Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Motivator dan Vespa Bututnya

28 September 2010   05:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motivator dan Vespa bututnya

Dalam sebuah acara muda-mudi, saya selaku salah satu Panitia mengusulkan untuk menggelar sebuah sesi motivasi. Harapannya agar semua generasi muda yang hadir dapat ‘terbakar’ dengan motivafi positif.

[caption id="attachment_271911" align="alignnone" width="300" caption="Vespa butut itu (http://www.Google.com)"][/caption]

Setelah melakukan lobbying dengan sesama panitia, akhirnya usulan ini disetujui. Nah, sekarang peer-nya, siapa motivator yang tepat?. Setelah berunding dan menerima masukan dari rekan-rekan, diputuskanlah seorang motivator bernama Mr.V.

Figur Mr.V yang kami kenal, sesuai dengan topik acara. Klop-lah kalau begitu. Surat undangan pun segera dilayangkan oleh sekretariat panitia. Dan tak lama kemudian kami memperoleh konfirmasi dari Mr.V.

Tibalah saat yang dinanti-nantikan. Mr. V telah standby pada kursi yang telah kami persiapkan. Begitu gilirannya, panggung kami serahkan penuh pada beliau. Memang betul. Pilihan kami tak salah lagi. Situasi dapat di drive oleh Mr.V dengan sempurna. Suasana jadi hidup olehnya. Semua Peserta termotivasi, dan mendapatkan pencerahan.

“Memanga Mr.V benar-benar motivator sejati,” Begitu teman-teman nyeletuk di akhir sesi. “Mr.V hebat euy, bisa menghidupkan situasi, kondusif,” ujar yang lain.

Kini acara telah usai. Setelah salam sana salam sini, ngobrol ngalor ngidul, Mr.V pamit pada panitia. Kami pun bermaksud mengantarnya ke pelataran parkir di depan gedung.

“Mobilnya di mana Pak?” Ujar saya.

“Gak usah diantar, biarkan saya sendiri saja yang bawa perlengkapan saya,” Ujar Mr.V seraya mengambil tasnya dari saya.

“Gak apa-apa lagi Pak,” Sahut teman saya menimpali.

Kembali lagi Mr.V meminta kami agar tak perlu mengantarnya ke parkiran. Karena menurutnya hal itu biasa baginya.

“Bawa barang perlengkapan segini sih biasa,”begitu kata Mr.V.

Tapi karena merasa puas oleh sesi yang menginspirasi kami barusan, kami tetap ngotot mengantarnya ke parkiran.

Singkat cerita, ternyata Mr.V tak membawa mobil. Namun apa yangkami lihat, adalah sebuah Vespa butut keluaran tahun lawas. Seolah tak percaya, seorang teman kami bertanya langsung padanya, “Mobilnya lagi masuk bengkel ya, Pak?”

“Oh nngak, saya tidak punya mobil, mengapa? Apakah seorang motivator sukses seperti saya harus memakai mobil? Atau kalian jadi tak percaya pada apa yang saya ucapkan pada sesi barusan, hanya gara-gara saya pakai vespa butut?”

Mendengar pertanyaan sekaligus jawaban itu, kami pun tertegun, sambil menyaksikan Mr.V menyelah Vespa bututnya. Hanya hitungan beberapa detik, Iamenghilang dari hadapan kami.

Kejadian sore itu memberi pelajaran berharga bagi kami. Ternyata pengertian Sukses bagi kami hanya sebatas mobil. Mobil Mewah. Seorang motivator sukses, haruslah menunggang BMW atau Mersi. Barulah pantas memotivasi orang lain. Barulah diberi ‘label’ motovator berkelas.

Sama dengan orang pada umumnya, menilai orang lain sesuai dengan apa yang dimilikinya. Apa yang ditunggangnya. Sebesar apa rumahnya. Semakin banyak, semakin besar, dan semakin tinggi rumahnya. Maka kesuksesan orang itu pun ditempatkan setara harta miliknya itu.

Namun kita sering lupa, bahwa definisi sukses berbeda-beda bagi setiap manusia. Tergantung mimpi, keyakinan, dan cita-cita seseorang.

”Kita kan tidak tahu apa definisi, keyakinan, dan cita-cita Mr.V, mengapa kita mengukur kesuksesannya berdasarkan vespa butut?” ujar seorang teman. Kami semua mengamini pernyataan teman barusan. Sambil berjalan menuju gedung, kami larut dengan permenungan masing-masing.

“Jangan-jangan, cita-cita Mr.V hanya memiliki Vespa butut. Jika demikian, berarti sudah sukses, dong!” ujar saya pada diri sendiri.

Terimakasih Mr.V, kami dapat pembelajaran.

Salam inspirasi

Tulisan ini salah satu dari "100 Inspirasi Sukses" yang sedang saya kompilasi. Atas masukan dan komentarnya saya ucapkan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun