Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah kamera-digital sudah lebih tajam dari mata manusia ?

2 Oktober 2011   15:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24 5733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

. . Saya masih ingat sekitar tahun 1996an saya mempunyai camera digital pertama.Saat pertama saya melihat gambarnya saya kecewa berat tetapi yah apaboleh buat, karena itulah yang terbaik saat itu. Saya tetap menggunakannya karena masalah pratis saja. Asal jepret saja dan tidak perlu cuci film sudah jadi. Kalau jelek yah buang saja dengan menghapus gambarnya. Saat ini kita sudah mengenal poket kamera dengan pixel yang sangat tinggi. Poket kamera saja sudah ada yang diatas 15 Mega Pixel (15 MP). Bahkan beberapa merek ternama telah menjual DSLR (digital-Single-Lens-Refleks) dengan pixel sangat tinggi sekali. Orang awan kenalnya yang kamera bisa gonta ganti lensa. Resolusi sensornya sudah mencapai kesempurnaan kamera jaman dahulu yang mengunakan pita film (pita seluloid).Istilah dalam fotografi adalah FULL FRAME 35 mm dengan pixel sekitar 24 MP. Bahkan menurut wikipedia ada kamera sangat profesional dengan Pixel 60 MP. Dalam perjalan waktu saya mengenal 250.000 Pixel, 800x600 Pixel, 1 MP, 5 MP, 11 MP, 15 MP dan akhirnya 24 MP yang disebut sebagai FULL FRAME setara film seluloid 35 mm. Tanpa saya sadar, saya selalu ingin menghasilkan foto yang terus makin tajam. Memang benar dengan pengunaan kamera terbaru, makin lama makin tajam hasilnya. Tetapi saya tidak puas atau belum puaslah untuk kualitas yang saya hasilkan. Setelah saya bertanya dengan teman teman yang sudah profesional dalam bidang fotografi, tetap saja saya masih belum paham. Mungkin saya terlalu awam dengan dunia fotografi. Sampai akhirnya saya mencetak film ketemu seorang operator mesin cetak film. Dan kami bersahabat, hampir sama lah kenalan nya seperti teman teman kenalan di kompasiana. Makin lama makin akrab. Lalu saya minta diajarkan private oleh sang operator yang mempunyaikemahiran foto kawinan, seminar atau pesta sunatan. Saya sadar bahwa orang tersebut hebat tetapi belum mampu mengambil pangsa pasar kelas atas akibat banyak keterbatasan yang harus teman saya perbaiki. Mulailah saya mengenal istilah beberapa istilah panjang subuh, diameter lensa dan kepekaan sensor. Loh.... ternyata apa yang saya pelajari saat kuliah mata menjadi ingat lagi dan dengan cepat saya bisa menguasai parameter fotografi (tentu saja bukan parameter seninya). Nah.... sekaranglah pertanyaan..... apakah benar dengan hasil ketajaman camera digital sudah menyamakan kemampuan mata manusia ? Kita coba melihat data spesifikasi kedua orangan ini. Perbandingan spesifikasi antara manusia dan camera digital: Jenis sensor : Manusia disebut retina dan pada camera sering disebur CMOS atau ccd Jumlah sensor : Manusia memiliki sekitar 6 juta titik (Pixel) sensor berwarna dan 120 juta titik sensorterang gelap. Maka total pixel pada manusia sekitar 126 jutaan Pixel. Sedangkan pada sensor full frame saat ini mencapai sekitar 24 MP. Artinya secara kwantitas pixel sensor camera digital masih jauh dari yang dimiliki manusia. Apabila mata manusia mempunya luas area sensor sekitar kurang lebih 17 mm diagonal. Sungguh sangat kecil dibandingkan dengan sensor camera sekitar 1,7 inchi. Karena dimensi sensor camera yang besar, maka terpaksa body kamera digital juga menjadi besar. Selain keterbatasan manusia menbuat sensor dan lensa, maka wajar saja lensa camera sangat besar sekali di bandingkan dengan lensa mata. Sebagai perbandingan dimensi mata dengan camera bisa kita bayangkan. Seseorang harus ganti lensa (asli mata) dengan imitasi karena menderita katarak. Yah .... itulah sang lensa jadi buram akibat usia dan pola hidup. Bayangkan lensa mata asli sangat kecil dibandingkan lensa camera terkecil pun. Artinya semakin besar dimensilensa maka semakin besar pula koreksi pembiasan warna terhadap titik fokusnya. Akhirnya terjadi perbedaan warna antara warna camera dengan warna asli yang kita lihat. Sebagai seorang profesional sejati dalam fotografi, tabu bila saja hasil jepretannya di koreksi oleh komputer atau mesin cetak. Sehingga sayapun berusaha untuk menghasilkan foto dengan apa adanya dari kemampuan camera saya. Karena itu ketajaman (bukan sudut seninya) sebuah camera sangat terkait sekali terhadap siapa yang mengunakan cameratersebut. Sehingga ada istilah : The Man behind The Gun. Untuk kita yang hobby atau juga untuk dokumentasi tidak perlu mengunakan camera digital yang berpixel sangat tinggi. Karena juga harganya yang sangat mahal dan membutuhkan lensa extra yang sesuai dengan Body camera FULL FRAME. Karena sesungguhnya citra penampilan fotografi sangat terkait dengan alat camera yang harus mempunyai teknologi tinggi, juga harus mampu di reproduksi dengan mesin cetak atau mesin display yang juga mampu menampilkan kualitas maksimal dari foto tersebut. Sebagai penutup dan kesimpulan saya, saat ini kemampuan camera digital setara FULL FRAME 25 MP atau setara 60 MP pun, masih belum bisa mengalahkan kemampuan mata manusia. Lagipula dengan istilah The Man behind The Gun, sudah mampu menghasilkan citra foto yang luar biasa tajamnya (diluar kemampuan seninya). Selamat berfoto untuk para pembaca yang mulai senang masuk kedalam dunia kamera digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun