Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membaca Ambisi Baru One Ok Rock

18 Januari 2017   06:16 Diperbarui: 18 Januari 2017   15:45 6174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ONE OK ROCK | sumber gambar : altpress.com

Tahun 2017 ini dapat dinyatakan sebagai tahun yang sangat saya antisipasi terutama dalam hal menulis tentang musik. Selain keputusan saya untuk mencoba sebagai penulis lepas. Saya juga mulai merasakan adanya peningkatan dalam performa menulis saya. Beberapa hari yang lalu, saya baru saja memperoleh tawaran untuk review album dari salah satu musisi hip-hop bawah tanah di Indonesia. 

Dapat disimpulkan bahwa banyak yang mulai menunggu berbagai tulisan saya, meskipun hanya berakhir dengan sekedar harapan palsu belaka. Sebuah hal positif dan cenderung dilematis untuk saya pribadi yang mesti berkutat sebagai kasta terbawah dalam pelayanan klinik.

Setidaknya tahun ini pun diawali dengan salah satu artis favorit saya, ONE OK ROCK yang menelurkan album barunya berjudul “Ambitions”. Album ini dirilis minggu lalu dalam 2 versi, yaitu Jepang dan Internasional. Seperti yang diketahui, ONE OK ROCK merupakan sebuah grup band rock yang sudah mengibarkan namanya di skena pop-rock Jepang. 

Mereka sudah memperoleh banyak fans, baik itu di Jepang maupun luar Jepang. Hal itu juga yang membuat mereka sukses dalam tur di seluruh dunia, dan ujung-ujungnya bernaung di label musik rock populer Amerika, Fueled By Ramen. Sebuah kesuksesan yang sangat masif mengingat label tersebut juga turut menaungi beberapa nama populer, seperti Fall Out Boy, Paramore, dan Panic! At The Disco.

bentuk fisik dari album
bentuk fisik dari album
Kesuksesan mereka di kancah Internasional memang diibaratkan dua sisi koin, dapat berarti baik dan juga buruk. Baik karena akhirnya band yang digawangi oleh Taka, Ryota, Toru dan Tomoya ini sukses diapresiasi besar dab merupakan hal yang cukup langka bagi musisi Asia untuk memperoleh hal serupa. 

Buruk juga karena mulai ada sedikit perubahan gaya musikalitas ONE OK ROCK yang cenderung kehilangan keasliannya. Masalah yang cenderung klasik bagi musisi yang sudah dikontrak oleh label besar, apalagi hal tersebut bertujuan untuk tetap menjadi relevan di mata fans mereka, stay up to date.

Ketika mengetahui bahwa tahun ini, ONE OK ROCK akan merilis album baru di awal tahun 2017. Saya hanya berharap bahwa album ini akan lebih baik dari keluaran sebelumnya yaitu “35xxxv”. Mohon maaf jika saya harus berkata bahwa album ini adalah album terjelek ONE OK ROCK sepanjang saya mengenal mereka. Hanya lagu “Mighty Long Fall “, “Cry Out”, dan “Heartache” yang sukses menghampiri telinga saya dalam waktu lama. 

Lagu-lagu lainnya dalam album ini hanya singgah sebentar saja, bahkan lagu “Paper Planes” yang digarap bersama Kellin Quinn dari Sleeping With Sirens hanya hinggap dalam sekali dengar saja. Kolaborasi yang benar-benar tidak sesuai harapan. Meski saya masih mengapresiasi usaha pertama mereka untuk melintasi skena, meski hal itu selalu mereka lakukan dari awal mereka berkarir.

Petualangan saya dengan album “Ambitions” ini diawali dengan versi Jepang terlebih dahulu. Versi ini diawali dengan lagu “Introduction” berdurasi satu menit. Tindakan ini sudah sangat biasa dilakukan band tersebut di setiap rilisan mereka. 

Bagi saya, intro dari album “35xxxv” masih super menarik ketimbang album yang lainnya. Tetapi, tidak salahnya juga untuk mendengar intro dari album ini. Saya sangat terkagum dengan koneksi yang ada antara track ini dengan track berikutnya yang berjudul “Bombs Away”. 

Track kedua di album ini dibalut dengan suasana yang cenderung menghentak, meski pada detik-detik awal, terdengar kesan mistis di album ini. Hal yang wajar mengingat track ini juga membahas tentang perjuangan ONE OK ROCK melawan inner demon yang hinggap di dirinya, termaktub pada bait awal di lagu tersebut. 

Track ini cukup mengingatkan saya terhadap lagu lama mereka, terlihat ada aura seperti ketika saya mendengar lagu "Answer Is Near" ataupun "Deeper Deeper". This is the end of you and me/ And I’m never going back/ Before my broken soul begins/ To fade to black.

Hawa upbeat dari album ini kembali berlanjut pada track lanjutan berjudul “Taking Off”. Lagu ini dirilis sebagai peluru pertama dari album ini. Membaca lirik ini benar-benar mengajarkan kita tentang rasa sakitnya dalam mencapai sebuah ambisi besar tersebut. Hal ini kembali dibuktikan lewat lirik mereka. I know, I know/ We’re taking off together/ Eventhough we always crash and burn/ Tonight you and I will fall from the sky/ Drag me all the way to hell/ Cause I’m never gonna let it go/

Kemudian, suasana berlanjut pada lagu “We are”, yang baru saja dirilis beberapa hari sebelum album ini diluncurkan. Dengan suara merdunya Takahiro Moriuchi yang masih konsisten, lagu ini memberikan kesan motivasi supaya menjadi diri sendiri dan tetap berpikir positif. They think we are made up of all of our failures/ They think we are foolish, and that’s how the story goes/ They stand for nothing, They’re lifeless and cold/ Anything they say, will never break our hearts of gold. Aura choir yang terlampir malu-malu di lagu ini membuat saya merinding, bahkan lebih dirasakan lagi ketika lagu ini dibawakan pada acara “NHK 18Fes.” secara langsung berkolaborasi dengan ribuan fans. Benar-benar penampilan yang menakjubkan!

Setelah track “We are” yang benar-benar religius untuk hati saya, mulai terlihat perbedaan antara versi Jepang dan Internasional dari lagu ini. Ketika anda bertualang melalui edisi Jepang, maka anda akan mendengarkan lagu “20/20” yang secara tema sangat tidak berkoneksi dengan tema yang ditawarkan di album ini. Meskipun tetap bertahan dengan suara keras ONE OK ROCK lawas, tema yang diangkat di lagu ini lebih mengangkat soal keputusan untuk memutuskan hubungan pertemanan, atau mungkin percintaan. 

Tetapi, ketika mendengar versi Internasional, anda akan mendengarkan lagu “Jaded”, berkolaborasi dengan Alex Gaskarth, vokalis All Time Low. Mendengar lagu ini seolah mengingatkan saya pada suara ONE OK ROCK era Niche Syndrome, hanya terkesan lebih pop saja. Tema yang diangkat dari lagu “Jaded” ini masih berkoneksi dengan tema inti album ini. Jaded, feeling like you, I don’t mind/ I believe, I believe, I believe in you even after all this time. Jaded, don’t you wanna feel alive/ I believe, I believe in you. I believe that we will never die.

Lagu “Always Coming Back” dan “Hard to Love” sendiri merupakan lagu yang membahas soal hal yang relatif sama, yaitu semacam persembahan atau rasa terimakasih untuk ayahnya, dan tentunya, orang-orang yang selalu bersamanya, meski kedua lagu ini hanya terpisah soal edisi saja. Lagu “Always Coming Back” berada di versi Jepang, dibawakan dengan gaya yang seolah mengingatkan saya ke lagu lawas seperti “All Mine”. Tetapi, lagu “Hard To Love” malah tetap menggunakan gitar akustik sebagai pengiringnya. 

Lagu ini turut menunjukkan kualitas vokal Taka yang hampir tiada duanya yang cukup menggugah hati para fans cewek. Lagu “Hard To Love” bagi saya memiliki lirik yang menyentuh dan dapat memberikan efek air mata jika didengarkan dengan khusyu’.

Perpisahan lagu pada dua edisi tersebut mulai dipertemukan pada lagu “Bedroom Warfare”. Mohon maaf jika saya harus berkata bahwa lagu ini mungkin masuk dalam lagu yang kurang bisa saya hargai setelah membaca liriknya. Makna yang absurd disertai dengan sedikit sisipan elektronik yang cukup generik, terutama jika didengarkan ke fans leluhur mereka sendiri. Di lagu ini, ONE OK ROCK membahas soal percintaan yang sebenarnya tidak relevan dan bisa disalahartikan. 

Tema tentang percintaan kembali dibahas di lagu berikutnya, yang kembali memisah. Pada versi Jepang, kita akan mendengarkan lagu “Lost In Tonight” yang kembali menampilkan musik elektronik dan membahas tentang pesta, dan saat disayangkan, jika saya menjadi seorang cewek, saya merasa diajak Pesta ke Rumah Hantu jika mendengarkan lagu ini. Jika anda berpetualang di versi Amerika, maka anda akan mendengarkan lagu “American Girls”. 

Sebuah lagu yang sebenarnya hanya menceritakan kecintaan mereka ke cewek Amerika, yang sebenarnya sangat sangat generik, apalagi di skena rock sendiri. Mungkin, tidak begitu membosankan karena mereka bukanlah warga Amerika. Tetapi, suara yang disisipkan di lagu ini membuat orang dapat dengan mudah menekan tombol next atau fast forward.

Suasana mendung di album ini pun mulai dicerahkan pada track “I Was King”. Track yang dibawakan dengan membawa suara biola yang cukup memberikan orgasme. Selain itu, dalam track ini, ONE OK ROCK seolah-olah baper tentang bagaimana sesuatu itu harus terjadi, terutama dalam ambisi mereka mencapai mimpi yang lebih besar lagi. When am I, when am I gonna start living?/ When am I, when am I gonna move on?/ When am I, when am I gonna kill this feeling?/ When am I, when am I gonna stop this dreaming?/

Pengangkatan tema ambisi ini kembali diangkat pada lagu “Listen” yang terkesan Pop tetapi subjek yang dibahas di lagu ini benar-benar mantap. Mereka mengangkat tema depresi yang sebenarnya sudah diangkat juga pada lagu “We are”, tetapi lebih diterangkan lagi di lagu ini. Mendengar lagu “Listen” sangat direkomendasikan pada versi Jepang. 

Anda akan mendengarkan salah satu diva Punk, Avril Lavigne kembali menyumbangkan suaranya, setelah sekian lama vakum melawan penyakit Lyme yang dideritanya. Terimakasih ONE OK ROCK karena mengobati rasa kangen saya pasca ditinggal album Goodbye Lullaby yang tidak semenarik saat Avril membawakan lagu Sk8ter Boi atau Complicated. It feels so hard to watch you hurt/ From the pain, a lesson learned/ This is how you find your way.

Suasana pop di album ini kembali dipajang pada track berikutnya yang berjudul “One Way Ticket” yang liriknya sangat cocok untuk dijadikan status Facebook atau LINE bagi orang galau atau yang ingin baper. Mengingatkan sekilas pada momen seperti lagu “Wherever You Are” yang benar-benar lagu romansa terbaik mereka. In this empty bed, where I’m all alone/ I’ve been such a mess, need a one way ticket/ Anywhere you are is where I want to go/ You are my address/ I don’t care how I get it, I need a one way ticket. Home/

Suasana di lagu ini sontak berubah kembali pada sisi rock dengan lagu “Bon Voyage”, dengan racauan bass yang tidak agresif tetapi menarik untuk didengarkan, terutama pada bagian solo instrumennya yang sangat dahsyat. Lagu ini juga benar-benar mengungkapkan bahwa ONE OK ROCK sendiri sudah tidak tahan dengan masa lalunya, dan merasa bahwa ini semua sudah selesai. I know things won’t change, I’m saying bon voyage/ Down to the line, It’s time to sail./ We’re stuck on repeat, I’m saying bon voyage/ Down to the line, I’m letting go./

Kesan ONE OK ROCK untuk meninggalkan masa lalu mereka semakin diperkuat dengan dua lagu terakhir mereka yang berjudul “Start Again” dan Take What You Want. Kedua lagu ini memang merupakan lagu yang sangat tepat untuk mengakhiri album yang cukup ambisius tersebut. Lagu Start Again sendiri seolah-olah ONE OK ROCK menyatakan bahwa dia tidak merasa bersalah ketika menjadi dirinya sendiri. I’m not always perfect but I’m always myself/ If you don’t think I’m worth it, find someone else/ I won’t say I’m sorry for being who I am/ Is the end a chance to start again?/. Sedangkan pada lagu Take What You Want, mereka mengajak band pop-rock asal Australia, 5 Seconds of Summer, seolah-olah mengusir masa lalu untuk tidak menghampiri mereka lagi. 

Bagian favorit saya dari lagu ini adalah suara drum yang terkesan malu tetapi sukses menyentuh hati, ketika salah satu personil 5SOS menyanyikan bagiannya. Sebuah kolaborasi yang cukup solid, setidaknya lebih dari lagu “Jaded”. Can you hear me? I’m trying to hear you/ Silence strikes like a hurricane/ I’m singing for you, you’re screaming at me/ It’s hard to see your tears in the puring rain/ I don’t want anything in our broken home/ Not the memories or the things we own/ All the memories/ Take what you want, take what you want and go. Lagu “Take What You Want” ini juga diakhiri dengan sedikit nyanyian Taka atau sesi studio yang sebenarnya sering diterapkan pada diskografi sebelumnya, hal yang tidak diterapkan pada “35xxxv”.

Dalam petualangan yang saya tempuh, saya merasakan bahwa album Ambitions ini sebenarnya tidaklah sekeren beberapa yang ada di diskografi mereka. Tetapi, setidaknya album ini sudah lebih menggugah rasa ketimbang album “35xxxv” yang terkesan datar, dan tentu saja lebih personal. Ada beberapa lagu di album ini yang sukses memberikan kesan nostalgik ke diskografi lama mereka. 

Bahkan, nyaris tidak ada lagu yang ingin saya buang ke tong sampah, seperti lagu “Paper Planes”. Meskipun lagu “Lost in Tonight” dan “Bedroom Warfare” bisa dipoles lebih baik lagi, tetapi mungkin dalam beberapa percobaan, lagu ini dapat terdengar mesra di telinga saya. ONE OK ROCK yang dulu tentu saja bukanlah yang sekarang. 

Dari lirik lagu pada album ini, sudah diberikan visualisasi yang jelas tentang apa yang sebenarnya diinginkan fansnya untuk mengerti. Terutama, album Ambitions ini memiliki 3 tema dasar, yaitu Harapan, Ambisi dan Menyanyi bersama. 

Dari lirik lagu mereka tersebut, dapat dilihat juga apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh ONE OK ROCK. Instrumentasi yang cenderung pop jelas memperlihatkan keinginan mereka supaya memperoleh popularitas besar. Mereka punya ambisi untuk dikenal masyarakat seluruh dunia. Itulah yang menyebabkan kenapa mereka ingin mencoba sesuatu yang baru. 

Meskipun, menilik kembali ke diskografi mereka, sebenarnya hal yang dianggap baru tersebut sudah mereka terapkan pada album sebelumnya. Bumbu musik electro sudah diterapkan bahkan pada masa Zankyo Reference. Pendekatan pop disertai akustik gitar sudah diterapkan pada era Kanjo Effect. Bahkan, Taka sendiri sudah berada pada lingkungan Pop, dibesarkan dari keluarga musisi ditambah pengalaman Taka di boyband NEWS beraliran R&B dan Pop. 

Album ini memang sebuah tanda akan perubahan gaya ONE OK ROCK secara hampir tidak menyeluruh dari segi musikalitas ke arah alternatif ditambah sedikit pop. Dari petualangan ini pula, saya menemukan sebuah hal baru, terutama pada lagu “We Are”, “Jaded”, ataupun “I Was King”, sebuah track yang sebenarnya nyaris saya benci pada pendengaran pertama.

(kiri) Taka masih menjadi bagian dari NEWS, (kanan) Taka menjadi bagian dari ONE OK ROCK | sumber : marumura.com
(kiri) Taka masih menjadi bagian dari NEWS, (kanan) Taka menjadi bagian dari ONE OK ROCK | sumber : marumura.com
ONE OK ROCK berubah dari band yang garang menjadi band yang ingin dikenal banyak umat. Mirip dengan pendekatan yang dilakukan band-band yang sebelumnya masuk ke Fueled By Ramen. Bisa dilihat dari transformasi musikalitas pada Fall Out Boy dan Paramore. Tetapi, dari album Ambitions ini, saya masih menemukan sisi ONE OK ROCK yang mengingatkan saya akan pertama kali kagum dengan band tersebut. Anda tidak akan mengharapkan lirik yang berat di album ini, sehingga album ini cocok untuk dibawa dan dijadikan teman nyanyi bersama. 

Lagu-lagu di album ini memang cocok dijadikan bahan untuk nyanyi sendiri di kamar ataupun kamar mandi sebagai sarana penghilang stress. Lagu yang cocok untuk dinyanyikan bersama pada saat tur dunia mereka. Saya sendiri sangat berharap mereka akan konser lagi di Indonesia. Setidaknya, untuk para fans leluhur yang menginginkan ONE OK ROCK kembali ke gaya lama, sudah saatnya kita untuk menerima momen tersebut. 

Sangat jelas sekali termaktub pada dua track penghujung album tersebut, bahwa mereka tidaklah berada pada fase itu lagi. Bukan berarti mereka sudah kehilangan identitas mereka sebagai ONE OK ROCK. Sama dengan manusia, untuk memperoleh hal yang bagus, mereka tentu saja harus bereksperimen dengan hal baru. Dan menurut saya, eksperimentasi kedua ini dapat dibilang sebagai hit or miss. Tergantung dari bagaimana para pendengar mereka bereaksi ke album ini.

Skor : 7.5/10

Lagu favorit saya : “Taking Off”, “One Way Ticket”, “We Are”, “Bon Voyage”, “20/20”, “I Was King”, “Bombs Away”.

Lagu yang bisa diskip : “Bedroom Warfare”, “Lost In Tonight”, “American Girls”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun