Adegan pembuka film cukup menjajikan, terlebih pada scene lemari terbuka perlahan. Efek jumpscare langsung mengejutkan saya dan penonton lainnya hingga tak sedikit yang menjerit spontan. Efek musik pengiring yang mencekam juga membuat suasana semakin horor.
Selanjutnya kisah mengalir dengan berbagai teror mahluk gaib yang terus mengganggu penghuni asrama. Putri yang beberapa kali kerasukan yang membuat Nurul dan Nisa semakin ketakutan. Namun Rosa malah menganggap itu hanya akting Putri agar bisa beristirahat dan terhindar dari tugas sehari-hari di asrama.
Rosa baru percaya keberadaan mahluk gaib tersebut setelah Bu Kinanti yang kerasukan datang mengganggu, bahkan kemudian ganti merasukinya. Dari sini, cerita yang di awal cukup menjanjikan dengan keunikan konsep aslinya, hingga ke belakang menjadi terasa tak istimewa lagi.
Pak Slamet yang paham seluk beluk asrama kemudian mengungkap peristiwa di masa lalu yang menjadi sebab munculnya mahluk gaib pengganggu tersebut. Semua pertanyaan akhirnya terjawab dengan cara "gampangan." Tokoh utama dibikin pingsan kemudian di alam bawah sadar menyaksikan "pemutaran ulang" peristiwa masa lalu yang menjadi sebab kejadian di masa kini.
"Penggampangan" semacam Ini mengingatkan saya pada film horor terdahulu, "Kutuk," ketika tokoh Maya (Shandy Aulia) pingsan kemudian ditunjukkan kejadian yang mengakibatkan hilangnya Alya (Laxmi Darra) yang ternyata dibunuh dan disembunyikan di lantai kamar Maya. Di "Makmum The Movie," Rini mengalami hal serupa di alam bawah sadarnya.
Endingnya tipikal film horor Indonesia pada umumnya dengan plot twist yang mudah ditebak. Tak jauh dari kisah arwah penasaran yang berusaha menyampaikan pesan lewat berbagai teror dan gangguan yang tak akan reda hingga masalah mereka terselesaikan.
Cara pemusnahan mahluk gaibnya masih dengan cara praktis sebagaimana film hantu Indonesia sejak zaman Suzanna. Ada karakter religius yang melafalkan ayat-ayat suci yang kemudian memusnahkan mahluk gaib. Di "Makmum The Movie" eksekusi akhir memdebuat film ini menjadi tak seram lagi, malah terkesan hambar karena minimnya efek spesial yang digunakan.
Ada adegan menghempaskan tubuh ke dinding dan langit-langit rumah, angin kencang hingga jeritan mahluk gaib yang memekakkan telinga. Ujung-ujungnya mahluk peneror tersebut musnah dengan cara terbakar akibat ayat-ayat suci yang dibacakan sang ustadz.
Meskipun kedodoran dan terkesan dipaksakan di bagian akhir, bagi penggemar film horor, "Makmum The Movie" sayang untuk dilewatkan. Saya sarankan juga bagi yang penakut dan lemah jantung agar tak menonton film ini sendirian.
Selain beberapa jumpscare yang nyaris membuat jantung serasa mau copot, banyak adegan yang membuat kita harus waspada agar tak terkaget-kaget meskipun akhirnya dijamin kaget juga. Ilustrasi musik dan efek suaranya juga sangat mendukung dalam membangun ketegangan.Â
Faktor lain yang menyelamatkan film ini hingga masih layak ditonton adalah kehadiran Tissa Biani. Kecantikannya sama sekali tak berkurang meskipun di film ini ia harus sering berekspresi ketakutan. Dengan logat Jawanya yang medok meskipun terkesan dipaksakan, Tissa tampil menggemaskan. Begitu juga dengan karakter Rosa, walau keras dan terlalu disiplin, namun penampakannya yang seksi mampu mencuri perhatian kaum adam.