Saat itu jalanan masih sangat kecil dan sangat buruk berlubang maupun sebagian jalan tanah.
Butuh mobil yang handal untuk bisa datang ke Bio Tjo Su Kong. Tetapi banyak pula mobil sedan baru sekelas Mercedes maupun Volvo, mungkin sebagai ucapan terima kasih atas doa di Bio Co Su Kong.
Termasuk sayapun, sekitar tahun 1970an selalu membawa truk besar atau truk/sedan yang baru untuk di doakan oleh saudara kami di Bio Tjo Su Kong.
Bio To Su Kong sungguh luar biasa, bukan saja Kong Co atau Dewa dalam budaya Tiongkok, ternyata juga ada embah maupun dewi Eneng yang berasal dari warga asli Tanjung Kait. Nama nama ini membuktikan pembauran budaya Tiongkok terhadap lokasi setempat.
Disaat tanggal perayaan di Bio Tjo Su Kong, bukan saja bus dan mobil yang sangat banyak berdatangan, termasuk pengemis pun berbaris di kanan kiri jalan maupun di pakiran. Luar biasa banyaknya pengemis saat itu, mungkin bisa mencapai 300an orang.
Sekarang Bio Tjo Su Kong sudah beda, sudah sepi bila di bandingkan era kejayaan. Termasuk pabrik lilin yang ada disekitar Tanjung Kait, Â sudah banyak yang tutup. Warung makanan seafood juga sudah jarang.
Kejayaan eknologi digital telah merubah jaman.
Sekarang semua golongan maupun semua agama menuju Tanjung Kait.
Mereka datang bukan saja untuk sembayang di Bio Tjo Su Kong, tetapi sudah menjadi tempat wisata, terutama lokasi yang lagi tren untuk fotografer.
Ya…… jaman berubah.
Banyak orang datang ke Tanjung Kait untuk wisata selain sembayang di Bio Tjo Su Kong.
Tempat yang dahulu sangat sulit dikunjungi dan sangat ketat dijaga oleh angkatan laut.
Dulu harus meninggalkan KTP bila mau masuk area Bio Tjo Su Kong, karena wilayahnya masuk melalui area angkatan laut.
Sekarangpun masih tetap di jaga untuk ketahanan NKRI, tetapi sekarang sudah menjadi tempat wisata bahari dan juga menjadi tren untuk fotografer.
Beberapa foto saya lampirkan tentang Bio Tjo Su Kong.
Dan beberapa foto yang lagi tren untuk para fotografer.
Yuuuk… kita jalan jalan ke Tanjung Kait.