Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, anggota Gen Z di beberapa negara maju cenderung berperilaku baik, hemat, dan menghindari risiko. Mereka cenderung hidup lebih lambat daripada pendahulunya ketika seusia mereka, memiliki tingkat kehamilan remaja yang lebih rendah, dan lebih jarang mengonsumsi alkohol, tetapi belum tentu membuat kecanduan.Â
Remaja saat ini tampaknya lebih peduli dengan kinerja akademis dan prospek pekerjaan, dan lebih baik dalam menunda kepuasan daripada orangtua mereka dari tahun 1960-an, meskipun ada kekhawatiran yang sebaliknya. Di sisi lain, sexting di kalangan remaja telah meningkat dalam prevalensi meskipun konsekuensi dari hal ini masih kurang dipahami.
Menyadari tentang ciri gen Z tersebut ternyata melakukan seleksi avenger dari gen Z jauh lebih sulit dibandingkan melakukan seleksi management trainee dari gen Y. Kita tidak dapat melihatnya hanya dari nilai rapor atau ijazah. Kita juga tidak dapat mengukur kepribadian gen Z hanya dari lingkungan pergaulannya saja. Untuk itu diperlukan alat ukur kepemimpinan transformasional untuk melakukan seleksi avenger dari Gen Z.Â
Di sisi lain, kepada avenger yang sudah terpilih perlu diberikan kepercayaan berupa psychological empowerment dengan memperbaiki hubungan atasan bawahan yang dimulai dari pimpinan puncak. Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk melakukan seleksi avenger dan membentuk avenger.
Sudah ada beberapa perusahaan multinasional yang melakukan seleksi avenger ala Tony Star. Misalnya Telkom Indonesia yang membentuk DOC atau Democracy of Centennial yang bertujuan melakukan mencari pemimpin transformasinal. BCA juga sudah melakukan seleksi avenger dan menempatkan mereka di dalam war room. Bahkan perusahaan pulp and paper di Karawang saja sudah melakukan seleksi avenger seperti ini.
Bagaimana halnya dengan Pegawai Negeri Sipil? Setelah usia pension diperpanjang hingga 58 tahun untuk menampung Gen X yang mandul prestasi, kini dibuka pula pintu ASN untuk menampung Gen X yang belum kebagian menjadi pejabat.Â
Padahal gaji PNS sekarang sudah cukup bersaing tapi pola karir dan penjenjangan jabatan tidak memberi kesempatan kepada avenger yang mumpuni dari Gen Z. Ibu Megawati saja meragukan kemampuan Gen Z dan mempertanyakan sumbangsih Gen Z bagi Republik ini.
Padahal Gen Z adalah kader pemimpin bangsa. Mereka diharapkan memiliki daya juang, daya tahan mental dan spirit berkompetisi untuk melakukan inovasi terbaik terhadap bidang mereka. Mereka tidak saja diharapkan menjadi agent of change tetapi bahkan menjadi kepemimpinan transformasional yang mampu mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Mampukah kita memilih avenger terbaik kita.
--05012021---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H