Hidup ini penuh aneka warna, ada jalan kehidupan yang pahit dan adapula warna kehidupan yang bercorak pelangi. Tergantunglah bagaimana orang tersebut menjalankan kehidupannya. Ternyata kehidupan yang pahitpun, bisa di abadikan dalam corak warna foto bertema kehidupan. Misalnya kehidupan manusia sedang bersuka ria maupun manusia sedang berduka cita.
Para fotografer banyak pula yang suka thema kehidupan (Human interest), dunia binatang, foto model maupun landscape. Mereka mencari warna sebagus mungkin atau juga mengkoreksi warna fotonya untuk menampilkan efek yang “luar biasa indah”.
Untuk mengabadikan momen yang “luar biasa indah”, para fotografer atau yang mengaku ngaku fotografer membutuhkan camera. Ada yang hanya punya camera “jadul” atau banyak pula yang asal beli dengan gaya life style, artinya berapapun harganya pasti mereka beli.
Bila mereka tidak paham, kenapa membeli camera yang super canggih, walaupun kamera “jadul” mampu menghasilkan gambar dan warna “yang luar biasa”
Fotografer butuh berapa banyak warna ?
Fotomodel yang mukanya harus di makeup hanya butuh beberapa beberapa warna saja. Sedangkan warna bibirnya yang mengunakan lipstik, ternyata warna lisptiknya pun tidak lebih banyak dari warna bedak makeup. Karena itu pertanyaannya, berapa banyak warna yang dibutuhkan oleh fotografer ?
Dalam artikel pertama, saya telah membahas tentang memahami BIT pada foto format Raw / JPG.
Sedangkan pada artikel ke tiga, saya membahas tentang Rentang Dinamis.
Oleh karena itu, bila kita paham tentang kode Biner (BIT) dalam foto digital dan memahami rentang dinamisnya, maka kita akan kepikir, apa iya harus ikut ikutan life style yang mahal demi bangga menghasilkan warna “yang luar biasa”.
Dari artikel sebelum ini, kita menjadi paham bahwa banyaknya gray level sebuah camera tergantung dari teknologi yang digunakan.
Bila mengunakan 8 Bit teknologi, maka 3 jalur (Channel, RGB), bisa menghasilkan 16 juta level.
Bila mengunakan 14 Bit, maka 3 jalur bisa menghasilkan 4.398.046.511.104 (4,3 triliun) level.
Bila mengunakan 16 Bit, maka 3 jalur bisa menghasilkan 281.474.976.710.656 (281 triliun) level.
Apakah benar fotografer butuh sekian banyak warna?
Kenapa pula fotografer ikut life style mahal untuk beli camera berteknologi mutahir ?
Sekarang kita perbandingkan kemampuan layar yang mampu menampilkan warna.
Sebagai perbandingan, saya mengunakan layar iPad pro keluaran dari Apple. Ukurannya terbesarnya pada layar iPad pro adalah 2732 pixel × 2048 pixel = 5.595.136 pixel
Bila kita ambil contoh dari camera berpixel banyak (Sony a99m2) dan di tampilkan pada layar iPad Pro, maka sebanyak 42 Juta pixel tidak akan muat pada layar yang hanya mampu menampilan 5,5 jutaan pixel. Kenapa bisa begini ?
Lalu untuk apa kita beli camera super canggih dan mahal, tetapi tidak juga bisa menjawab ini?
Bila camera mampu memproses warna dengan 16 BIT pada 3 jalur (Channel) RGB, maka camera itu harus mampu mengolah ( 2 pangkat 16 ) kali 3 jalur = 65.536 x 65.536 x 65.536 = 281.474.976.710.656 (281 triliun) level
Bayangkan saja camera yang mampu memproses gambar 16 BIT, kemudian disimpan kedalam format Raw 14 Bit. Maka ada informasi yang dihilangkan.
Demikian juga bila disimpan dalam format Jpg 8 BIT, maka lebih banyak lagi informasi warna yang dibuang.
Sekarang kita bandingkan lagi kemampuan mata manusia yang dijelaskan pada artikel ke 3 (Rentang Dinamis), disitu saya tulis bahwa sensor cahaya terang (RGB) totalnya sekitar 6,5 juta sensor dan ada sekitar 120 juta sensor cahaya redup.
Ternyata dari penelitian ilmu mata, kenyataannya kemampuan mata manusia hanya mampu membedakan 250 susunan warna dan bisa membedakan sekitar 17.000 warna campuran.
Bila kemampuan mata hanya sedikit ini, kenapa kita butuh camera yang pixelnya sangat tinggi (42 Mpixel) dan mempunya rentang dinamis yang lebar ? Padahal kita sudah paham, sebaik apapun rentang dinamis kamera canggih saat ini, masih kalah dengan rentang dinamis mata manusia.
Pada kenyataannya, layar komputer dan grafik adaptor yang layak untuk mata, biasanya hanya mengunakan layar kemampuan 8 Bit pada 3 jalur (RGB), artinya kombinasi warna pada layar komputer hanya 2 pangkat 8 kali 3 jalur (RGB) = 256 x 256 x 256 = 16.777.216 gradasi warna.
Demikian juga nyatanya foto format JPG ( 8 Bit ), hanya kombinasi dari 16,777,216 gradasi warna.
Dengan kondisi anatomi organ mata manusia yang punya 3 sensor cahaya terang (RGB) sebanyak 6,5 juta pixel dan sekitar 120 juta pixel sensor cahaya redup, maka kombinasi yang optimal untuk mata cukup di kombinasi 8 bit / jalur ( 24 Bit pada semua 3 jalur).
Sampai disini, barulah kita pahami, kenapa kita disiapkan format JPG yang 8 Bit ?
Karena memang kemampuan mata manusia dengan stuktur anatomi mata, hanya bisa membandingkan sekitar 16 jutaan warna.
Maka dengan penjelasan diatas, menjadi jelas bahwa mata manusia (fotografer) berada disekitar 16 jutaan kombinasi warna. Sebanyak itulah yang bisa diolah oleh pusat sentrum indra pengelihatan manusia.
Dengan demikian kejawab pula, kenapa tidak banyak variasi warna warni pada bedak kosmetik dan lipstik. Karena memang kemampuan mata manusia yang hanya mampu membedakan 250an susunan warna. Dari warna itupun harus yang sedang aktualnya seni mode life style, sehingga tahun depannya sudah berbeda lagi warnanya.
Hanya informasi tambahan saja.
Binatang (hanya) paham warna hitam putih dengan level abu abu yang berbeda.
Dan Banteng yang menyeruduk kain warna merah, bukan artinya banteng suka warna merah.
Banteng pada level abu abu tertentu baru sadar ada cahaya dan dia menuju cahaya itu.
Catatan:
Artikel ini saya tulis untuk Luluk dan Herry di Gunung Bromo, Jawa Timur.
Saya berharap suatu waktu makin banyak pula generasi muda yang benar benar paham proses foto digital.
Kumpulan artikel:
1. Dasar Foto Digital: Memahami BIT Pada Foto Format Raw & JPG
2. Dasar foto digital (2): Dari Abstrak Menjadi Absolut
3. Dasar foto digital (3): Rentang Dinamis Bisa Sangat Mudah Dipahami
4. Apakah camera digital sudah lebih tajam dari mata manusia ?
Harap tidak mengunakan artikel ini tanpa seijin penulis.
(c) dr. Kusmanto, Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H