Mohon tunggu...
Dayan Hakim
Dayan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - persistance endurance perseverance

do the best GOD do the rest

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Cutting Generation"

19 Maret 2018   09:18 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:59 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alleyoop.ilsole24ore.com

Ide ini sebenarnya sudah lama muncul. Meminjam istilah Reynald Khasali, cohort adalah istilah untuk pembagian generasi kependudukan yang menjelaskan mengenai sifat, karakter dan perilaku dari masing-masing generasi. Hal ini diperlukan untuk mengelola berbagai permasalahan mengenai pemasaran, personalia, intangible asset, sosial sampai ke leadership mengingat Peraturan Pemerintah untuk memperpanjang usia pensiun menjadi 58 tahun. 

Sejarah Indonesia sendiri telah membagi menjadi beberapa Angkatan, dimulai dari Angkatan 08, Angkatan 28, Angkatan 45, Angkatan 66 dan Angkatan 98. Namun dalam analisis kali ini, kita fokus pada The 70's atau Flower Generation, The 80's atau New Wave Generation, The 90's atau X Generation dan yang terakhir The 2000 atau Millenium atau Y Generation. 

Di USA, Flower Generation ini dikenal sebagai pemberontak. Berdemo menentang Perang Vietnam, mariyuana dan hasis, serta sex bebas adalah kegiatan remaja ini setiap hari. Indonesia di tahun 70-an sudah mulai stabil. Ekonomi menjadi jenderal dalam setiap aspek. Dengan rambut gondrong, celana cut-bray dan sepatu kapal, para remaja 70-an ini bergoyang dalam hentakan musik hard rock-nya Rolling stones, Kiss, dan Queen. Di Indonesia, sebagian kecil dari mereka mencoba berdemo pada tahun 74 tapi langsung dilindas dengan panser dan tank oleh Suharto. 

Saat itu lowongan pekerjaan banyak sekali. Baru tingkat III kuliah sudah ditawarin bekerja. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak menyelesaikan kuliah. Materi menjadi sasaran utama generasi The 70's. Generasi ini yang paling korup. Bahkan yang dapat beasiswa ke luar negeri ditertawai, dibilang bodoh, karena meninggalkan kesenangan yang ada. Hal ini tidak mengherankan, mengingat saat mereka kecil, mereka harus antri pembagian susu dan bubur kacang hijau. Belum lagi ditambah antrian orang tua mereka saat pembagian beras dan minyak tanah.

Saat angkatan 66 berkuasa, korupsi yang dilakukan oleh Angkatan 66 lebih untuk mengisi kas politik mereka. Angkatan 66 sebagai penguasa memerintahkan bawahannya yang nota bene adalah generasi The 70's untuk korupsi. Sebagian korupsi ini, dikorup lagi, tapi untuk kesenangan pribadi. Karena kurang makan sekolahan, akibatnya banyak dari mereka yang kalah dalam persaingan dengan generasi berikutnya. Kalau berurusan dengan komputer, maka ucapan yang terdengar adalah "aku sudah terlalu tua untuk mencet-mencet itu, komputerkan saja lah dulu". 

Kebijakan NKK-BKK yang diterapkan oleh Mendikbud Nugroho Notosusanto pada tahun 1978 sangat mempengaruhi perilaku generasi berikutnya, yakni The 80's. Aspek pemerataan dalam Trilogi Pembangunan Pak Harto sudah mulai terasa ke aspek sosial. Generasi The 80's bukan hanya sadar sekolah, tetapi juga sadar sosial. Disatu sisi, generasi the 80's ini rajin mengejar gelar, disisi lain, mereka juga aktif dalam aktivitas sosial dan dakwah. You are what you eat, begitu kata pepatahnya. 

Masa kanak-kanak generasi The 80's penuh dengan makanan bergizi tinggi. Swasembada beras telah membuat harga beras sangat rendah. Saat itu gaji pegawai negeri golongan IIA sebesar Rp.20.000,00, beras sekilo hanya Rp.50,00. Sedangkan ongkos bus hanya setalen. Buku yang top saat itu adalah Lima Sekawan dan Sapta Siaga. Ada juga Winnetou dan Kho Ping Ho. Belum lagi ditambah Godam dan Gundala. Musik yang mereka konsumsi juga lebih enak di dengar. 

Sebut saja The Police atau Boomtown Rats dari Inggris, atau Michael Jackson dan Madonna dari USA, atau KLA dan Ruth Sahanaya dari Indonesia sendiri. Aliran New Wave yang lebih mengutamakan hentakan dan harmoni mengalir dalam setiap tindak tanduk dan sikap mereka. Video, komputer dan handphone memang muncul belakangan. Tapi ini tidak membuat generasi The 80's ketinggalan teknologi, dibandingkan generasi The 70's. Bahkan ahli-ahli komputer yang terkenal saat ini berasal dari generasi The 80's, karena justru mereka yang mengalami perubahan kemajuan teknologi tersebut sampai yang ada saat ini. 

Sebagai contoh adalah storage disk, dimana dimulai dari disket sebesar buku tulis, kemudian menyusut, hingga sekarang yang hanya berbentuk USB flash disk. Relevansinya dengan saat ini adalah bahwa generasi The 80's melihat bahwa keteraturan dimulai dari disiplin. Bahwa Pemerintah seharusnya lebih berperan dalam menata kehidupan antar masyarakat. Bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat sebesar-besarnya. Bahwa harmoni antara alam lingkungan dengan industri harus bisa diselaraskan.

Generasi berikutnya, yakni generasi the 90's hanya melihat teknologi yang ada sudah sangat maju. Mereka tidak tahu bagaimana perang antara VHS Panasonic melawan Betamax Sony memperebutkan posisi pasar, akhirnya dimenangkan oleh Phillips dengan VCD player-nya. Mereka juga tidak tahu bahwa dulu layar komputer pernah berwarna hijau atau ada gadget yang bernama Pager. 

Kalau dilihat dari pakan-nya, generasi ini memang generasi-nya junk food. Mulai dari KFC, McD, Texas, sampai ke Chiki dan Taro. Buku yang mereka baca juga hanya komik, seperti Kungfu Boy, Dragon Ball dan Candy-candy. Musik yang didengar juga bervariasi, mulai dari Metalica, Dewa 19 sampai ke Inul. Hanya istimewanya dari generasi si Unyil ini adalah, mereka sudah tau yang namanya kebebasan pasar. 

Papan nama Bank bermacam-macam, stasiun TV bermacam-macam, semua menjanjikan adanya kebebasan memilih. Namun rupanya kebebasan ini masih dirasakan kurang oleh mereka. Akhirnya munculah gerakan tahun 98 yang dimulai dari Kampus Trisakti menjalar sampai ke seluruh Indonesia. Hingga akhirnya mereka menduduki gedung DPR/MPR, dalam arti kata sebenarnya. 

Namun, kondisi ini sangat berbeda saat mereka lulus sekolah. Krisis ekonomi membuat banyak perusahaan gulung tikar. Ditambah lagi dengan kebijakan Zero Growth untuk PNS, BUMN dan ABRI yang diterapkan pemerintahan reformasi saat itu, mengakibatkan mereka harus bersaing dengan ketat untuk dapat memperoleh pekerjaan. Akhirnya mereka mengetahui perlunya keunggulan individu.

Relevansinya dengan situasi saat ini adalah, generasi The 90's lebih garang dalam berkompetisi. Kebebasan yang mereka perjuangkan tahun 1998, ingin mereka terapkan juga pada tempat pekerjaan mereka. Dengan keunggulan individu, mereka memiliki posisi tawar yang lebih dibandingkan generasi sebelumnya. Namun efek sampingnya, mereka jadi kurang disiplin dalam bekerja.

Y Generation atau Generasi Millenium menurut beberapa ahli adalah generasi manja, cengeng, tapi romantis. Betul gag sih?

Cutting Generation diperlukan untuk menghapuskan dosa lama dan merubah budaya Indonesia yang korup dan beringas menjadi lebih harmoni, selaras dan seimbang antara masing-masing unsur. Kaderisasi Kepemimpinan harus dimulai dari sekarang. Program Management Development jangan dijadikan sarana mengkarbit pemimpin.

by dokday/30122013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun