Tulisan ini untuk melengkapi sekaligus merespon tulisan saya sebelumnya (Baca:Â Merdeka Bangsaku, Medeka Kaki dan Perutku)
Judul tulisan ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab dengan gamblang. Apakah kita sudah merdeka, tergantung pada diri pribadi kita masing-masing.Â
Banyak tolok ukur kemerdekaan menurut saya orang yang awam ini. Merdeka dalam sandang, merdeka dalam pangan, merdeka dalam pendidikan, merdeka dalam pekerjaan, merdeka dalam keuangan, merdeka dalam berusaha, merdeka dalam beribadah sesuai agama, merdeka berpendapat, merdeka bertetangga dan banyak lagi indikator merdeka merdeka yang lain.
Sebagai orang yang bertanggung jawab dapat saya jawab bahwa belum sepenuhnya kita mendapatkan kemerdekaan dalam setiap aspek  yang disebut di atas. Namun setidaknya kita telah sedang menuju kepada kemerdekaan itu sendiri. Â
Anda berpakain kan? Anda makan setiap hari kan? Anda yang membaca tulisan ini saya yakini minimal berpendidikan bukan? Anda memiliki uang bukan? Anda bebas melakukan usaha bukan? Anda bebas beribadah menurut agama anda bukan? Anda bebas berpendapat bukan? Tetangga Anda baik baik dan tidak menggangu bukan?
Kalau mayoritas jawaban anda adalah "YA", maka sejatingya kita telah sedang mereguk kemerdekaan itu. Itu tidak bisa kita pungkiri. Maka bohong besar kalau ada orang yang bilang bahwa kita belum merdeka. Memiliki banyak kekurangan dan tantang dipastikan iya.Â
Namun jangan dustai diri anda dengan mengatakan bahwa kita belum merdeka. Malah menghujat berbagai pihak termasuk menyalahkan pemerintah yang telah berusaha dan bekerja keras menghela bangsa ini untuk kemajuan kemajuan di berbagai bidang.
Saya sangat bangga menelisik berbagai kemajuan yang telah dicapai bangsa ini. Mulai dengan maraknya pembangunan jalan tol, pembangunan bendungan di banyak daerah, pembenahan instansi instansi pemerintahan, perbaikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), cobalah lihat pegawai pegawai BUMN sekarang dan bandingkan dengan kondisi yang lalu, amati Aparat Sipil Negara (ASN), Amati gedung gedung dan instansi pemerintah, semua bergerak menuju titik yang sama. Perbaikan.
Saya adalah pengamat yang diam diam mengamini dalam hati secara pribadi akan terjadinya perbaikan dan perubahan pada berbagai aspek bangsa ini.Â
Banyak hal yang saya lihat dan kagumi terkait perubahan perubahan yang terjadi dalam bangsa kita. Kebetulan oleh karena tugas sering bepergian, saya mengamati beberapa aspek kehidupan kita semua menuju titik yang sama, yakni perbaikan yang massive dan sistematik.
Hal hal di atas sungguh membanggakan saya secara pribadi. Ketika mencoba menaiki LRT di Palembang awalnya masyarakat masih enggan berubah dari moda trasnportasi konvensional ke moda transportasi berbasis rel.Â
Namun apa yang terjadi ketika terakhir dari Palembang, LRT sudah penuh sesak. Apa pasal, kendaraan ini sangat nyaman dan ber AC. Untuk naik saja sudah difasilitasi elevator, sudah itu pembiasaan budaya antri akan mengedukasi masyarakat untuk berdisipin. Dengan kendaraan ini kita terbebas dari panas, macet, dan waktu tiba yang dapat diprediksi dengan akurat.
Hal di atas adalah sekelumit kemajuan Infrastruktur, sarana dan prasarana yang membesarkan hati kita. Namun kita tidak boleh lupa nasib saudara kita yang ada di Timur Indonesia. Sangat miris melihat moda transportasi yang ada di sana.
Bisa kita lihat di Youtube yang mana mereka menggunakan kendaraan 4 X 4 untuk melibas medan jalan yang begitu berat layaknya offroad kelas berat.Â
Tak heran mereka menghabiskan waktu hingga 1 minggu hanya untuk pergi ke sebuah kota untukberbagai urusan. Saya doakan agar percepatan pembangunan di Indonesia Timur dapat berjalan sebagaimana mestinya, agar setidaknya jalanan di sana dapat dilalui kendaraan biasa sebagaimana masyarakat Indonesia di bagian Tengah dan Barat.
Sebagai anak bangsa ijinkanlah saya bercerita ketika bersama teman teman plesiran di sebuah negara tepatnya Jepang. Ketika melintas di depan sebuah toko elektronik, spontan Pramuniaga toko tersebut menyapa kami dan mempersilahkan kami masuk ke dalam. Selintas kami mengamini keramahtamahan penjaga toko satu ini.
Namun yang membuat harga diri kami terhenyak adalah kata katanya, "Silahkan masuk lihat-lihat saja, tidak beli tidak apa-apa". (Dia tahu kami dari Indonesia, jadi dipersilahkan masuk dan lhat lihat, walaupun tidak beli, karena dia tahu Orang Indonesia tidak punya uang).
Bagaimana teman teman pembaca sekalian, apakah kita puas hanya lihat lihat saja? Ternyata nilai kemerdekaan kita bukanlah dipandang dari dalam namun oleh bangsa lain. Mari bersinergi membangun Kemerdekaan bangsa ini. DIRGAHAYU INDONESI 76
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H