Mohon tunggu...
Herwindo Iman Adhiwijaya
Herwindo Iman Adhiwijaya Mohon Tunggu... profesional -

Abdi negara kelas tiga. Penggemar tahu isi dan sayur asam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wasiat

22 Januari 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon disunahkan (?) sebelum tidur agar kita berwasiat Berbeda dengan frame pemikiran, saya tidak sebut sekular atau ilmiawan, whatever orang dengan logika umum; Tidur rupanya tidak sesederhana memejamkan mata, lalu terjadi gerakan cepat bola mata (Rapid Eye Movement, REM), kemudian otak yang tidak pernah berhenti kerja mengubah frekuensi listriknya membentuk gelombang theta; otot-otot tubuh relaksasi, lambung mengosongkan isinya, kandung kemih mulai mengendur yang tersisa tinggal jantung dan paru yang masih bekerja pelan (karena hajat banyak organ yang bergantung pada oksigen) Kalau baca buku2 Ibnu Qayyim Al Jauziyah (merinding kalau tahu pada apa yang terjadi terhadap alam diluar kesadaran kita) Kesimpulannya pada saat tidur roh-roh kita memang, apa ya, bukan gentayangan, mungkin "dikumpulkan" Sang Khaliq 'kali (Jadi inget waktu Spon Bob bisa masuk mimpinya Patrick& Squidward) Itulah sebabnya sebelum tidur doanya adalah "Dengan menyebut Engkau, Allahuma, maka aku hidup dan dengan menyebut Engkau, maka aku mati" Siapa tahu besok tidak bisa bangun lagi melihat matahari (Dan ketika janji apa2 maka hendaklah mengucapkan "Insya 4W1" Barangkali juga lima menit lagi...) Oleh karena itu setiap kita tidur hendaklah kita berwasiat, "Saya masih ada hutang sama si Fulan, tolong bayarkan" "Kalau saya mati, anak saya yang bungsu tolong diuruskan" "Ada uang gaji karyawan belum disetorkan..." "Tanah yang di selatan diwakafkan kalo saya meninggal" "Kalau mati belum menikah siapa yang kehilangan ya?" .... Tiga hari kemarin saya kelimpungan gara2 ACLS, Semacam pelatihan penanganan henti jantung. Benar2 habis tenaga melakukan pernapasan buatan& pijat dada. Tidur kurang karena kuatir nggak lulus post-test padahal melek juga nggak bisa belajar. Minum kopi terus, Black Coffee pula. Eh, di kelas konsumsinya kopi lagi Mata harus tajam, tangan harus cekatan, otak harus waras biar bisa ambil keputusan cepat. Under pressure dah Beres kursus udah kagak karuan Lalu Dug...dug...dug...dug...dug... Dug...dug...(diam)... (Saya cuma bisa terhening manunggu denyut selanjtnya) dugdugdug...dug...dug... "Puhh, aku masih hidup rupanya" (Keringat dingin) Paginya saya ke Pramita periksa EKG jantung O, My Gosh... --__^___^___^___^__________^_^_^_____^___^___^-- ^ ^ Normally ! (yang ini yang dimaxud) Namanya ekstrasistole Tadinya iramanya teratur tiba2 ada henti 2-3 detik lalu disusul irama cepat .... Ada satu gangguan irama jantung yang disebut "Paroxismal Supraventrikular Takikardi Re-entrant". Terjadi karena ada 'kabel listrik tambahan' (accessories pathway) diluar mainstream penghantar listrik jantung (lihat gambar attachment) Disebut paroksismal karena suddenly start and suddenly stop bisa dipicu kelelahan, kurang tidur, olahraga, obat flu, termasuk kopi Kalau sudah tua biasanya disebabkan pernah serangan jantung atau stretch akibat tekanan darah tinggi menahun Kalau masih muda biasanya 'bawaan' dari lahir sudah ada (bukan turunan) Pengaruhnya bisa terjadi korslet; tidak terbentuk hantaran listrik yang efektif dan sinkron (You tahu untuk membentuk suatu degup jantung harus ada kerjasama yang harmonis antara serambi dan bilik jantung) Gejala paling ringan mungkin berdebar-debar, blackout, serasa meregang denyut. Yang ringan (kalo tadi yang paling, sekarang cuma ringan) ya mungkin sedikit migrain nyut..nyut..nyut Paling berat, mati jantung mendadak! (Wah, bisa saja pas periksa pasien, berenang, atau cuma tidur2an) Mirip Miklos Feher dari klub Benfica, Portugis Sama siapa tuh, pemain Arab waktu jaga gawang Obatnya Tatalaksananya sampai saat ini kardioversi ditempel patch kaya' koyo di dada kanan depan dan kiri belakang Terus dialiri listrik 50 joule Kalau sudah parah biasanya diablasi (dibakar) Mirip2 dikit sama pacemaker; Sama-sama dimasukin kabel ke pembuluh darah diatas tulang selangka dada kanan (kable-nya cuma sebesar eh sekecil dawai/string gitar terkecil). Tapi ujung kabelnya bukan dialiri listrik seperti pacemaker, melainkan radio frekuensi. Cukup dipanasi sampai 55oC maka putuslah aliran penghantar nyentrik nan mahiwal (Wah musti nabung banyak nih karena alat kaya' gini biasanya nggak dicover sama asuransi manapun) .... A Sudiarja menulis "MERENUNGI KEMATIAN" di KOMPAS 28/01/08 kemarin Giovaninni dalam Necrocultura, 1998, melukiskan sikap orang zaman sekarang terhadap kematian. Tampak bahwa orang tidak takut lagi kematian. Mereka tidak mau memitoskan kematian seperti halnya agama-agama masa lalu, dengan uapacara-upacara keagamaan mengelabui menghias si mati seolah akan bepergian sebentar, membayangkan janji mengenai kehidupan akhirat dan sebagainya. Sebaliknya, kini kematian dihadapi dengan realitas apa adanya dengan segala tragikanya, misalnya, memperlihatkan badan yang membusuk, darah yang mengering, daging yang lemah, aktivitas jantung-otak yang nihil, dan sebagainya. Tidak ada setan atau roh gentayangan sebab dunia orang mati tidak terpisah dari dunia orang hidup. Tidak ada lagi misteri antara batas kehidupan dan kematian. Mereka tidak takut dengan kematian, bahkan gembira menyambutnya Tampaknya ini berlaku untuk dunia Barat dengan budaya post-religiusitasnya atau post-kristianinya. Auuuuuuuuuuuuuuuk, Ih Seram .... Malamnya saya ngomong sama istri sebelum tidur "Dik, kalo Mas Wiend mati duluan... NANTI KAMU NIKAH LAGI YA!" (Pake tanda perintah untuk menunjukkan bahwa ini adalah perintah, bukan Opsi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . Istriku kontan menjawab, "Ohya, Kalo aku yang mati duluan Nanti MAS WIEND YANG KAWIN LAGI KAN?!? Awas Ya! Nanti biar hantu-ku yang mengentayangi-mu (Langsung balik badan membelakangi) Eh, ladalah Koq jadi salah paham ya? Gimana, sih? .... So, Kalau sampai minggu depan saya tidak menulis di KOMPASIANA lagi.... Barangkali.... .... Nggak, nggak koq! Cuma becanda Ha..ha..ha.. Wallahu A'lam (Diupload dalam  http://www.facebook.com/note.php?note_id=234755625342 tanggal 2 Februari 2008)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun