Era Populis adalah periode dalam sejarah politik di mana pemimpin atau gerakan politik mendapatkan dukungan dan kekuatan dengan mengklaim mewakili kepentingan "rakyat biasa" melawan elit yang berkuasa.Â
Populisme seringkali muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan publik terhadap sistem politik atau ekonomi yang ada. Ciri-ciri populisme meliputi retorika yang menekankan keterkaitan langsung antara pemimpin dan rakyat, serta penggunaan bahasa yang sederhana dan emosional untuk menarik dukungan luas.
Dalam konteks sejarah, era populis dapat merujuk pada berbagai periode di berbagai negara di mana gerakan atau pemimpin populis memainkan peran penting dalam politik.Â
Misalnya, di Amerika Serikat, "Populist Era" merujuk pada akhir abad ke-19 ketika Partai Populis atau People's Party muncul, berfokus pada isu-isu seperti reformasi agraria, regulasi kereta api, dan perubahan ekonomi untuk mendukung petani dan pekerja.
Di negara lain, populisme juga bisa muncul dalam berbagai bentuk, baik dari kiri maupun kanan spektrum politik, dan seringkali berfokus pada isu-isu seperti nasionalisme, reformasi ekonomi, atau antipati terhadap imigrasi dan globalisasi.
Era digital memiliki hubungan yang kuat dengan pemimpin populis karena beberapa faktor utama yang memperkuat posisi dan pengaruh mereka. Berikut adalah beberapa cara di mana era digital dan pemimpin populis saling berinteraksi:
Media Sosial sebagai Alat Komunikasi
Pemimpin populis menggunakan media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan pengikut mereka, melewati media tradisional yang sering dianggap bias atau elit. Media sosial memungkinkan pesan-pesan populis yang sederhana dan emosional disebarkan dengan cepat dan luas.
Contoh: Donald Trump menggunakan Twitter untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya langsung kepada publik, seringkali tanpa penyaringan oleh media.
Viralitas dan Algoritma