Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kita Sudah Merdeka?

17 Agustus 2021   12:00 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:07 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun apa yang terjadi ketika terakhir dari Palembang, LRT sudah penuh sesak. Apa pasal, kendaraan ini sangat nyaman dan ber AC. Untuk naik saja sudah difasilitasi elevator, sudah itu pembiasaan budaya antri akan mengedukasi masyarakat untuk berdisipin. Dengan kendaraan ini kita terbebas dari panas, macet, dan waktu tiba yang dapat diprediksi dengan akurat.

Hal di atas adalah sekelumit kemajuan Infrastruktur, sarana dan prasarana yang membesarkan hati kita. Namun kita tidak boleh lupa nasib saudara kita yang ada di Timur Indonesia. Sangat miris melihat moda transportasi yang ada di sana.

Bisa kita lihat di Youtube yang mana mereka menggunakan kendaraan 4 X 4 untuk melibas medan jalan yang begitu berat layaknya offroad kelas berat. 

Tak heran mereka menghabiskan waktu hingga 1 minggu hanya untuk pergi ke sebuah kota untukberbagai urusan. Saya doakan agar percepatan pembangunan di Indonesia Timur dapat berjalan sebagaimana mestinya, agar setidaknya jalanan di sana dapat dilalui kendaraan biasa sebagaimana masyarakat Indonesia di bagian Tengah dan Barat.

Sebagai anak bangsa ijinkanlah saya bercerita ketika bersama teman teman plesiran di sebuah negara tepatnya Jepang. Ketika melintas di depan sebuah toko elektronik, spontan Pramuniaga toko tersebut menyapa kami dan mempersilahkan kami masuk ke dalam. Selintas kami mengamini keramahtamahan penjaga toko satu ini.

Namun yang membuat harga diri kami terhenyak adalah kata katanya, "Silahkan masuk lihat-lihat saja, tidak beli tidak apa-apa". (Dia tahu kami dari Indonesia, jadi dipersilahkan masuk dan lhat lihat, walaupun tidak beli, karena dia tahu Orang Indonesia tidak punya uang).

Bagaimana teman teman pembaca sekalian, apakah kita puas hanya lihat lihat saja? Ternyata nilai kemerdekaan kita bukanlah dipandang dari dalam namun oleh bangsa lain. Mari bersinergi membangun Kemerdekaan bangsa ini. DIRGAHAYU INDONESI 76

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun