Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membaca Ambisi Baru One Ok Rock

18 Januari 2017   06:16 Diperbarui: 18 Januari 2017   15:45 6174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bentuk fisik dari album

Track ini cukup mengingatkan saya terhadap lagu lama mereka, terlihat ada aura seperti ketika saya mendengar lagu "Answer Is Near" ataupun "Deeper Deeper". This is the end of you and me/ And I’m never going back/ Before my broken soul begins/ To fade to black.

Hawa upbeat dari album ini kembali berlanjut pada track lanjutan berjudul “Taking Off”. Lagu ini dirilis sebagai peluru pertama dari album ini. Membaca lirik ini benar-benar mengajarkan kita tentang rasa sakitnya dalam mencapai sebuah ambisi besar tersebut. Hal ini kembali dibuktikan lewat lirik mereka. I know, I know/ We’re taking off together/ Eventhough we always crash and burn/ Tonight you and I will fall from the sky/ Drag me all the way to hell/ Cause I’m never gonna let it go/

Kemudian, suasana berlanjut pada lagu “We are”, yang baru saja dirilis beberapa hari sebelum album ini diluncurkan. Dengan suara merdunya Takahiro Moriuchi yang masih konsisten, lagu ini memberikan kesan motivasi supaya menjadi diri sendiri dan tetap berpikir positif. They think we are made up of all of our failures/ They think we are foolish, and that’s how the story goes/ They stand for nothing, They’re lifeless and cold/ Anything they say, will never break our hearts of gold. Aura choir yang terlampir malu-malu di lagu ini membuat saya merinding, bahkan lebih dirasakan lagi ketika lagu ini dibawakan pada acara “NHK 18Fes.” secara langsung berkolaborasi dengan ribuan fans. Benar-benar penampilan yang menakjubkan!

Setelah track “We are” yang benar-benar religius untuk hati saya, mulai terlihat perbedaan antara versi Jepang dan Internasional dari lagu ini. Ketika anda bertualang melalui edisi Jepang, maka anda akan mendengarkan lagu “20/20” yang secara tema sangat tidak berkoneksi dengan tema yang ditawarkan di album ini. Meskipun tetap bertahan dengan suara keras ONE OK ROCK lawas, tema yang diangkat di lagu ini lebih mengangkat soal keputusan untuk memutuskan hubungan pertemanan, atau mungkin percintaan. 

Tetapi, ketika mendengar versi Internasional, anda akan mendengarkan lagu “Jaded”, berkolaborasi dengan Alex Gaskarth, vokalis All Time Low. Mendengar lagu ini seolah mengingatkan saya pada suara ONE OK ROCK era Niche Syndrome, hanya terkesan lebih pop saja. Tema yang diangkat dari lagu “Jaded” ini masih berkoneksi dengan tema inti album ini. Jaded, feeling like you, I don’t mind/ I believe, I believe, I believe in you even after all this time. Jaded, don’t you wanna feel alive/ I believe, I believe in you. I believe that we will never die.

Lagu “Always Coming Back” dan “Hard to Love” sendiri merupakan lagu yang membahas soal hal yang relatif sama, yaitu semacam persembahan atau rasa terimakasih untuk ayahnya, dan tentunya, orang-orang yang selalu bersamanya, meski kedua lagu ini hanya terpisah soal edisi saja. Lagu “Always Coming Back” berada di versi Jepang, dibawakan dengan gaya yang seolah mengingatkan saya ke lagu lawas seperti “All Mine”. Tetapi, lagu “Hard To Love” malah tetap menggunakan gitar akustik sebagai pengiringnya. 

Lagu ini turut menunjukkan kualitas vokal Taka yang hampir tiada duanya yang cukup menggugah hati para fans cewek. Lagu “Hard To Love” bagi saya memiliki lirik yang menyentuh dan dapat memberikan efek air mata jika didengarkan dengan khusyu’.

Perpisahan lagu pada dua edisi tersebut mulai dipertemukan pada lagu “Bedroom Warfare”. Mohon maaf jika saya harus berkata bahwa lagu ini mungkin masuk dalam lagu yang kurang bisa saya hargai setelah membaca liriknya. Makna yang absurd disertai dengan sedikit sisipan elektronik yang cukup generik, terutama jika didengarkan ke fans leluhur mereka sendiri. Di lagu ini, ONE OK ROCK membahas soal percintaan yang sebenarnya tidak relevan dan bisa disalahartikan. 

Tema tentang percintaan kembali dibahas di lagu berikutnya, yang kembali memisah. Pada versi Jepang, kita akan mendengarkan lagu “Lost In Tonight” yang kembali menampilkan musik elektronik dan membahas tentang pesta, dan saat disayangkan, jika saya menjadi seorang cewek, saya merasa diajak Pesta ke Rumah Hantu jika mendengarkan lagu ini. Jika anda berpetualang di versi Amerika, maka anda akan mendengarkan lagu “American Girls”. 

Sebuah lagu yang sebenarnya hanya menceritakan kecintaan mereka ke cewek Amerika, yang sebenarnya sangat sangat generik, apalagi di skena rock sendiri. Mungkin, tidak begitu membosankan karena mereka bukanlah warga Amerika. Tetapi, suara yang disisipkan di lagu ini membuat orang dapat dengan mudah menekan tombol next atau fast forward.

Suasana mendung di album ini pun mulai dicerahkan pada track “I Was King”. Track yang dibawakan dengan membawa suara biola yang cukup memberikan orgasme. Selain itu, dalam track ini, ONE OK ROCK seolah-olah baper tentang bagaimana sesuatu itu harus terjadi, terutama dalam ambisi mereka mencapai mimpi yang lebih besar lagi. When am I, when am I gonna start living?/ When am I, when am I gonna move on?/ When am I, when am I gonna kill this feeling?/ When am I, when am I gonna stop this dreaming?/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun