Mohon tunggu...
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati Mohon Tunggu... profesional -

..perEMPUan biasa.\r\n[..mengurai makna di deret kata, tuangkan geliat pendulum rasa sukma & benak....di sela hiruk pikuk rutinitas diri sebagai insan biasa, Ibu, dan Dokter..]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RIANG Kita, Donny..

26 Februari 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

..entah pada usia berapa seingatku.. untuk pertama kalinya kuterima kata itu: RIANG. Aha..!! ..tampaknya sejak Ibu Guru Kelas II SD N 01 Nabire kesayangan menuliskan deret kata "Budi bermain bersama Adi di halaman dengan riang.", Kalimat Majemuk, hasil gabungan deret Kalimat Tunggal: "Budi bermain bersama Adi", "Budi bermain di halaman", dan "Budi riang".. [note: ehm.. bener ga'nee, Bu Guru?] ..di papan tulis ruang Kelas kita 32 tahun berlalu. hmm.. ternyata sudah lama, yea.. ..rentang relatif panjang lesatan sang waktu, ketika banyak noktah mimpi suci telah kucipta.. sensasi bahagia kurengkuh kuat.. desah puas kupatri kuat.. keraguan kubiarkan tetap menari.. kecewa diam-diam kuhimpit rapat bersama getir dalam sunggingan senyum.. asa kutelan.. derai tangis kugigit.. pedih luka kubiarkan tetap menganga.. Hmm..... . . . . . Iya.. iya.. terbukti sungguh telah lama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..mengisi pagi lengang-ku kini, kembali kubuka satu demi satu album hasil jepretan digital camera usang andalan-ku beberapa waktu lalu, ketika aku sedang pulang ke rumah-ku, Donn.. 'tuk sebentar kembali mendekap erat Buah Hati kesayangan, di Selatan Jakarta. Dan, kutemukan ini, Donny.. Ini photo Putera-ku, Donn.. di bath up kamarnya. Kujepret cepat.. setelah siang itu.. kutolak mentah-mentah ajakannya berkeliling Komplek Perumahan kediaman kami. Tahukah mengapa pintanya kutolak, Donn? Karena langit Kotaku ..Selatan Jakarta.. sedang sedemikian terik, hari itu. ..eng.. masih ingatkah Engkau, Donn.. dibandingkan dengan semua teman se-kelas kita yang lain, aku.. seperti juga dirimu .. paling tidak kuat terkena panggangan terik sinar Mentari Nabire di siang bolong? Bukan hanya tidak kuat menahan jalaran energi panasnya di kulit.. terlebih lagi, tidak kuat menahan serbuan kilatan sinar maha menyilaukannya di kedua bola mata kita. (Hal yang semakin tak tertahankan lagi sejak kehamilan pertama-ku 6 tahun lalu, Donn..) Masih ingatkah Engkau, Donn.. dulu.. entah berapa kali kita berdua sama kliyengan nyaris ambruk lantaran musti berdiri terpanggang kaku di bawah Mentari ketika mata pelajaran Olah Raga di Lapangan Persinab.. juga lapangan tengah SMP YPPK Sint Antonius, di kota yang sama, Nabire kita? Dear Donny.. ..kembali ke kisah Putera-ku.. tahukah Engkau.. siang itu.. ia sama sekali tidak menunjukkan kecewanya terlampau lama. Ia hanya melirik cepat ke arahku.. sedikit cemberut.. sambil mendesah pelan "Ach, Mammi..", lalu dalam hitungan detik berikutnya bergegas masuk ke kamarnya.. meraih salah satu kontainer mainannya.. mengeluarkan salah satu pelampung favoritnya.. mencari pompa pelampung.. dan kembali menggelayut manja di pangkuanku sambil katakan: "Mammi.. pease.. bantu aku pompa, yea.." Segera setelahnya, ia menarik kursi mendekati almari pakaiannya.. mengeluarkan salah satu pakaian berenangnya.. lengkap dengan snorkeling set miliknya.. Dan tiada berapa lama kemudian, ia telah siap "berenang", Donn.. ..ia akan melakukannya di bath up mungil kamar mandinya. "Ma, temani Devondha, yea.. please.. Mammi sambil baca buku aja di dekat aku..", rayunya seperti biasa. Iya.. iya.. sudah pasti kukabulkan, Donn.. Dan, begitulah, Donn.. dengan caranya sendiri, Putera-ku.. Bocah kecintaan-ku.. Buah Hati kesayangan-ku.. dengan cara yang sedemikian CEPAT, MUDAH, & RINGAN berhasil meraih RIANG-nya secara penuh. Binar riang sedemikian meluber dari setiap inchi raga-sukma Putera-ku sepanjang siang itu, Donn.. Dear Donny.. Devondha model nyata di hadapanku sendiri.. sebuah potret kasat mata tentang betapa simpelnya menikmati sebuah keRIANGan. Masih lekat di sudut benakku, kutipan indah yang kupinjam dari Bung Kartia Rausen, "Di dalam mata Anak-Anak tidak ada tujuh Keajaiban Dunia .. melainkan JUTAAN Keajaiban", [Walt Streightiff] "Children are the LIVING MESSAGES we send to a time we will not see" ,John W. Whitehead, The Stealing of America, 1983] Donny.. kadang aku merasa sedemikian kecil di hadapan si Kecil-ku .. Mengapa ia yang baru 5 tahun 9 bulan kulahirkan.. sedemikian fasih tunjukkan satu demi satu keajaiban kebersahajaan sederhana. Juga, bagaimana meraih RIANG. Sementara aku..  . . yang notabene telah 6 kali lipat usianya.. dan terlanjur mendapat stempel kategori rentang usia mature.. tahulah Engkau, Donn.. :) Dear Donny, meski sudah tidak lagi dapat disentuh kasat lima indra oleh aku atau siapapun yang lain sejak 23 tahun lalu karena ke"pulang"anmu kembali ke Pangkuan BAPA, aku yakin Engkau masih ingat.. esok hari tepat 39 tahun berulangnya tanggal kelahiranmu di Enarotali, Paniai, Irian Jaya.. di bulan ke-tujuh (premature) Engkau tumbuh kembang pesat sambil lelap dalam kehangatan kandungan Mammi-Mu.. Iya.. iya. Hari ini: 26 Februari 2010. Hari itu, tepat 27 Februari 1971.. ketika usiaku telah 1 bulan 20 hari. Donny.. tiba-tiba berkelebat di benak.. hari-hari riang masa mungil kita dulu. Seperti juga Devondha, kala itu.. RIANG sedemikian sederhana dan lekat di keseharian kita. Masih ingatkah Engkau di detik Kau dan aku menikmati kepalan nasi goreng ambyar yang kubawa dari rumah.. yang kita jumputi satu demi satu bulirnya, dari sela lembar demi lembar buku-ku.. lantaran naif-ku membawanya tanpa meletakkannya di wadah apapun.. langsung memasukkannya ke dalam tas trendy transparanku..? Beruntung, Engkau membawa cheese stick favorit kita berdua yang masih utuh.. sehingga masih tersisa bekal utuh bagi kita berdua, siang itu.. di belakang ruang Kelas IV SD N 01 Nabire kita. Betapa lezatnya, yea Donn.. jauh lebih lezat dibanding jajanan cendol di bawah pohon Jeruk China itu, yea.. Ingatkah juga Engkau di detik detik menunggu terjaga-ku.. Engkau bersimpuh di samping raga-ku yang sedang lelap di kamarku.. memandang lekat tepat ke arahku.. setia menanti tanpa niatan membangunkan lelapku.. sebelum waktu janjian yang kutetapkan.. 'tuk temani Engkau pelajari beberapa mata Pelajaran SMP kita.. ... . . . dan berjuta detail kenangan kebersamaan kita .. di rentang 15 tahun pertama usia kita.. Dear Donny.. kukirim doa indah milikku buatmu, pagi ini.. Dear Donny.. kapan "datang"i aku lagi, seperti di detik jelang ajalmu ..hingga tepat di detik "pergi"-mu 23 tahun lalu.. ..yang terus menyambung, kesetiaan "hadir"mu di hari-hari rutinku.. dalam setiap prosesi suci keramat melanjut-mu.. hingga di detik usai kulahirkan Buah Hati-ku 5 tahun 9 bulan lalu.. ..masih ingatkah Engkau ketika aku Kau ajak "turut serta" dalam bahtera HENING-Mu di sana, di detik tersulit-ku petang itu.. Donny.. aku merasa kangen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . [..atas hormat terdalam-ku bagi prosesi keramat internal-ku dengan Alm. Dominica Nurena Patriani]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun