Mohon tunggu...
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati Mohon Tunggu... profesional -

..perEMPUan biasa.\r\n[..mengurai makna di deret kata, tuangkan geliat pendulum rasa sukma & benak....di sela hiruk pikuk rutinitas diri sebagai insan biasa, Ibu, dan Dokter..]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"..Ikan..!! Ikan..!! ..sepuluh ribu..!! ..Ikan..!!!!"

25 Juni 2009   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:01 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"..ikan..!! ..ikan..!! ..sepuluh ribu.. Ikan..!!!"

Sang Manthes masih asik angguk-anggukkan kepala ikuti dentum sang musik cadas (sambil terus tersenyum dan sesekali bersenandung riang).. ketika sukma diam ini sontak tersentak lagi.. dan lagi.. pada kelebat sosok-sosok suci itu.. [..sucinya sang Cikal Bumi Papua.."]"..ikan..!! ..ikan..!! ..sepuluh ribu.. Ikan..!!!"

Oh... sang Bocah suci..

Iya... Iya... kelompok Bocah bergonti-ganti personal terbatas yang hampir setiap siang melintas di depan Mess teriakkan kata senada: "Ikan..!! Ikan...!! Ikan..!!". Kemarin dulu, melanjut "..sepuluh ribu!!", minggu lalu "..dua puluh lima ribu..!!", bulan lalu "..limabelas ribu..!!" , dua bulan lalu sempat pula "sepuluh ribu tiga..!!" ..untuk ikan dengan ukuran & jenis yang sama. Ach..!! Teriakannya begitu tipis meski nyaring.. mengiris-iris bathin ini. Sebagian Bocah, dengan rambut kering bercabang kekuningan.. dengan lengan gontai berbalut kulit tipis kecoklatan berbalur rona kekuningan 'tak lazim menjinjing ikan.. di sela tarikan dan hembusan napas tersengal dari kedua lubang hidungnya yang penuh oleh aliran stagnant sekret kuning kehijauan.. dengan dada yang kembang kempis tonjolkan gurat deretan tulang rusuk mungilnya.. di balik T-shirt seadanya.. di atas area lambung-limpha-lever-pancreas-renal yang tampil membuncit.

..imbas deraan endemi Malaria sedari Batita-kah?.. luluk lantak dan sudah sedemikian dini letihkah kinerja organ-organ sensitifmu..

.... atau akibat yang lain, Nak?

Bocah kesayangan sang Bumi Papua... mengapa bisa..????

Bagaimana peran setiap sektor terkait selama ini...? Terlampau sulitkah kendalanya..?? Begitu kompleks-kah sehingga musti (.......... speechless ) Meski senyatanya memang tidak semuanya semiris itu. Ada pula yang tampak begitu "kekar" dan ber"energi". Berbalut kulit coklat mengkilap.. dengan tatapan yang. . .  .

..t'lah tergusur ke mana senyum riangmu, sang Bocah kesayangan..??
..t'lah tergusur ke mana senyum riangmu, sang Bocah kesayangan..??
..t'lah tergusur ke mana senyum riangmu, sang Bocah kesayangan..?? ..kembali menyentak kuat bathin ini.

Ooh, t'lah tergusur ke mana senyum riangmu, Bocah kesayangan..??

Peluhmu begitu deras basahi poni rambut kecoklatanmu. Terlampau beratkah beban ikan yang musti kau tenteng berkilo-kilo meter itu? Belum lakukah sedari di depan Puskesmas tadi, Nak?

Ke mana Ayahmu, Nak..? Sedang apa Bundamu?? Sedang sehat atau tidakkah mereka? Mengapa harus Engkau yang menjajakan ikan di siang terlampau terik begitu..?? Sudah makan siangkah dirimu, tadi? Hauskah, detik ini?

..bersekolah atau tidakkah engkau, Nak? Di mana? Kelas berapa? Tadi berangkat ke Sekolahkah atau tidak? Masuk atau tidakkah Gurumu?

..apa sudah sempat mengulang mata pelajaran, sedari pulang sekolah tadi, Nak? Ada tidakkah PR dari Gurumu hari ini?

Ooh....

..

"Ade, ko ada jual barapa, ka? ..sepolo ribu? SIP..!! .. Kaka beli satu ee", suara riang Manthes buyarkan sesaat tanya benakku.. Seikat ikan segar bawaan sang Cikal pun segera berpindah tangan ke Abang Kondektur di belakang. Segera ditenteng ke kediaman Manthes untuk hidangan makan malam Keluarganya.

..

Bocah suci.. sang Cikal Papua,

engkau memiliki kesempatan yang sama dengan Cikal manapun di Negeri yang sama kita cintai ini. Engkau pun berhak atas pendidikan, kesehatan, serta seluruh sarana prasarana pendukung standard Hidup yang ada.

Engkau berhak atas masa indah dan riang masa kecilmu, Nak.. Berhak atas waktu leluasa untuk bermain riang dengan rekan sebayamu.. bercanda tawa sesuka Hati.. berlarian.. mempelajari dan mengksploitasi alam sekitarmu dengan lepas dan riang..

Bocah Suci,

engkau berharga. Engkau bagian Penerus Bangsa ini. Kepada siapa estafet sang Negeri kelak dihibahkan.

Iya.. Iya.. CINTA.. Penghargaan.. serta Kesempatan.. menjadi urgent sungguh di deret kebutuhan tumbuh kembangmu, Nak..

Tetaplah melangkah maju, yea.. Tante ingin kalian masih tetap setia bermimpi .. seperti mimpi masa kecil Tante berpuluh tahun berlalu. Dan, ayunkan langkah-langkah kecil kalian 'tuk mewujudkannya satu demi satu.. 

Tante akan bantu semampu Tante, Nak..

Kita saling mendoa, yea..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun