Sekarang kita coba pahami melewati terowongan.
Disaat matahari terik; kita masuk ke dalam terowongan yang gelap, apa yang terjadi ?
Beberapa detik pengelihatan kita menjadi gelap, karena sensor terang (RGB) lebih dominan aktivitasnya. Sehingga pupil mata harus membesar (bukaan pupil), terus makin membesar sampai sensor redup pada retina mata akan lebih dominan aktivitasnya.
Demikian juga pada saat kita keluar dari terowongan yang gelap gulita dan cepat menuju alam bebas yang terang, mengakibatkan mata harus adaptasi dari gelap menjadi terang. Sehingga pupil mata mengecil (bukaan pupil) makin kecil. Dan sensor terang pada retina mata akan lebih dominan aktivitasnya.
Belajar dari kemampuan sensor mata manusia dan sensor digital, artinya ada bagian gradasi cahaya yang tidak mampu dideteksi oleh sensor camera digital. Sehingga saya bisa umpamakan perbandingan sbb:
Manusia “budek” frekwensi suara dibandingkan kekelawar.
Camera digital “budek” frekwensi warna dibandingkan manusia.
Dimana letak “budek” sensor camera digital dibandingkan sensor manusia ? Dan berapa banyak perbedaan “budek” nya ?
Yuk kita lanjut dan kita merenung sejenak lagi.
Dalam satu ruangan yang gelap gulita dan semua pintu dan jendela terkunci rapat, alias kedap cahaya.
Saat kita tutup jendela, maka ruangan gelap gulita tanpa cahaya. Bila kita buka jendela secara total, maka ruangan sangat terang bendera sekali.
Pada daun jendela di pasangkan lubang cantelan supaya gagang cantelan bisa menjaga daun pintu tidak terhempas angin. Pada daun pintu itu kita pasangkan beberapa lubang cantelan supaya kita bisa mengatur lebar sempitnya daun pintu , sehingga cahaya dan udara bisa masuk.
Cantelan posisi 33 adalah posisi daun pintu terbuka paling lebar.
Maka mulailah kita membuka sedikit demi sedikit daun pintunya. Pada posisi sedikit saja, ruangan masih gelap.
Buka lagi dikit, ehh.. sekarang mata manusia mendeteksi ada cahaya masuk, maka aku buatkan cantelan kesatu.
Buka lagi dikit, ehh.. terasa lagi beda cahayanya, kali ini lebih banyak, maka aku buatkan cantelan kedua.
Terus begitu .... bila dideteksi ada perbedaan cahayanya (level atau gradasi), maka aku buatkan cantelannya.
00 – Cantelan dilepas artinya ruangan gelap gulita
01 – Cantelan kesatu artinya daun pintu terbuka sedikit saja.
02 – Cantelan kedua artinya daun pintu makin lebar
angka cantelan terus dibuat.
31 – Cantelan yang membuat daun pintu makin lebar.
33 – Cantelan terakhir yang dibuka dan mata manusia dibatas lebarnya pembukaan daun pintu itu saja. Lebih dari batas itu, sensor mata manusia tidak bisa membedakan lagi, karena sudah terlalu silau.
Artinya mata manusia dari mulai tanpa cahaya (Cantelan 0 atau bukaan Null) hanya bisa membedakan kualitas cahaya sampai maksimalnya (sekitar cantelan 33 atau bukaan 33).
“Budek” atau “silau” atau “Rabun senja" pada sensor digital camera adalah tidak mampunya membedakan warna lebih terang dan warna lebih gelap.
Sensor camera digital tidak punya sensor khusus untuk terang (RGB yaitu warna merah, hijau , biru), sehingga tidak mampu mendeteksi sinar terang dengan baik (terlalu cepat silau).
Sensor camera digital tidak punya sensor khusus untuk cahaya redup, sehingga tidak mampu mendeteksi sinar redup ( seperti rabun senja).
Sensor manusia mempunyai rentang dinamis cahaya sebanyak 33 cantelan.
Sensor camera digital hanya mempunyai rentang dinamis yang lebih sempit bila dibandingkan cantelan daun jendela. Dan sempitnya rentang dinamis camera digital tergantung dari teknologi yang digunakan oleh pabrik camera. (Lihat perbandingan digambar)
Tergantung teknologi camera digitalnya, bisa jadi sensor digital baru bisa mendeteksi mulai dari cantelan ke 5 sampai dengan cantelan 27. Artinya camera digital hanya mempunyai 22 cantelan saja.
Sekarang kita paham bahwa rentang dinamis sensor camera digital (22 cantelan) lebih sempit dibandingkan sensor mata manusia yang mempunyai rentang dinamis 33 cantelan.