Banyak Cara ideal untuk mengungkapkan kritik dan aspirasi yang ideal. Pertama jadilah politisi sehingga Anda dapat bersuara melalui partai Anda. Namun memang tidak semua orang mampu menjadi politisi karena banyak faktor yang haris dimiliki. Menjadi politisi membutuhkan effort yang panjang dan melelahkan.
Hanya sedikit orang yang beruntung menjadi seorang politisi. Setelah menjadi politisi pun Anda harus menjadi politisi yang berpengaruh. Pertama berpengaruh dalam internal partai sendiri, yang kedua berpengaruh di luar partai, di tengah masyarakat luas.
Banyak politisi yang sukses di negeri ini yang mana nyinyirannya pun akan menjadi konsumsi menarik bagi media dan publik. Banyak politisi yang selalu mengkritik Presiden Jokowi. Politisi satu ini selalu memiliki sudut pandang yang “miring” dan sering kali tak dapat diduga tingkat kemiringan sudut pandangnya.
Walaupun kritiknya sering dianggap “nyinyir” namun dapat memberikan aspirasi kepada pemerintah. Setidaknya agar pemerintah lebih mawas diri dalam menjalankan roda pemerintahan. Berikutnya adalah melatih kelihaian pemerintah yang tentunya memiliki hak jawab untuk mematahkan kritikan tersebut.
Jangankan pemerintah, kita selaku masyarakat biasa pun merasa geregetan oleh kritikan-kritkan sejenis ini. Hanya untuk menjadi pengkritik yang “menyebalkan” saja mereka dibayar oleh negara melalui gaji sebagai anggota dewan, misalnya.
Namun sejelek-jeleknya mereka ini dapat dijadikan kontrol terhadap pemerintahan sehingga pemerintah tidak menjadi sesuka hati dan semena-mena. Wong pemerintah benar saja sudah mendapatkan kritikan, apa lagi salah? Tentu kritikan tersebut pasti akan lebih gencar dan pedas bertubi-tubi.
Yang kedua adalah menjadi figur publik. Terlepas dari apa pun profesi Anda namun jika dalam berbagai kesempatan dan pembahasan-pembahasan yang dikonsumsi publik pendapat Anda kerap diminta oleh media maka dapatlah dikategorikan figur publik.
Seorang figur publik maka kritikannya cenderung menarik bagi publik. Seberapa miring pun pendapat itu selalu ditunggu dan menjadi referensi. Bila pendapat itu tidak memiliki dasar pemikiran yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka beberapa waktu ke depan label figur publik Anda bisa copot sehingga tidak “diakui” lagi.
Menjadi politisi maupun figur publik memiliki konsekuensi tersendiri. Sepedas apa pun kritiknya namun ada satu konsekuensi logis dalam kritikan itu. Bilamana kritikan itu tidak memiliki alasan yang kuat, maka tak akan ada yang meminta Anda untuk bersuara lagi.
Sehingga semiring-miringnya kritikan Anda, oleh karena memiliki argumentasi logis yang kadang tidak dapat dipertanggung jawabkan pun maka Anda tetap dianggap layak didengarkan. Sekali pun kritikan Anda membuat gerah banyak pihak termasuk pemerintah.
Dari pemaparan di atas dapat kita lihat bahwa setiap kritikan yang dilemparkan baik politisi maupun figur publik selalu memiliki argumentasi logis yang oleh masyarakat banyak dapat diterima. Terlepas kritikan itu menciptakan pro dan kontra yang memiliki potensi menciptakan distorsi.