Ambo bukannyo kehabisan bantuan, tapi ambo nio Andi ko merasa bahwa inyo tu bisa berguna untuk kehidupannya kelak."

"Mmm. Tapi, bukannyo Mamak dulu acoknyo berkata-kata yo?"

"Jujur, Ndi. Berkata-kata alias banyak ngecek ko ndak berlaku di kehidupan kota Jakarta. Alah ambo caritoan kan tentang hiduik ambo di siko? Beuuh susah bana. Kini ko, ambo nio bantu Andi bukan dengan berbagai macam perkataan, tapi sebagai Mamak yang selalu membimbing kamanakan ke jalan yang benar tu. Ambo nio sedikit mengeksploitasi bakatnyo Andi, bantuaknyo nan ancak tu paliang eksplorasi lah. Andi jadi tau apo nan Andi sanang ma. Iyo nak?"

"Iyo sih, Mak. Tapi, menurut Mamak sendiri, lai bisa ambo baliak ka bantuak dulu?"

"Banget, Bro. Sok bana lo ambo panggil "Bro". Heealah yo. Manga pulo berpikir ka bantuak dulu. Mungkin dengan ini, justru Andi akan menemukan sesuatu yang baru dalam diri Andi. Seolah-olah terlahir kembali lah."

OoOoOoOoOoOoO

Percakapan cukup lama dengan Mak Heri itu mulai membuatku percaya akan namanya kesempatan kedua. Entah kenapa, sekarang ini aku melihat cara membimbing Mak Heri kepadaku berbeda dengan apa yang pernah dia lakukan di kala aku masih kecil. Sekarang, dia lebih menekankan kepada aksi dan memberikan contoh nyata dibandingkan dengan hanya sekedar kata-kata nasehat. Sebuah pendekatan yang mungkin berlaku pada anak-anak SD yang masih membutuhkan nasehat-nasehat penting. Mak Heri bukan hanya pandai dalam bernasehat, namun juga adil dalam bertingkah. Itulah kenapa banyak orang yang senang bekerja dengannya. Ah, dia memang sosok mamak yang hebat untukku. Aku beruntung punya mamak seperti dia.

Sosok Mak Heri kembali mengingatkanku pada peran laki-laki Minangkabau. Mak Heri selalu menekankan bahwa kelak laki-laki itu berperan sebagai kemenakan, mamak dan penghulu. Ketika di posisi kemenakan, tugasnya adalah membantu mamak dan mempelajari segala hal tentang adat Minangkabau terutama untuk kaumnya sendiri. Kelak, di Minangkabau sendiri, kemenakan akan mendapatkan semacam waris pusako serta bimbingan apapun dari seorang Mamak. Gelar pusaka yang didapat atas hubungan tali darah seseorang. Mamak itu di-Indonesiakan itu seperti Paman namun dari keluarga ibu kita. Mak Heri sendiri merupakan kakak paling tua dari Amak. Sehingga, sudah merupakan tugasnya juga untuk membantu dan membimbing kemenakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun