Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simpan Uang di ATM Manual (Bantal)

22 Januari 2010   05:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:20 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_58639" align="alignleft" width="300" caption="Jangan biarkan PIN anda diintip"][/caption]

Peristiwa pembobolan ATM yang menimpa 6 buah bank ( terdiri dari bank pelat merah dan swasta nasional ) baru-baru ini, mengundang beberapa reaksi dan pemikiran di berbagai kalangan masyarakat. Reaksi yang pertama adalah kepanikan karena merasa tidak aman menyimpan uangnya di bank, sehingga tak kurang dari sejumlah masyarakat berniat untuk menarik tabunganya dari ATM.

Bila jumlah uang yang ditarik itu hanya dalam skala kecil, tidak ada masalah apabila disimpan di bawah bantal (seperti versi tempo doloe ). Namun bagi pemilik deposito yang cukup besar, menyimpan uang di bawah bantal bukanlah tindakan yang bijak. Artinya, bank tetap menjadi preferred choice bagi masyarakat pada umumnya.

Dari fenomena di atas, rasa aman bagi nasabah bank, adalah sebuah harga mahal yang harus diperjuangkan pihak perbankan .

Menyikapi pembobolan tersebut, pihak perbankan pulalah yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa pembobolan ATM, sehingga kerugiah nasabah yang menjadi korban pun harus ditanggulangi.

Merekalah yang wajib mengamankan uang nasabah yang ada di organisasinya, demikian juga yang tersebar di setiap anjungan tunai mandiri ( ATM ). Kalangan perbankan harus ingat bahwa nasabah adalah pelanggan, raja yang harus dijamin keamanan dan kepuasanya.

Mengganti dana yang kena bobol, adalah suatu keharusan, kendati tidak jarang bahwa pembuktiannya sangat sulit dilakukan nasabah. Namun tindakan itu hanyalah tindakan yang reaktif sebagai respon pada permasalahan. Jauh lebih penting di atas itu semua, adalah antisipasi terhadap keamanan bertransaksi di ATM.

Memang beberapa ATM, sudah dilengkapi dengan kamera CCTV untuk memantau aktivitasnya. Namun seringkali ditemukan bahwa kamera tersebut tidak terawat kondisinya, bahkan menjadi parodi karena arahnya melenceng menghadap ke atas, bukan ke arah mesin ATM. Entah apa yang dipantau di atas sana. Belum lagi jika ditelusuri system dan pemantauan melalui piranti itu, tidak pernah diketahui nasabah secara pasti.

Hal-hal seperti ini, sudah jamak terjadi di negri ini. Segala sesuatu lebih bersifat artificial, hanya hiasan, namun bagaimana merawat dan mengendalikan sesuatu yang sudah ada, contohnya perawatan CCTV tersebut, adalah tanda tanya besar. Sehingga dengan terjadinya pembobolan ini, tidak kurang membuat dunia perbankan kebakaran jenggot.

[caption id="attachment_58642" align="aligncenter" width="300" caption="Jangan terburu-buru, anda diindera"][/caption]

Ditengarai, bahwa beberapa modus pembobolan yang dilakukan oleh oknum pelaku.

Modus pertama adalah dengan meletakkan piranti teknologi canggih yang berukuran mikro, dan nyaris tidak kelihatan. Contohnya kamera pengindera kecil, sehingga dapat memantau PIN (personal Identification number ) seorang nasabah yang sedang melakukan transaksi di ATM.

Modus kedua adalah, pura-pura ikut antri di ATM, padahal tujuanya hanya mengintip PIN nasabah yang berada di depanya. Sebaiknya, berhati-hatilah dengan orang yang ada di belakang anda, apabila memakai jasa ATM.

Modus ketiga adalah meletakkan piranti sensor di mulut mesin ATM, sehingga data kartu ATM yang dimasukkan dapat diketahui. Hati-hatilah dengan mesin ATM yang akan anda gunakan. Waspadailah benda-benda aneh seperti sensor, yang biasanya ditempel dengan isolator di sekitar mulut mesin ATM.

Modus keempat adalah adanya kartu ATM ganda. Modus ini adlah tingkat yang paling berbahaya, karena sangat susah dilacak dan ditanggulangi. Pertanyaanya, mengapa sebuah kartu bisa digandakan? Tentu oknum pelaku penggandaan ini telah menguasai teknologi yang tidak kalah dengan yang digunakan oleh perbankan pada umumnya.

Melihat peristiwa pembobolan yang telah diuraikan di atas, sudah saatnya pemerintah menetapkan sebuah standard, khususnya transaksi di ATM. Misalnya mewajibkan setiap ATM dijaga oleh SATPAM, menjamin rekam jejak aktivitas di ATM selama 24 jam, dan mengganti kartu ATM dengan Kartu Chips,konon kartu chips ditengarai tidak dapat dipalsu dan telah terbukti keamananya ( paling aman hingga saat ini).

Kendati beberapa opsi di atas bukanlah sebuah project yang mudah dan murah, namun hak nasabah adalah sesuatu yang paling penting dalam dunia perbankan. Disebut sebagai suatu keharusan, karena dunia perbankan hidup dari dana nasabah yang disimpan di bank.

Untuk kepuasan dan kemanan dana nasabah ini, reputasi perbankan dipertaruhkan.

Salam ATM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun