Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bromo (4): Danau Ranu Kumbolo di Punggung Gunung Semeru

20 Oktober 2012   09:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:36 7356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_212241" align="aligncenter" width="603" caption="Foto lingkungan Bromo setelah matahari terbit dari Penanjakan - Foto milik Kusmanto "][/caption] [caption id="attachment_212298" align="aligncenter" width="655" caption="Pemandangan dari pertigaan Jemplang. Foto milik Kusmanto"]

13507243841597983267
13507243841597983267
[/caption]

[caption id="attachment_212300" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan lautan pasir dan gunung Batok. Foto milik Kusmanto"]

13507253691215129825
13507253691215129825
[/caption] Berawal dari kesukaan kami berwisata Gunung Bromo dan bermalam dirumah keluarga penduduk setempat. Disana ada keluarga bapak Keno yang sangat ramah sehingga kami senang berulang ulang ke Bromo. Rumahnya tepat di depan kantor bayar tiket masuk bila melalui jalur Pasuruan dan  tepatnya sesuai GPS berada di posisi : Latitude : S 7.895000 Langitude : E 112.911833 Altitude : 1889 [caption id="attachment_212243" align="aligncenter" width="640" caption="Lokasi rumah bapak Keno tepat didepan kantor bayar tiket jalur Pasuruan, Wonokitri  - Foto milik Kusmanto"]
1350714250734202238
1350714250734202238
[/caption] Karena luas area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sangat luas, maka wajarlah bila luas area ini dibagi menjadi 4 kabupaten, yaitu Pasuruan, Malang, Lumajang dan Probolinggo. Kami selalu menginap di bagian Pasuruan dan pulangnya bisa lewat Probolinggi maupun lewat Lumajang. Pada awal bulan Oktober 2012, kami kembali ke gunung Bromo dan seperti biasa adalah melakukan foto matahari terbit. Sudah beberapa kali kami memfotonya tetapi tidak pernah bosan untuk mengulang foto lagi. Setiap kali kami foto, selalu matahari mempunyai corak yang berbeda. Sungguh indah untuk dipandang dan direnungi terkait Maha Kuasanya Allah pencipta langit dan bumi. [caption id="attachment_212244" align="aligncenter" width="640" caption="Foto matahari terbit di Penanjakan Bromo, September 2009 - Foto milik Kusmanto"]
135071448899303834
135071448899303834
[/caption] [caption id="attachment_212245" align="aligncenter" width="640" caption="Foto matahari terbit Oktober 2012 - Foto milik Kusmanto"]
1350714607254369294
1350714607254369294
[/caption]

Posisi terindah yang paling diminati para wisata adalah Penanjakan, karena memang posisi tertinggi dan terbaik untuk melihat matahari terbit dari arah timur. Tepatnya sesuai GPS berada di posisi : S 7.904500 dan E 112.951167 Tentu saja bila kami di pandu oleh pemuda setempat, akan mendapatkan dan menemukan posisi foto yang lebih baik dan tidak ada orang yang mengganggu saat kami foto matahari terbit. Karena itu bagi yang hobby foto sebaiknya perlu di bantu oleh penduduk setempat serta sabar untuk mencari posisi terbaiknya. [caption id="attachment_212246" align="aligncenter" width="640" caption="Soe Herry pemuda suku Tengger, selalu setia menemani para turis  - Foto milik Kusmanto"]

13507148421517773497
13507148421517773497
[/caption] [caption id="attachment_212248" align="aligncenter" width="640" caption="Oktober 2011, Bapak Achmad Sudradjat kepala Bengkel BMW yang kami undang ke Bromo. Beliau datang dengan temannya dari bengkel BMW Surabaya - Foto milik Kusmanto"]
13507151475120253
13507151475120253
[/caption] [caption id="attachment_212250" align="aligncenter" width="640" caption="Soe Herry putra Tengger pertama yang pernah menjajal ketangguhan BMW X5 di lautan pasir gunung Bromo. Sedangkan adiknya yang bernama Luluk pernah mengunakan BMW GT untuk beli cabe di pasar Tosari.  -  Foto milik Pribadi"]
1350715357549641830
1350715357549641830
[/caption] [caption id="attachment_212253" align="aligncenter" width="640" caption="BMW X5 seperti inilah bila menembus lautan pasir Bromo dan menembus tebing melalui persimpangan Jemplang lewat Lumajang menuju Bali. - Foto milik Kusmanto"]
1350715551739228782
1350715551739228782
[/caption] Karena kami telah sering menjelajah di lautan pasir maupun menanjak tebing dari lautan pasir menuju pertigaan Jemplang, maka kunjungan kali ini kami niatkan untuk menuju Danau Ranu Kumbolo. Untuk sampai Danau ini cukup lama kami berkomunikasi dengan putra putri bapak Keno. Mereka yang sudah tau medan dan mereka memang pribumi setempat. Di usia saya ini, sayapun tergugah untuk melihat keindahan Danau Ranu Kumbolo yang terletak di punggung gunung Semeru (Mahameru). Lengkap sudah, bahwa gunung Bromo adalah gunung ter-eksostik pulau Jawa dan gunung Semeru adalah gunung tertinggi pulau Jawa. Perjalan kali ini tidak lagi menggunakan BMW X5 untuk menjelajah lautan pasir maupun menanjak tebing yang terjal. Tetapi kali ini kami menggunakan motor bapak Keno yang saya sebut sebagai kuda besi. Karena memang kami sengaja melewati daerah yang tidak pernah kami jangkau dan tidak bisa di lalui oleh mobil. Termasuk mobil hardtop pun tidak mungkin bisa masuk kearea tujuan kami. [caption id="attachment_212256" align="aligncenter" width="640" caption="Seperti ini jalan setapak menuju danau Kumbolo, hanya bisa dengan jalan kaki saja. - Foto milik pribadi"]
1350715769333479902
1350715769333479902
[/caption] Rute yang kami lalui juga bukan yang terdekat, tetapi kami sengaja dari rumah bapak Keno di Wonokitri berputar kearah Tumpang, sehingga kami bisa melihat sisi Widodaren dari belakangnya. Bila kami dengan mobil bisa menuju Goa Widodaren, maka kali ini kami dengan motor bisa melihat sisi belakangnya Widodaren dari atas tebing seberangnya Penanjakan. Sungguh luar biasa indahnya. Posisi kami saat itu berada di koordinat GPS : S 7.944500 , E 112.906500 [caption id="attachment_212258" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan dari SEBERANG TEBING Penanjakan - Foto milik pribadi"]
1350716219802482902
1350716219802482902
[/caption]

Luar biasa, kami menjelajah area pegunungan Tengger yang penuh dengan mistis dan sejarah kerajaan Majapahit. Kami mengumpulkan data data tentang kerajaan Majapahit yang waktu perjalanan pulang kami telusuri sampai ke Air Terjun Makadipura maupun situs situs Majapahit di Trowulan. Situs danau Sagara, makam Raja Majapahit yang terakhir serta istri beliau yang ke 5, yaitu putri Campa. Demikian juga kebesaran Vihara Tuban, konon diperintahkan pembuatanya oleh Putri Campa. Setelah kami dari Desa Wonokitri melingkari lautan pasir bagian area Malang, maka tibalah kami di pertigaan Jemplang. Tempat yang biasa kami gunakan untuk istirahat bila kami datang dengan menembus lautan pasir. Bila saja kami turun kelautan pasir, maka pertigaan ini bisa kami tempuh dengan mobil sekitar 1 jam. Sedangkan bila kami mengunakan motor dan berputar lewat arah Malang, maka kami butuh sekitar 3 jam. Tetapi setiap yang saya lihat selalu membuat hati sangat senang dan bahagia. Semua serba alami dan serba menakjubkan. Sungguh luar biasa area penggunungan Tengger yang masih alami. Posisi GPS dilokasi ini adalah:S 7.979833 dan E 112.936000. Berada di posisi 2.350 meter diatas pemukaan laut. [caption id="attachment_212259" align="aligncenter" width="640" caption="Persimpangan tiga Lumajang - Bromo - Malang. Foto milik Kusmanto"]

1350716383101175555
1350716383101175555
[/caption] [caption id="attachment_212261" align="aligncenter" width="640" caption="BMW X5 pertama yang mampu tembus lautan pasir dan naik ke pertigaan Jemplang. - Foto milik Kusmanto"]
1350716509504216855
1350716509504216855
[/caption]

Dari pertigaan ini masih ada jarak sekitar 6 kilometer menuju Ranu Pani. Di desa Ranu Pani ini kami harus lapor dipos jaga sebelum kami naik ke gunung Semeru atau ke Danau ranu Kumbolo. Jadwal kami adalah : Berangkat dari desa Wokokitri rumah bapak Keno pada jam 12.30 Tiba di belakang Widodaren (seberang tebing Penanjakan) pada jam 14:22 Tiba di pertigaan Jemplang pada jam 16:02 Tiba di Ranu Pani rumah bapak ahmad pada jam 16:15 Setelah bapak Keno (Warga Pasuruan) berkoordinasi dengan pemandu setempat (warga Lumajang), maka kamipun bersuka ria sejenak didepan tunggu api yang menghangatkan tubuh dari udara dingin. [caption id="attachment_212263" align="aligncenter" width="640" caption="Anak anak sedang bermain pada sore hari di desa Ranu Pani. - Foto milik Kusmanto"]

1350716781675990943
1350716781675990943
[/caption] [caption id="attachment_212285" align="aligncenter" width="640" caption="Pos Jaga desa Ranu Pani. Foto milik Kusmanto"]
13507197711136563825
13507197711136563825
[/caption] [caption id="attachment_212288" align="aligncenter" width="640" caption="Pos Jaga desa Ranu Pani. Foto milik Kusmanto"]
13507198311249609581
13507198311249609581
[/caption] Pada malam itu pula kami lapor di Pos Jaga untuk rencana naik ke Danau Ranu Kumbolo. Kami menginap dipenginapan disamping pos jaga. Jujur berkata, saat melihat ranjang dan sejenak merebahkan badan, langsung terlelap lengkap dengan segala yang kami gunakan. Jaket tebal serta baju serta baju dalam yang super tebal telah membuat saya terlelap langsung sampai jam 03.30 Tepat jam 03.30 saya dibangunkan oleh bapak Keno dan baru sadar bertapa muka dan baju sangat kotor. Rambut sangat kotor. Terpaksa kami mandi dan keramas dipagi hari dengan air yang sangat dingin sekali. Sudah kepalang tanggung mandi saja dengan air dingin dan keramas. Jam 3.45 kami siap menjemput bapak Ahmad di rumahnya. Jam 04.15 bapak Ahmad ternyata membawa istrinya untuk membuat makanan di danau Ranu Kumbolo. Lalu sang istri membawa kedua binatang kesayangannya. Mungkin blasteran bulldog. Dan lucunya, sepasang blasteran bulldog itu membawa lagi dua anaknya. hahaha… Lengkap sudah pengawal saya…. Bapak Keno, bapak Ahmad, istri bapak Ahmad dan 4 ekor anjing bulldog. [caption id="attachment_212265" align="aligncenter" width="640" caption="Jam 06.05 sudah setengah jalan menuju Puncak Ayak Ayak. - Foto milik Kusmanto"]
1350717020539187081
1350717020539187081
[/caption]

Menurut mereka bahwa perjalanan meliwati jalur puncak Ayak Ayak. Awalnya saya tidak tau apa itu puncak Ayak Ayak, saya cuma bisa lihat bahwa sangat tinggi, tetapi saya heran sekali, karena mereka katakan hanya butuh waktu 90 menit saja sudah tiba.

Saat saya dikasih makan, saya cuma mau makan makanan biskut tradisional saja. Saya pikir apa susahnya cuma jalan 90 atau 120 menit saja. Hahahaha…. Saya awalnya agak lugu sekali. Kami mulai jalan dari rumah pak Ahmad dan berjalan sekitar 30 menit. Lama lama jalanan makin naik terus. Tetapi saya masih kuat dan sanggup berjalan sekali langkah sekitar 30 atau 40 cm. Maklumlah bahwa saya bukan pendaki gunung, secara jujur tidak berolah raga ekstrem. Setelah hampir satu jam, jantung saya berdebar debar dan kaki sangat lemas. Oleh bapak Keno saya diajarkan cara minum yang benar supaya tidak menelan udara saat minum. Awalnya saya pikir juga….. buset juga dah nih pak Keno…. Mosok seh… dokter diajarkan cara minum. Yah sudah… saya menuruti saja…. Sebab saya sudah sangat letih. Saya cuma mampu berjalan sekitar 100 meter dan harus istirahat dan minum lagi. Demikian terus menerus. Sampai 2 jam, saya bertanya terus, mana puncaknya ? Ampun sekali…. Masih jauh…. Dan masih sangat tinggi…. Saya putus asa…. Tetapi dipaksa terus semangat dan terus jalan…. Makin lama kemampuan jalan saya makin berkurang, sekitar 50 meter jalan harus duduk dan minum. Saya harus istirahat duduk melonjorkan kaki…. Hahaha… semua anggota tubuh sangat kotor karena abunya sangat halus dan tebal sekali. Bila kita injak tanah, maka abunya beterbangan banyak sekali. Saya sudah minta ampun dan menyatakan tidak sanggup lanjut. Tetapi bapak Keno dan Bapak Ahmad luar biasa kuatnya. Pak Ahmad didepan saya sambil menarik tangan saya atau tongkat saya. Bapak Keno dari belakang saya, mengangkat ikat pinggang saya sambil mendorong maju. Saya harus kuat dan tidak boleh putus asa. Saya harus maju terus. Tetapi betis saya tidak kuat….. ampun sekali lagi … ampun tidak kuat…. Maka istirahat lagi.. Dan saya sudah tidak kuat untuk foto pemandangan. Padahal saya sudah tidak bawa apapun juga. Tas kamera (dua kamera) dibawa oleh pak Keno. Makanan dibawa oleh istri pak Ahmad. Pak Ahmad bawa golok dan tongkat untuk tarik saya. Jalanan melewati jalur Ayak Ayak sangat terjal, makin lama makin terjal. Bisa mencapai 70 – 80 drajat terjal. Wah sangat indah tetapi sangat terjal dan sangat letih. Setelah hampir 4 jam, saya sudah ada di puncak Ayak Ayak, puncak tertinggi yang harus dilalui. Akhirnya hati sangat lega karena jalanan sangat indah walau sangat sulit untuk saya. Sekitar 5 menit istirahat diatas puncak Ayak Ayak. Maka saya bersukur sudah mulai menurun terus sampai danau Ranu Kumbolo. Tetapi saat melewati celah tebing, aduh aduh aduh….. turunnya langsung 90 drajat. Sungguh luar biasa seram nya. Untung saja saya menggunakan sepatu kets. Lagi pula untung saja ada yang bantuin. Tangan saya diatas dan di pegang oleh bapak Keno. Kaki maupun punggung dipegang oleh bapak Ahmad. [caption id="attachment_212266" align="aligncenter" width="640" caption="Dari atas puncak Ayak ayak setelah turun ketemu area seperti ini. - Foto milik Kusmanto"]

13507171711907721153
13507171711907721153
[/caption] [caption id="attachment_212267" align="aligncenter" width="640" caption="Akhirnya tibda di danau Ranu Kumbolo - Foto milik Kusmanto"]
1350717257827068885
1350717257827068885
[/caption] Pembaca kompasiana…. Tau tidak ? sungguhan neh… untung saja kadang kala signal HP saya sering mendapatlan signal. Karena takut mati terjatuh di lembah, maka saya sering kirim posisi GPS saya kepada istri dan teman. Bila saja saya terjatuh dalam tebing, maka mereka paham posisi saya terakhirnya. Hahaha takut mati pula diatas tebing terjal itu. Perjalanan terus sangat tajam dan butuh waktu satu jam yang sangat terjal. Akhirnya saya tiba didataran yang kami lihat dari atas. Kami istirahat dahulu sekitar 20 menit. Saya minta biscuit tetapi saya sadar bahwa ini diluar dugaan saya. Maka saya mulai makan ikan kering asin. Saya tidak lagi hiraukan makanan perkotaan. Saya makan hanya ikan kering asin dan minum. Saya belum lapar tetapi saya butuh tenaga. Ikan kering asin yang saya pilih sambil minum yang banyak. Setelah saya banyak foto, maka perjalanan dilanjutkan. Dibalik bukit ada danau yang sungguh luar biasa. Semua yang terasa letih dan takut, sirna semuanya dan bahagia saat melihat danau Ranu Kumbolo.

Untuk mencapai jalur sekitar 8 kilometer saya butuh waktu sekitar 6 jam. Malu saya dengan para pengawal, mereka hanya butuh 90 menit saja. Termasuk istri pak ahmad juga sangat kuat, beliau selalu mencari daun muda yang katanya untuk kita makan siang.

Didekat danau ada pondok tempat istirahat. Tempat singgah untuk para pendaki gunung semeru. Didanau ini sudah berada 2.400 meter diatas permukaan laut. Koordinat GPS nya adalah: S 8.047000 dan E 112.918500 [caption id="attachment_212268" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Ranu Kumbolo - Foto milik Kusmanto"]

13507173561891493327
13507173561891493327
[/caption] Di pondok itu saya langsung masuk dan tidak perduli lagi langsung tiduran. sekitar 30 menit saya terlelap dan terbangun lagi. Tenaga terasa pulih. Langsung saya makan biscuit dan minum. Kemudian saya kuat lagi untuk ambil ransel foto dan pergi sekitar danau untuk berfoto.

Sangat indah untuk difoto. Walaupun bapak Ahmad mengatakan, ada lembah yang sangat bagus di belakang bukit pondok. Saya jawab : “Jangan pak, saya tidak berani naik lagi sebab saya takut sangat letih.” Lain waktu pasti saya lanjutkan ke Pos terakhir yang di ijinkan, yaitu pos di Kalimati Semeru”

Bapak Keno memancing dengan caranya sendiri. Yaitu memancing ikan danau dengan botol Aqua. Bapak Ahmad memancing dengan pancingan nya yang dibawa dari rumah. Istri bapak Ahmad mulai mencuci daun dari pinggir jalan dan mulai memasak. Saya berkeliling mencari lokasi foto yang baik. [caption id="attachment_212269" align="aligncenter" width="640" caption="Roi dan kawan kawan sedang memancing. Akhirnya kami ketemu lagi di Jakarta. Foto milik Kusmanto"]

13507175861700600061
13507175861700600061
[/caption]

Saat saya berfoto disekitar danau, bertemulah dengan beberapa pemuda yang sedang memancing didanau. Saya foto mereka dan ternyata mereka sudah sampai ke Pos Kalimati maupun sampai puncaknya gunung Semeru. Saya kenalan dengan mereka dan saya kasih nomor HP untuk saya bisa berikan foto foto mereka sedang memancing. Ternyata memang kami bertemu lagi di Jakarta dan saya berikan beberapa foto yang bagus untuk mereka. Setelah satu jam saya berfoto, maka saya balik ke pondok dan makan ikan kering asin serta mie rebus dengan daunan muda pinggir jalan. Tidak sangka, makanan itu sungguh nikmat sekali. Sambil makan, saya ditanya, apakah saya ingin bermalam atau pulang. Belum selesai saya berfikir, pak Keno mengatakan bahwa pak Ahmad bisa turun kerumahnya ambil peralatan tidur maupun bahan makanan untuk malam hari. Wah…. Hebat banget dah… mereka itu sangat kuat semuanya. [caption id="attachment_212270" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Ranu Kumbolo - Foto milik Kusmanto"]

13507177161129439121
13507177161129439121
[/caption] [caption id="attachment_212271" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Ranu Kumobolo difoto saat jalur pulang. Foto milik Kusmanto"]
13507178222080603313
13507178222080603313
[/caption] [caption id="attachment_212272" align="aligncenter" width="601" caption="Danau Ranu Kumbolo. Foto milik Kusmanto"]
1350717906504986432
1350717906504986432
[/caption] Tetapi saya berfikir, karena badan terasa letih sekali dan kuatir besoknya badan menjadi kaku, sebaiknya saya balik lagi ke pos Ranu Pani. Dan akhirnya pada jam 2 siang kami balik lagi pulang. Tetapi jalur yang kami tempuh tidak meliwati puncak Ayak Ayak yang sangat terjal itu. Kami pulang lewat jalur datar yang lebih jauh sekitar 3 kilometer. [caption id="attachment_212276" align="aligncenter" width="640" caption="Bapak Keno saat menuju pulang. Foto milik Kusmanto"]
13507182752109739456
13507182752109739456
[/caption] Akhirnya pulang pergi totalnya 18 kilometer dan harus saya tempuh dengan 11 jam perjalanan. Pulangnya tidak teralu terjal hanya saja harus sering istirahat saja. Lebih lama karena saya terlalu sering berhenti istirahat dan berfoto.

Karena sudah terlalu letih, maka satu jam terakhir sebelum jalurnya selesai, bapak Ahmad sudah pulang lebih dahulu untuk mengambil motor bapak keno. Dan kami bertiga di jalur yang sudah bisa dilalui motor, pulang dengan kuda besi. Kami balik lagi ke Pos Jaga Ranu Pani untuk laporan bahwa kami telah kembali. Dan kami menginap lagi di penginapan yang sama, karena waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Besok paginya jam 6.30 kami berangkat pulang melalui menuruni persimpangan Jemplang. Kami turun kelautan pasir tetapi tidak menuju Wonokitri (Pasuruan) tetapi menuju Cemoro Lawang (Probolinggo) untuk mencari jejak permandian atau semedi nya raja raja Majapahit. Air terjun Makadipura juga sungguh luar biasa untuk dibuatkan reportase nya. Dalam Perjalan pulang pun kami mampir kesitus situs kerajaan Majapahit sekitar Trowulan di Mojokerto. [caption id="attachment_212273" align="aligncenter" width="640" caption="Gunung Semeru pada pagi hari. Foto milik Kusmanto"]

13507180661580180821
13507180661580180821
[/caption] [caption id="attachment_212275" align="aligncenter" width="640" caption="Foto lautan pasir Bromo saat menuruni tebing dari persimpangan tiga Jemplang. Foto milik Kusmanto"]
1350718147882327025
1350718147882327025
[/caption] . . . Tambahan: Artikel ini juga dibuat untuk bapak Achmad Sudradjat yang saat ini kepala bengkel BMW Cilandak. Bila memang ada BMW X5 terbaru, maka layaknya di uji coba diarea lautan pasir Bromo. Sesuai kalimat anak saya, bahwa BMW X5 bukan untuk di test drive di dalam kota atau hanya ke Bali. Felix Kusmanto adalah anak saya dan Bapak Soe Herry pemuda Tengger, telah membuktikan semua kemampuan BMW X5 di lautan pasir ini. Seperti Bapak Achmad ketahui, yang menjadi kendalanya adalah retak retaknya ban mobil setelah saya berulang kali bulak balik ke Bromo. Karena udara sangat dingin di pagi hari dan sangat panas disiang hari. Terutama pasir di lautan pasir Bromo pada siang hari sangat panas untuk ukuran ban mobil. Tetapi selain itu tidak ada masalahnya dengan kemampuan BMW X5 dilautan pasir Bromo.

Seperti yang telah saya hadiahkan BMW Indonesia, satu keping DVD tentang perjalanan saya dengan BMW X5 di lautan pasir Bromo. Saat itu saya serahkan kepada Vice President Dino Martin.

Silahkan buktikan BMW X5 terbarunya di lokasi Tengger. Bila saja BMW Indonesia menurunkan seri X dilautan pasir, maka saya akan ikutan dan berfoto lagi. Kali ini akan saya ikutan dengan BMW GT. Karena saya yakin jalan terjal nya sudah sedang direnovasi dan dengan beradanya pak Soe Herry, saya yakin BMW GT bisa di foto di lautan pasir Bromo. Semoga BMW Indonesia bisa menjadi terpacu dengan artikel ini. Dan benar bisa terjadi test drive di area Tengger.

[caption id="attachment_212294" align="aligncenter" width="640" caption="Pernah ada BMW GT dipasar Tosari. Saat itu Luluk pergi beli cabe di pasar Tosari. Foto milik pribadi"]

13507229611467852136
13507229611467852136
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun