Singkat kata, saya dan toko tersebut saling komunikasi. Siapa saya? Staf toko tidak kenal saya? Siapa kamu? Sayapun tidak kenal bapak tersebut dalam telepon dan sayapun tidak kenal tokonya. Tapi entah bagaimana, saya dan bapak itu saling yakin. Melalui pembicaraan melalui telepon jelas sudah, kami sepakat untuk saling jumpa di toko Jakarta Selatan dan saya bawa uangnya. Yah.... saling cocok komunikasi saja dan saling cocok percaya, serta saling cocok kimianya saja.
SEPAKAT, Dua Hari Lagi Jam 10, Ketemu di Toko
Sekarang timbul masalah baru. Bila pihak saya tidak jadi ambil barang, maka kepada siapa toko itu akan jual karena barang mahal dan barang langka. Untuk pihak saya tidak ada ruginya bila saya tidak jadi beli. Sedangkan untuk pihak toko bila saya tidak ambil, bisa masalah stafnya karena barang akan tinggal lama di toko mereka sampai ada pelanggan lain yang mau beli. Tetapi apabila menjual dengan niat baik, pasti ada jalannya yang halal dan ada labanya.
Sampailah pada hari kedua untuk ambil barangnya. Pagi pagi sekali sekitar jam 7 pagi, sudah saya kirim berita melalui Whatsapp bahwa saya akan datang ke toko untuk ambil barangnya. Jam 9 pagi, saya sudah parkir dan sambil ngopi di warung kopi minimarket sambil menunggu staf toko buka tokonya.
Melalui komunikasi, akhirnya saya dan staff toko ketemu di warung kopi minimarket. Kami jumpa untuk pertama kali dan kami bersalaman tangan.
Saya katakan, “Saya Kusmanto”
Staf toko berkata, “Taufik”
Kira kira demikianlah perkenalan pertama kami. Sambil menunggu toko buka jam 10, kami berdua saling kenalan dan saya menjelaskan kebutuhan saya. Sedangkan Pak Taufik menjelaskan prosedur tokonya.
Kesan Pertama Menggoda
Sejak jumpa Pak Taufik, saya kagum, hangat orangnya seperti hangatnya kopi yang sedang saya minum. Paham merek dan produk yang dijual. Pokoknya kesan pelayanannya luar biasa sekali. Kami diskusi sekitar 15 menit dan akhirnya kami bersama ke toko untuk melihat barangnya dan untuk bayar. Kesan di toko, singkat kata: “Puas, senang dan hati tenang.”
Akhirnya dengan persiapan kamera baru, besoknya kami berangkat membawa segala kebutuhan pernikahan di atas gunung Bromo. Kami berangkat dengan kendaraan pribadi karena hanya menunggu camera baru tersebut.
Foto Pernikahan di Lautan Pasir Gunung Bromo
Foto ini tidak diedit, asli dari kamera Sony a99 dengan Lensa Sony G 70-200 mm – F2,8
Setelah pesta penikahan, saya masih sering mampir ke toko Pak Taufik dan membeli beberapa lensa maupun asesoris, sehingga komunikasi dengan Bapak Taufik masih terus lancar. Termasuk diskusi masalah camera yang rusak di bengkel sejak hampir satu tahun. Dari petunjuk pak Taufik maupun bantuan komunikasi Pak Taufik, kamera rusak akhirnya ada jalan keluar melalui peran serta perwakilan merek.
Ternyata lisensi bengkel resmi pertama sudah dicabut dan saya harus pindahkan ke bengkel resmi lainnya. Atas petunjuk perwakilan serahkan ke bengkel yang disarankan, malah jadinya kamera saya menjadi lebih rusak parah. Entah bagaimana ada beberapa komponen menjadi hilang dan tertukar. Cukup menjadi perhatian khusus dan saya tetap dilayani dengan baik dan profesional oleh pihak perwakilan.
Akhirnya kamera rusak tidak karuan itu menjadi berfungsi lagi, tapi cukup mahal saya harus membayarnya. Sangat luar biasa kejadian fatal itu yang tak perlu saya ungkapan di sini. Lagi-lagi camera kasus itu saya serahkan saja kepada Bapak Taufik dan dibantu oleh Bapak Taufik dan akhirnya diambil langsung oleh perwakilan merek dan sekarang selesai sudah.