Mohon tunggu...
Dohot Owen
Dohot Owen Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yg memiliki hobby gaming dan menalaah setiap cerita di kehidupannya

Lahir di jakarta memiliki motto gunakan rasional paling depan fakta dan mempercayai metafisik dan kepercayaan yg di anggap ada oleh kebanyakan orang di barisan belakang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebudayaan Dijunjung-junjung Hak Anak Perempuan pun Dikurung

9 Maret 2020   12:33 Diperbarui: 9 Maret 2020   12:53 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(International Womens Day Edition)

Kebudayaan  merupakan Tatanan sosial dan cara hidup yang sudah di sepakati "Di iyakan" oleh masyarakat yang di anggap baik maupun suci dsb.Menurut Koentjaningrat kebudayaan merupakan keseluruhan perilaku dari manusia dan hasil yang diperoleh melalui proses belajar dan segalanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 

Pasti kalian pernah melihat macam kebudayaan baik secara langsung maupun tidak langsung Melalui siaran misalnya seperti National Geographic atau di negeri kita sendiri ada Wonderful Indonesia.Tidak sedikit beberapa kebudayaan yang cukup "Absurd" dan memakan korban dalam segi hak yg seharusnya ia dapatkan pada masa itu.

Seperti kebudayaan di Negara Nepal dimana masyarakat Nepal percaya akan adanya dewi hidup dalam rupa anak perempuan, yang berumur 2 tahun sampai si anak tersebut mengalami siklus menstruasi pertama. Anak-anak tersebut dianggap sebagai perwujudan dari Dewi Taleju ( Dewi Durga) yang disebut dengan "Kumari". Mereka percaya bahwa seorang kumari memiliki keahlian dan kemampuan yang dapat melindungi mereka dari segala mara bahaya dan dapat memberi berkat layaknya seorang dewi.

Namun pada kenyataan, menjadi seorang kumari, memiliki banyak syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi dan bahkan seorang kumari memiliki pantangan dalam hal makanan,tidak boleh menapakan kaki ketanah,tidak boleh keluar atau berada di lingkungan masyarakat. Begitu juga bagi para orangtua, itu merupakan tantangan yang sangat besar, baik dari segi biaya yang tidak sedikit meskipun seorang kumari mendapatkan subsidi dari pemerintah namun tidak dapat menutupi segala materi yang telah dikeluarkan dalam proses menjadi seorang dewi. 

Dimana pada saat seorang kumari telah mengalami siklus kesuburan wanita, mereka akan secara otomatis di turunkan dari posisi seorang kumari.Jika kita lihat, memang sungguh sebuah Ironi, dimana pada saat menjabat sebagai seorang dewi kumari mereka selalu di agung-agungkan dan di puja. Tetapi pada saat menjadi seorang mantan kumari seolah-olah tidak dianggap lagi. 

Itulah yang menjadi tantangan terbesar bagi para orangtua untuk mengembalikan kehidupan anak tersebut kembali normal layaknya orang biasa,di saat mantan kumari menjadi orang biasa pada umumnya ia akan susah mencari seorang pasangan karna banyak kaum adam disana merasa tidak pantas berpasangan dengan seorang dewi karna label dan strata sosial yang diberikan.

secara tidak langsung itu merupakan tindakan eksploitasi terhadap anak-anak di bawah umur dan perampasan kebebasan hak, khususnya bagi anak- anak perempuan.Seharusnya mereka diberikan kesempatan  bergaul dengan teman sebayanya, mengenyam dunia pendidikan dan mampu berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya mendapatkan apa yang seharusnya anak-anak dapatkan.Bukannya di kasih Strata sosial dan tanggung jawab yang besar.

Sejatinya kebudayaan memberikan dampak positif. Tetapi yang terjadi di Nepal justru kebudayaan membawa dampak negatif bagi anak- anak perempuan. Memang, jika kita kaji kembali kebudayaan bukanlah hal yang mudah untuk di ubah atau di hapuskan. sebagai manusia yang telah hidup di dunia modernisasi, seharusnya kita dapat memperbaiki segala kekurangan-kekurangan dari budaya tersebut untuk menjadi lebih baik dan membawa dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya.

Pemerintah Nepal seharusnya lebih memperhatikan kondisi tersebut, dan memberikan solusi yang tepat agar hak-hak yang seharusnya si anak dapatkan bisa terealisasiakan dengan baik dan tidak merampas hak seorang anak. Begitu juga dengan kaum perempuan yang ada di Nepal, seharusnya mereka harus lebih membuka pemikiran kedepannya untuk menjadi lebih baik, terlepas dari tugas seorang dewi, anak-anak tersebut juga dapat bertumbuh selayaknya manusia normal.

Karena seorang anak adalah generasi penerus dari sebuah negara, maka sudah selayaknya mereka di bimbing dengan baik dan di benahi dari sejak dini, untuk dapat meneruskan kepada generasi-generasi selajutnya akan pentingnya kebudayaan yang baik.

BERIKAN APA YANG MENJADI HAK NYA!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun